“Dia pantas mendapatkan itu!”“Dia sangat pantas mendapatkan itu!” sahut Cicilia lirih. Para pengawal menahannya. Para pengawal berusaha mengurungnya di ruangan khusus. Alex hanya bisa menenangkan Cicilia. Memberikan peringatakan dengan apa yang baru saja dilakukannya.“Kamu akan mendapatkan hukuman dengan apa yang kamu lakukan hari ini!”“Aku tidak peduli!” teriak Cicilia segera.“Kamu pikir aku peduli itu, Alex? Aku sama sekali tidak peduli. Aku menyesal, bukan Aurora yang terkenal pistolku melainkan William!”“Sial!” gerutunya. Alex menghela napas panjang. Cicilia benar-benar keras kepala. Seharusnya perempuan itu menyesal. Apa dia sudah gila? Pikir Alex.“Kamu gila, Cicilia!”“Kamu benar-benar gila!” gerutunya kemudian. Cicilia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia tertawa terbahak-bahak dan membuat Alex ketakutan setengah mati.“Aku memang gila, aku gila karena John!”“Aku gila kerena John!” sahutnya lagi. Para pengawal akhirnya membawah Cicilia ke kantor
“Apa kamu serius akan meninggalkan semua ini?”“Aku yakin, prof. John akan menunggumu. Dia lelaki setia. Dia tidak mudah menyerah!”“Jadi, kamu harus menikmati hidupmu selama lima tahun di Prancis ini dan kembalilah bersamanya nanti. Apa kamu tegas melihatnya bersedih seperti itu?” gumam bibi Madame. Aurora tersenyum.“Ya, aku akan menjadi Aurora yang baru dan layak untuk dicintainya. Jika aku tetap di Nevada maka aku tidak akan bisa membahagiakannya. Aku dan melukaianya dan aku akan terbayang dengan masa lalu yang menyakitkan! Aku tidak ingin itu terjadi,” sahut Aurora sambil memandangi Madame. Perempuan paruh baya itu setuju.“Ya, aku setuju dengan keputusanmu, kamu berhak memiliki waktu sendiri. Buatlah dirimu bahagia dan perhatikan Peter dengan baik,” serunya. Aurora menghela napas lega.Selama di Prancis, dia akan membuat banyak hal. Aurora akan terjun di dunia bisnis pakaian dan juga akan melanjutkan hobinya untuk menulis novel. Bibi Madame menemainya selama setahun. Rupanya per
Aurora Smith, gadis berusia 24 tahun dan berambut panjang itu menatap kosong puing-puing kamarnya yang hancur. Bola matanya membulat sempurna saat melihat beberapa lelaki berjas hitam menjemput di dalam kamar. Perlahan, Aurora bisa melihat ada lima lelaki yang sedang menatapnya. Kelima lelaki itu memakai kacamata hitam. Semua memiliki wajah yang sangat menyeramkan. Bagaikan gigolo yang akan memangsanya.“Nona Aurora?” serunya. Aurora yang duduk sambil memeluk lututnya segera menatap lelaki berjas hitam yang sedang berdiri beberapa sentimeter dari tubuhnya. Kaki Aurora bergetar. Dia sedikit ketakutan namun Aurora berusaha menatap kelima lelaki asing itu.“Tuan kami sudah menikahi anda, anda adalah istrinya sekarang, pernikahan sudah didaftarkan dan tidak ada pilihan lain,” jawabnya. Aurora menghela napas panjang. Seakan ada bongkahan besar yang berada di tengorokannya saat ini. Bagaimana bisa dia sudah menikah dengan lelaki asing yang tidak dikenalnya?“Tuan Robert sudah memerintahkan
