LOGIN"Kenapa?! Kenapa aku harus dipindahkan ke divisi lain? Bukankah cara kerjaku sudah sangat baik? Aku keberatan!"
Gina yang baru membuka sedikit pintu ruangan Nick langsung menutupnya sedikit, tetapi memberinya sedikit celah. Dia ingin menguping percakapan antara Liora dan Nick di dalam sana. Jangan lupa kalau ruangan Nick kedap suara jika pintu tertutup rapat. "Ada Liora? Mereka sepertinya membahas masalah pemindahannya," gunam Gina. "Ini keputusan ayah. Ayah bilang, dia akan memecatmu jika kamu masih kekeuh ingin menjadi sekretarisku," jawab Nick putus asa. Gina membulatkan matanya dengan lebar. Begitu sayang kah mertuanya padanya sampai dia melakukan segala cara agar Nick dan Liora tidak seruangan lagi. "Ayah juga memberi kompensasi karena kamu yang pindah jabatan. Kamu diberi sepuluh persen kenaikan gaji," lanjut Nick. "Kompensasi sepuluh persen?" ulang Liora. "Kompensasi sepuluh persen? Banyak sekali," kaget Gina. Gina masih sibuk menguping pembicaraan Nick dan Liora. "Tidak. Aku tidak perduli dengan kompensasinya," tolak Liora. "Beri aku alasan, kenapa Pak Arga tiba-tiba memintaku pindah ke divisi lain? Kalau masalah kerja, kerjaku sudah sangat baik dan bahkan tidak pernah mengecewakan perusahaan apalagi mengecewakanmu," jelas Liora dengan sebal. ". . ." Nick terdiam. "Nick?" panggil Liora. Dia pikir Nick tak dengar ucapannya. "Ayah meminta Gina untuk menggantikan posisi—" "Gina?! Istrimu?" potong Liora marah. Gina tersenyum remeh saat mendengar ucapan Liora. "Ya. Aku istri nya dan kamu mantan kekasihnya," gumam Gina menang. ". . ." Gina terdiam. Dia terpaku dengan ucapannya. "Istri yang tak pernah diperlakukan layaknya seorang istri," lanjut Gina kecut. Gina memicingkan matanya saat dia melihat Liora memegang tangan Nick. Dengan segera dia membuka pintu ruangan Nick. Walau sudah menikah dengan Nick, dia harus tetap waspada akan kedekatan Nick dengan mantan kekasihnya itu. Gina buru-buru membuka pintu ruangan Nick, membuat Liora buru-buru membuat jarak dengan Nick. Nick menatap orang itu dengan tajam. "Masuk ruanganku tanpa permisi sudah menjadi kebiasaanmu?" tanya Nick geram. Untuk kedua kalinya Gina tiba-tiba masuk ke ruangannya tanpa permisi. Gina menunduk sambil meminta maaf. "Aku lupa," jawab Gina. Nick mendecih. "Apa kamu yakin kalau istrimu bisa meng-handle semuanya sama seperti aku, Nick?" tanya Liora meremehkan. Gina mengangkat pandangannya. Dia menatap Liora dengan tak suka. "Bersikap sopan padaku. Aku istri bosmu!" seru Gina memperingati. "Turunkan nada bicaramu, Gina," peringat Nick. "Tapi dia—" "Bersikap profesional lah, Gina. Ini tempat kerja bukan di luar tempat kerja. Tak ada sangkut pautnya tempat kerja dengan hubungan pribadi," jelas Nick memperingati. Gina menunduk lesu. "Buatkan aku kopi," perintah Nick. Gina tak menjawab, perempuan itu langsung keluar begitu saja dari ruangan itu. Liora juga izin kembali ke ruang kerjanya usai dia berciuman mesra sekitar lima menit lebih dengan Nick—bosnya. "Kopi apa itu?" tanya seseorang meremehkan. Gina melirik ke arah orang itu—Liora. "Kau ingin membunuh Nick dengan kopi pahit itu? Dia suka kopi susu," jelas Liora. "Jangan membual. Ibu mertuaku sendiri yang bilang kalau Nick suka minuman yang berperisa susu," jawab Gina sambil menekan kata ibu mertua. Liora mengepalkan kedua tangannya saat mendengar jawaban Gina. "Lihat apa yang akan terjadi," bisik Liora. Gina mengerutkan keningnya. Mata Gina terbelalak saat Liora dengan enteng mengambil gelas yang dipegang Gina dan menumpahkan isinya ke kemeja putih ketatnya. "Astaga!" Liora berterik