Masuk"N—Nick, tidak bisakah pelukannya dilanjutkan nanti saja. Kau sudah memelukku sepuluh menit lebih dan ini sangat melelahkan," Gina berbicara gugup. "Sial! Jantungku berdegup dengan begitu kencang. Dia hanya memelukku bukan memerkosaku, tetapi kenapa aku malah berdegup begini sih," batin Gina sambil menggigit bibir bawahnya. "Maaf..." balas Nick lirih sambil melepaskan pelukannya. Nick kembali duduk di kursinya, sedangkan Gina masih berdiri di depan meja Nick. Dia masih mematung dan berusaha untuk mencerna apa yang sedang terjadi. "Kenapa diam?" Nick bertanya heran. "Apa yang baru saja kau lakukan? Apakah itu salah satu cara agar aku bisa luluh denganmu?" tanya Gina penuh protes walaupun sebenarnya dia suka hal itu. Nick terdiam beberapa saat. "Aku tak tahu akhir-akhir ini ada hal yang kurang dari diriku," jawab Nick mencurahkan apa yang sedang dia rasakan. "Ada yang kurang? Apa maksudmu?" tanya Gina.Gina duduk di atas kursi yang ada di depan meja Nick.Nick memegang dagunya d
Nick menarik Gina kembali ke kantor. Dia membawa istrinya itu masuk ke ruang kerja mereka. "Apa apaan sih?!" tanya Gina kesal."Sejak kapan kamu kenal dengan Nara?! Kukatakan jauhi wanita itu dan dengarkan apa yang aku bilang!" tegas Nick.Gima memutar kedua bola matanya dengan malas."Sekarang kau memerintahkanku untuk menjauhi Nara. Asal kamu tahu, aku tak punya siapapun di kantor ini selain kamu yang tak lain adalah suamiku. Tapi, kamu bersikap dan bertingkah seakan-akan bukan suamiku—" Gina menjeda ucapannya sambil menunjuk dada suaminya itu. "Sedangkan Nara yang tak lain adalah orang asing, dia dengan senang hati mengajakku berteman dengan baik. Bagaimana aku tidak senang kalau di kantor ini aku merasa sendiri, tetapi tiba-tiba seseorang datang menawarkan diri untuk berteman denganku," lanjut Gina. "Dan sekarang kau memintaku untuk menjauhi Nara yang merupakan temanku satu-satunya. Sepertinya kamu bahagia sekali melihatku sendiri," tutur Gina sambil menatap suaminya dengan tat
Sesuai dengan permintaan Gina tadinya, dia sekarang tengah duduk di salah satu cafe yang tak jauh dari kantor. Jangan lupakan Nara yang juga ikut serta bersama Gina. "Jadi, apa yang terjadi sampai Ibu Gina menangis seperti itu?" Nara bertanya dengan penasaran."Tapi kalau dipikir-pikir, seharusnya hubungan kalian lebih baik lagi setelah kalian mempublikasikannya kepada semua orang," jelas Nara.Gina tersenyum miris sambil menundukkan kepalanya. "Bahkan sebelum hubungan kami dipublikasikan, hubungan kami jauh dari kata harmonis. Mungkin saja kami tak pernah bisa mendapatkan gelar rumah tangga yang harmonis itu. Kurasa sampai mati pun aku tak akan bisa mendapatkan gelar itu di dalam hubunganku dengan Nick," jawab Gina sambil tersenyum tipis. Nara terdiam beberapa saat, tetapi dia kembali bersuara. "Ibu—""Panggil saja Gina. Kamu jangan terlalu sungkan padaku. Anggap saja kalau kita adalah sahabat dekat atau kurasa kita memang sudah bersahabat?" tanya Gina usai memotong ucapan Nara.
Sudah hampir seminggu Gina bersikap cuek dan juga begitu dingin pada Nick, membuat suaminya itu merasakan sesuatu yang hilang dari dirinya.Istrinya itu tak pernah lagi bertanya masalah pekerjaannya, bahkan istrinya itu lebih sering keluar dari ruangan daripada di dalam ruangan.Nick berjalan mendekati Gina, tetapi langkahnya terhenti saat wanita itu memberi kode untuk berhenti. "Lebih baik kamu mengerjakan tugasmu saja. Aku sedang tidak ingin diganggu. Aku harus membuat proposal dan cara kerja yang sangat baik untuk kerjasama kita dengan Tuan Dalton," jelas Gina tanpa sedikitpun menoleh untuk menatap suaminya.Nick mendecih, lalu kembali duduk di kursi kerjanya dan mengerjakan berkas-berkasnya yang menumpuk di atas meja. Ruangan itu terasa begitu hening. Tak ada lagi omelan Gina untuk suaminya. Tak ada lagi suara Gina yang bersenandung menyanyikan lagu yang sama. Benar-benar ruangan itu sepi dalam seminggu ini. "Kalau kau berpikir Liora datang ke dokter kandungan untuk memeriksa k
"Kau harus menepati janjimu, Nick!" Gina berbicara dengan nada seriusnya sambil mendorong sebuah map berwarna merah muda tepat di depan Nick.Nick mengerutkan keningnya sambil membuka map tersebut. Nick membulatkan matanya dengan sedikit lebar, tetapi beberapa detik berikutnya dia memperbaiki mimik wajahnya. "Bagaimana caranya kau bisa mendapatkan tanda tangan ini?" Nick bertanya dengan tak percaya. Gina tersenyum sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku sudah bilang kalau aku bisa diandalkan dibandingkan Liora. Bagiku untuk meminta tanda tangan Tuan Dalton agar dia mau kerjasama dengan perusahaan kita itu sangatlah mudah," jelas Gina.Nick menatap istrinya dengan tatapannya yang serius. "Cepat jawab! Apa yang kau lakukan sehingga Tuan Dalton menerima tawaran kerjasama perusahaan kita? Kamu baru berjanji tiga hari yang lalu, tetapi sekarang kau sudah mendorong kontrak kerjasama itu di hadapanku!" tegas Nick."Kamu pikir bekerjasama dengan perusahaan besar itu sangat mud
Tamparan keras berhasil melayang pada pipi kanan Gina, membuat wanita cantik itu langsung membulatkan mata sambil memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh suaminya sendiri. Gina menatap sang suami dengan tatapannya yang tampak terlihat penuh protes. Dia tahu alasan mengapa suaminya melayangkan tamparan kepadanya. "Kamu berpikir bahwa aku yang salah?! Karyawan sialan itu yang salah, Nick! Dia berkata bahwa aku murahan dan merebut jabatan Liora dengan cara yang murahan!" terang Gina membela dirinya. "Lalu kau memasukkan hati ucapannya? Sejak kapan kau memasukkan hati kata-kata yang tidak berguna, Gina? Bukannya kau selalu tidak peduli dan bersikap acuh tak acuh tentang itu? Mengapa kau tiba-tiba peduli tentang itu?" Nick bertanya dengan suara rendahnya karena pria itu tengah menahan emosi. "Apakah kau tidak tahu akibat dari apa yang kamu lakukan tadi dengan karyawan itu? Kontrak bisnisku dengan salah satu perusahaan yang cukup terkenal di daerah Timur langsung dibatalkan. Kau t