Aurora terbangun dan menatap tubuhnya di atas ranjang super king."Apa aku mimpi?"Pertemuanya dengan lelaki berjas hitam itu seperti mimpi buruk yang dengan cepat harus dilupakan."Ah!" desahnya. Aurora mencoba turun dan berjalan menyusuri ruangan kamarnya yang sangat besar. Bahkan kamar itu lebih besar dari rumahnya yang berada di Manchester.“Nona Aurora?” sahut suara itu. Aurora yang sedang asik memandangi lukisan spontan menoleh ke belakang dan menatap Bibi Margaret sedang menyiapkan gaun untuknya.“Tuan William akan datang, saya sudah menyediakan baju untuk hari ini.”Perempuan itu menunjukan gaun kepadanya. Aurora menatap gaun berwarna biru yang diletakkan di samping tempat tidur.“Apakah aku harus menggunakannya?”Bibi Margaret menganggukan kepala. “Tentu saja, Nona!”“Apa ada masalah?”Aurora menghela napas panjang. Pakaian itu terlalu mewah. Aurora tidak suka memakai gaun. “Apakah lelaki itu berumur tua?” tanya Aurora segera sebelum perempuan paruh baya itu pergi meninggal
Bola mata William membulat sempurna saat menatap seorang perempuan muda sedang berdiri ketakutan di depannya. Bekas air mata jelas terlihat di pipi manisnya. Bibir perempuan itu tipis dengan kulit yang putih bersih. Matanya menatap dengan tajam. Perempuan itu terlihat sangat asing.“Kau gadis yang disuruh istriku?”Aurora menggelengkan kepala. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti!”Willliam beranjak dari tempatnya berdiri lalu bergegas berjalan mendekati Aurora yang berdiri di balik pintu. Aurora mencengkram gaunnya. Lelaki itu memiliki wajah tampan namun tatapannya begitu tajam.“Perempuan yang akan melahirkan anak untukku!” tegasnya. Aurora memundurkan tubuhnya saat William berdiri beberapa sentimeter di depannya.Aurora membuang pandangannya. “Aku tidak mau!”“Lalu, buat apa kau di sini jika kau tidak mau?”Aurora mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. William kemudian meletakkan tangannya di pipi Aurora. Tubuh perempuan itu seakan menegang. William menyentuh bagian rambut Aurora y
“Kau yakin, tidak akan cemburu jika aku tidur dengannya?” tanya William memastikan. Maya yang sedang memakai piyama pink menatap wajah suaminya itu.“Dia istrimu sekarang, istri sah!” seru Maya memperjelas.“Tapi … aku dan dia …,”“Tidak saling cinta? Kau mau katakan begitu, William?”William menganggukan kepala secepat mungkin. Jelas saja dia tidak ingin melukai perempuan yang dicintainya dengan cara tidur dengan perempuan lain. Ini hal yang konyol sama seperti yang dikatakan perempuan itu.“Aku sudah frustasi saat ayahmu memaksaku untuk program kehamilan. Kau tahu kan kalo aku tidak bisa!” Bola mata Maya perlahan menjadi kabut. Dia menatap manik mata suaminya.“Aku tidak bisa melahirkan bayi, kau harus tahu itu!” sambungnya.“Aku tidak ingin ayahmu selalu bertanya bahkan mengancam akan meredupkan karierku, aku tidak mau!”Maya segera memeluk tubuh William. Dia mengusap pipi William dan mengecup hangat bibir suaminya. “Malam ini, tidurlah dengannya!” bisiknya.“Dia adalah istrimu, ka
William membulatkan matanya saat menatap bercak darah yang berada di atas kasur.“Dia masih perawan?” gumamnya tidak percaya. Edward mengatakan bahwa dia menemui perempuan itu di sebuah rumah kosong dan William yakin jika dia bukan perempuan sepolos anggapannya.Tubuh perempuan itu berbaring lemas di sampingnya. Setelah permainan yang panjang dan penyatuan yang begitu memabukan, William akhirnya berbaring lemas di samping Aurora.Tubuh Aurora tidak memakai benang sedikit pun dan benar-benar membuat William tergoda. William tidak bisa berbohong kalo libidonya naik saat menatap Aurora tanpa sehelai benang.Dia membutuhkan sentuhan istrinya dan Maya selalu menolaknya melakukan hal itu. William benar-benar frustasi jika menahannya.Aurora menangis dan merintih kesakitan. “Apakah kau masih …,” kata-kata William terjeda saat menatap bercak darah di tempat tidur mereka. Suara tangisan Aurora terdengar menyayat di telingannya.“Kau pikir aku perempuan murahan?” sergap Aurora segera. Matanya m