keras, itu mengundang semua orang memandang ke arah mereka berdua. "Apa yang kamu lakukan, Liora?" tanya Gina heran. Liora memasang wajah sedihnya. "Ada apa, Liora?" tanya seorang karyawan pada Liora. "Aku hanya ingin berkenalan dengan sekretaris pribadi Pak Nick. Aku juga mengajaknya makan siang bersama, tetapi dia malah marah dan berkata kalau aku mengganggu pekerjaannya," jelas Liora sendu. Gina melebarkan matanya. "Pembohong!" seru Gina sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat. Bisik-bisik mulai terdengar dari setiap karyawan yang menyaksikan kejadian itu, membuat Nick yang tak sengaja melihat kejadian itu ikut serta berkumpul dengan yang lainnya. Nick terkejut mendapati baju Liora yang penuh kopi. "Apa yang terjadi?" tanya Nick sambil menatap Liora. "Dia menyiramku dengan kopi panas, Pak," jawab Liora sedih sambil melirik Gina. Nick menatap Gina dengan tajam. "Bukan—" "Ke ruanganku sekarang!" potong Nick marah. Nick memandang Liora. "Ganti bajumu. Bajumu masih ada di kloset ruang kerjaku," perintah Nick lembut. Liora tersenyum kecil, sedangkan Gina yang melihat itu hanya bisa merasakan sesak di dadanya.Tak mau berada lebih lama di apartemen untuk melihat kedekatan Liora dan Nick, Gina memilih untuk berjalan-jalan di sekitaran area apartemen nya. Malam itu terasa sangat dingin hingga menusuk ke kulit-kulit tubuh.Perempuan dengan kulit putih bersih itu berjalan di tengah malam yang dingin sambil memeluk tubuhnya untuk melindungi tubuh mungilnya dari dingin malam yang menyengat.Katakanlah Gina saat ini seperti orang tak terurus sama sekali, seperti bukan anak orang kaya saja dan malah sebaliknya. Rambutnya acak-acakan, matanya sembab dengan garis hitam di bawah sana, ujung hidungnya memerah sambil sesekali dia menghisap ingusnya yang ingin keluar."Gina?" sapa seseorang agak kaget.Gina berbalik lemas, tetapi saat ingin membalas panggilan orang itu, pandangan Gina tiba-tiba memudar. Kepalanya pusing dan dalam seketika perempuan itu terjatuh tak sadarkan diri.Iya. Gina Pingsan.***"Uhm..."Gina bergerak lemah sambil sesekali meringis pelan. Matanya terbuka perlahan. Sakit kepala men
Gina menghentikan langkah kakinya saat seorang perempuan yang sangat dia kenali masuk ke apartemennya, maksudnya apartemennya dengan Nick."Apa yang kau lakukan di sini, Liora?!" tanya Gina nyalang.Liora menatap Gina dengan sinis. Dia memandang istri kekasihnya itu dengan tatapan meremehkan dan angkuh yang mungkin sudah jadi ciri khas nya jika dia bertemu dengan Gina."Keluar dari apartemenku!" teriak Gina marah."Apartemenmu? Bukannya inj dibelikan oleh Ayahku?" tanya Nick yang baru masuk.Gina mengepalkan kedua tangannya di bawah sana. Sudah dia pastikan kalau Liora datang ke sini bersama Nick."Kenapa kau membawa dia ke sini, Nick? Aku tak suka. Suruh dia pulang," perintah Gina.Nick mengangkat alis kanannya cukup tinggi. Gina paham akan hal tersebut. Wanita itu langsung menghela napas panjang."Ini apartemen kita, Nick. Untuk apa membawa orang asing ke sini?" tanya Gina putus asa."Hei! Kau berkata kalau aku orang asing? Apa kamu lupa kalau aku kekasih suamimu, Nyonya Gina Sarvan