Tuan Damian yang baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya menyusuri Cina Selatan akhirnya tiba di Las Vegas. Salju yang lebat menyambutnya pagi ini. Edward yang merupakan orang kepercayaan keluarga Keller segera menyambut majikannya itu.Edward sedikit membungkukan badan dan tersenyum saat Tuan Damian sudah turun dari mobil. Tuan Damian tersenyum kecut memandangi Edward.“William di mana? Apakah dia bersama istri mandulnya itu?” gerutu Tuan Damian secara sarkas.“Tuan William dan nona Maya ada di dalam, sedang sarapan dengan nona Aurora,” jelas Edward. Alis Tuan Damian berkerut. Dia membulatkan matanya saat mendengarkan nama Aurora. Selama ini, di dalam keluarga mereka. Orang asing tidak boleh ikut makan bersama. Sebuah peraturan kuno dari keluarga Keller yang kaya raya.Tuan Damian berjalan masuk ke dalam rumah. Edward mengikuti majikannya itu dari belakang. Tuan Damian menatap William dan istrinya sedang duduk di meja makan dan seorang gadis berada di depan mereka.Langkah kaki
“Apa kamu serius akan meninggalkan semua ini?”“Aku yakin, prof. John akan menunggumu. Dia lelaki setia. Dia tidak mudah menyerah!”“Jadi, kamu harus menikmati hidupmu selama lima tahun di Prancis ini dan kembalilah bersamanya nanti. Apa kamu tegas melihatnya bersedih seperti itu?” gumam bibi Madame. Aurora tersenyum.“Ya, aku akan menjadi Aurora yang baru dan layak untuk dicintainya. Jika aku tetap di Nevada maka aku tidak akan bisa membahagiakannya. Aku dan melukaianya dan aku akan terbayang dengan masa lalu yang menyakitkan! Aku tidak ingin itu terjadi,” sahut Aurora sambil memandangi Madame. Perempuan paruh baya itu setuju.“Ya, aku setuju dengan keputusanmu, kamu berhak memiliki waktu sendiri. Buatlah dirimu bahagia dan perhatikan Peter dengan baik,” serunya. Aurora menghela napas lega.Selama di Prancis, dia akan membuat banyak hal. Aurora akan terjun di dunia bisnis pakaian dan juga akan melanjutkan hobinya untuk menulis novel. Bibi Madame menemainya selama setahun. Rupanya per
“Dia pantas mendapatkan itu!”“Dia sangat pantas mendapatkan itu!” sahut Cicilia lirih. Para pengawal menahannya. Para pengawal berusaha mengurungnya di ruangan khusus. Alex hanya bisa menenangkan Cicilia. Memberikan peringatakan dengan apa yang baru saja dilakukannya.“Kamu akan mendapatkan hukuman dengan apa yang kamu lakukan hari ini!”“Aku tidak peduli!” teriak Cicilia segera.“Kamu pikir aku peduli itu, Alex? Aku sama sekali tidak peduli. Aku menyesal, bukan Aurora yang terkenal pistolku melainkan William!”“Sial!” gerutunya. Alex menghela napas panjang. Cicilia benar-benar keras kepala. Seharusnya perempuan itu menyesal. Apa dia sudah gila? Pikir Alex.“Kamu gila, Cicilia!”“Kamu benar-benar gila!” gerutunya kemudian. Cicilia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia tertawa terbahak-bahak dan membuat Alex ketakutan setengah mati.“Aku memang gila, aku gila karena John!”“Aku gila kerena John!” sahutnya lagi. Para pengawal akhirnya membawah Cicilia ke kantor
“Cicilia?” sahut prof. John tidak menyangka. Perempuan itu ada di depannya secara tiba-tiba. Kapan Cicilia datang? Bagaimana bisa dia tahu di mana dirinya berada.“Kau membohongiku, prof. John!” gumamnya. Satu butir air mata menetes di pipinya. Cicilia mengarahkan pistol itu ke arah Aurora. Prof. John segera menarik tangan Aurora mendekat ke arahnya.“Apa yang kau lakukan?”“Apa yang kau lakukan, Cicilia? Hentikan dan simpan pistolmu!” perintahnya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.“Kau membohongiku John, apa seperti ini caramu?” Cicilia semakin mendekat. Dia menatap Aurora dengan pandangan tajam.“Aku sudah katakan, jika aku tidak bisa memilikimu, maka Aurora tidak bisa memiliki siapapun itu!” gumamnya lagi. William secepat mungkin berdiri di samping Aurora. Kedua lelaki itu berdiri dan menghadang Cicilia.“Kau berjanji akan menikahiku, John!”“Apa seperti ini yang kau janjikan kepadaku? Kau membohongiku, kau m
Roy menatap Joanna yang tampak manis malam ini. Besok, perempuan itu akan resmi menjadi miliknya. Roy sudah menunggu hal itu jauh-jauh hari. Dia sangat ingin Joanna menjadi miliknya.“Apa kamu menyukainya?” bisik Roy lembut. Makan malam istimewa ini sebagai kado spesial. Dia mencintai Joanna setulus hatinya dan memberikan apapun yang diinginkan perempuan itu.“Apa kamu menyukainya?” tanyanya lagi. Joanna menganggukan kepala. Dia sedikit malu dengan sentuhan Roy yang sangat memabukan.“Aku sedih,” bisik Joanna. Mereka berdua duduk di taman yang indah. Saling bertatapan dan saling menebar kasih.“Apa yang kamu pusingkan sayang?”“Apa ada yang menganggumu?” Joanna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.“Aurora, aku kasihan kepadanya. Besok adalah hari bahagia untukku, tapi untuk Aurora, aku rasa dia akan sedih dengan rumah tangganya.”Roy tersenyum. Hal yang sangat disukai dari Joanna adalah ketulusan hatinya. Joanna cantik dan memiliki hati yang tulus. Selain itu, di
Cicilia duduk sambil menunduk ke bawah. Air matanya terus mengalir. Dadanya terasa sesak. Dia sesekali memandangi prof. John yang sedang berdiri di depannya. Alex keluar dan membiarkan prof. John berbicara dengan serius kepada Cicilia. Perempuan itu akan mendengarkannya dengan baik.“Jadi, kamu berencana untuk mengakhiri hidupmu? Apa kamu tidak pernah pikirkan hal ini lebih jauh?” gumamnya. Prof. John memandangi Cicilia yang terus terisak menangis.Prof. John menyentuh tangan perempuan itu. Memberikan ketenangan kepadanya.“Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini, Cicilia. Aku yakin kamu bisa menghapus segala sakit hatimu itu.” Prof. John mencondongkan wajahnya. Dia meraba pipi perempuan itu dan menyeka air matanya.“Kamu sudah berjanji akan menikahiku!” Cicilia menatap prof. John dengan bola mata berkabut.“Aku tidak bisa menguasai diriku sendiri, aku tidak bisa,” bisiknya lagi. Cicilia segera berdiri dan spontan memeluk prof. John. Dia tidak ingin melepaskan lelaki itu. Dia sudah gi
“Aurora, aku serius mengatakan hal ini, tidak mungkin prof. John melakukan hal yang membuatmu terluka. Dia tidak akan melakukan itu, aku serius!” jelas Joanna penuh keyakinan. Dia menunjukan seluruh bukti dan rekaman Alex. Lelaki itu menjelaskan bahwa dirinya dan Cicilia memiliki hubungan tersembunyi.Jika Cicilia sedang frustasi, perempuan itu akan menghampirinya. Mengadu dan bahkan mereka selalu bermesraan. Cicilia memanfaatkannya sebagai tempat untuk meluapkan seluruh emosi. Alex paham, namun rasa sayangnya kepada Cicilia benar-benar sangat besar. Dia tidak ingin perempuan itu sendiri dalam keterpurukan. Maka dari itu, Alex berusaha bersamanya dan mengejarnya hingga ke Nevada.Aurora memandangi seluruh bukti yang ditunjukan Joanna dan Roy secara serius.“Prof. John lelaki baik, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Makanya, aku jelaskan kepadamu seperti ini agar kamu paham!” sambung Joanna.Aurora menghela napas panjang.“Aku harus pulang, Roy dan aku harus mengurus beberapa ke