Tamparan keras melayang pada pipi kanan Gina. Ini adalah kali kedua dia mendapatkan perlakuan KDRT itu dari sang suami.Gina hanya bisa menunduk sambil menangis pelan. Dia merasakan sensasi perih pada pipinya. Hatinya juga bergemuruh sakit karena Nick.Menjadi seorang istri yang disayangi dan dijaga oleh suami adalah impian semua orang, tetapi mengapa Gina tak mendapatkan hal itu."Kau lupa bahwa kau sudah bersuami, Gina Sarvana?!" tanya Nick marah. Pria itu menggertakkan giginya dengan kuat."Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba menamparku?" tanya Gina bingung.Nick menatap istrinya dengan tajam."Jangan berpura-pura bodoh, Gina. Kau harus tahu statusmu. Kau istri dari seorang Nick Arselio. Kau harus jaga sikap, Gina!" jelas Nick yang masih menderu karena amarah.Gina menatap Nick dengan iba sekaligus bingung. Dia bingung karena tiba-tiba Nick langsung menamparnya saat mereka baru sampai di apartemen mereka. Dia merasa iba karena kalimat Nick yang seakan-akan mengartikan bahwa pria itu
Usai menangisi kedekatan Nick dengan Liora, Gina memilih ke toilet untuk membersihkan wajahnya agar dia tampak fresh dan tak seperti orang yang baru saja menangis hebat.Gina menatap pantulan dirinya pada cermin yang ada di hadapannya. Dia tersenyum miris."Miris sekali hidupmu, Gina. Kamu bermimpi akan menikah bak putri kerajaan lalu hidup bahagia dengan pasanganmu hingga mati, tetapi kau malah menikah dengan seorang pria yang bahkan sama sekali tak perduli bahwa kau hidup atau tidak," ucapnya pada diri sendiri.Gina menghela napas berat. Dia berusaha untuk tetap tersenyum."Ini yang semalam sengaja menyiram Liora ya? Jahat sekali. Dia sudah mengambil jabatan Liora, lalu dia memperlakukan Liora dengan tidak baik.""Padahal setahu aku, Liora punya banyak potensi untuk tetap menjadi sekretaris Pak Nick.""Sehebat apa perempuan itu sampai bisa menggeser Liora?"Gina mengerutkan keningnya. Dia mendengar semua bisik-bisik para karyawan itu.Dia berbalik dan menatap para pekerja kantor sua
"Kamu belum menjawab pertanyaanku sama sekali Nick!" Gina terus menerus mencecar Nick dengan pertanyaan yang sama usai mereka masuk ke ruang kerja mereka. Mana mungkin Gina berani bersikap begini jika diluar ruang kerja mereka, bisa-bisa satu kantor tahu tentang hubungannya dengan Nick.Sebenarnya, mulai dari saat di mobil tadi Gina mencecar Nick, lalu kembali melanjutkan aksinya saat mereka di dalam ruang kerja mereka."Nick—""Diam, Gina!" potong Nick marah. Dia sudah muak dengan pertanyaan Gina.Gina menggelengkan kepalanya."Aku tidak akan berhenti sebelum kamu menjawab pertanyaanku, Nick," tolak Gina.Perempuan itu mendekati suaminya yang tengah menandatangani sebuah dokumen."Aku menunggumu di kafe Brexa semalam. Bukan waktu yang tak lama, Nick. Aku menunggu hampir dua jam sampai-sampai salah seorang pelayan kafe itu memintaku untuk segera membayar bill," jelas Gina.". . ." Nick tak berkomentar membuat Gina menatap suaminya itu dengan tatapan tak percaya."Apa kamu sama sekali
"Aku tidak melakukan apa-apa, Nick. Dia berbohong. Dia sendiri yang menumpahkan kopi itu di atas bajunya!" Gina berseru untuk membela dirinya.Nick memandang tajam istrinya itu."Orang bodoh mana yang ingin mengotori dirinya sendiri, Gina?" tanya Nick dingin."Mana mungkin Liora melakukan hal gila itu? Kemeja yang dia gunakan adalah kemeja dari brand bermerek terkenal yang paling dia suka," lanjut Nick.Gina menatap Nick serius."Ka—kamu yang membelikannya?" tanya Gina ragu."Iya, aku. Begitu royalnya aku ke dia selama ini, kan? Sialnya semua sia-sia karena harus menikah dengan kamu, Gina," jawab Nick meremehkan.Gina memegang dadanya. Jantungnya sesak dan perih saat mendengarkan ucapan Nick."Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini, Nick. Apalagi saat aku tahu kalau ternyata kau punya kekasih. Aku—""Alasan munafik!" potong Nick.Gina menatap Nick sendu.Gina menundukkan kepalanya."Sakit sekali," batin Gina sambil menahan tangis.Perlakuan suaminya benar-benar membuat dirinya ing