“Kau bisa marah kepadaku saat ini, kamu bisa berteriak dan memukulku. Tapi, biarkan William dan Aurora bersama lagi. Peter membutuhkan keluarga yang utuh. Bayi itu membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya,” sahut Adelia. Air matanya terjatuh di pipi. Rebeca menghela napas panjang. Dia memandangi William yang sedang menatapnya.“Maafkan aku,” gumamnya lirih.“Maafkan aku!” pintanya lagi. Adelia menunduk ke bawah dan terus meminta maaf kepada wanita yang pernah disakitinya itu. Tidak mudah bagi Rebeca untuk menerimanya kembali. Tidak mudah bagi Rebeca untuk melupakan penghianatan suaminya karena Adelia.“Aku tidak bisa!”“Aku tidak ingin anakku menderita, Adelia!”“Aku tidak bisa Aurora menderita, cukup aku saja yang mengalami ini. Tidak untuk putriku!” gerutunya. Adelia menghela napas berat. Dia mengengam tangan Rebeca semakin erat.“Kamu bisa marah kepadaku sekarang, Rebeca!”“Kamu bisa memakiku saat ini, tapi jangan lakukan kepada William. Jangan pisahkan putraku dengan perempuan y
“Definisi cinta selalu berbeda bagi orang yang merasakannya,” gumam Roy. Dia menunggu Cicilia selesai menangis. Dia harus mencoba menyadarkan perempuan itu terhadap apa yang sedang dirasakannya. Bukan cinta yang ada di hatinya. Bukan cinta yang ada di hati Cicilia saat ini.Cicilia secepat kilat menyeka air matanya. Dia menunduk ke bawah. Malu karena Roy sedang menatapnya saat ini.“Aku minta maaf karena membuatmu menangis.”“Aku kasihan denganmu Cicilia, kamu harus tahu ini, kamu harus paham bagaimana John dan keras kepalanya. Kamu akan terluka jika terus bersamanya. Cinta tidak akan membuatmu bahagia bersamanya. Dia tidak akan mencintaimu, kamu hanya melukai dirimu!”“Aku mengandung anaknya!” tegas Cicilia kemudian. Roy menghela napas panjang.“Apa benar kamu mengandung anaknya?” tanyanya lagi. Cicilia menganggukan kepala.“Ya, aku mengandung anaknya, aku tidak berbohong! Aku mengandung anaknya!” rancau Cicilia. Seluruh yang ada di restoran itu menoleh ke arah mereka. Roy mencoba me
“Semua lelaki sama saja, kamu memberikan luka itu kepadaku, kamu tidak peduli, kamu dan William sama saja!” rancau Aurora. Dia terus menangis di dalam pelukan prof. John.“Kamu egois!” hardiknya.Butiran bening itu terus mengalir di pipinya. Tubuh Aurora bergetar. Dia tidak kuasa menahan luka hatinya. Dia tidak kuasa menerima semua ini. Sungguh, dia tidak tahan lagi. Aurora ingin berteriak. Aurora ingin pergi saja dari tempat itu. Tidak ada orang yang bisa dipercayainya. Tidak ada orang yang begitu tulus melindunginya. Semuanya sama saja! Melukai hatinya dan membuatnya tidak bisa berkata apapun.“Maafkan saya Aurora.”“Apa yang kamu katakan benar adanya, saya egois, saya lelaki egois!” ucap prof. John. Dia terus memeluk Aurora dan tidak ingin melepaskannya.“Saya tidak ingin kamu kembali bersama William. Saya menahanmu di sini agar kamu tetap memilih saya. Semua hal ini diluar kehendak saya, semuanya tidak bisa saya atasi!” ucap prof. John. Suaranya merendah. Seakan sedang menahan ses