Mmmuuuuah!"Bang Rey!" Lola kaget mata pria itu dari tadi tertutup tapi kenapa dia bisa mengecup Lola?"Apalagi yang kau pikirkan Lola? Kenapa belum tidur juga? Tadi kau sudah makan, terus kau juga sudah dapat sesuatu yang bikin enak. Dan sekarang kenapa masih melek aja, hah?""Aduuuh, duuh, geliii ... jangan dikelitikin!"Lola menggeliat. Dan saat ini memang dia sedang tidur dalam dekapan Reynald. Mereka baru saja menyelesaikan sesuatu yang membuat nyaman keduanya. Yah, walaupun kata Lola dia masih sakit dan nanti menular tetap saja mereka melakukannya."Bang Rey, ehm ... aku nggak bisa tidur abisnya aku kepikiran bang Rey, kok pinter banget sih! Bisa masak, bisa ngurusin semua yang ada di dapur sendirian. Terus makanannya enak-enak, aku sampe ketagihan. Terus bang Rey juga punya bisnis gede banget. Aku lihatnya keren gitu. Udah gitu bang Rey mandiri banget. Gimana caranya supaya aku bisa kayak gitu ya?"Benar kah memang itu yang ada dalam benak Lola?'Aku tidak mungkin jujur dong sa
"Heish, nih lihat nih udah jam berapa? Setengah sepuluh! Mau sekolah juga udah telat kan!"Reynald mengambil handphone yang ada di samping nakasnya hanya untuk menunjukkan jam dan kini menatap Lola lagi,"Mau berangkat sekolah sekarang?" desis Reynald lagi. "Aku anterin kamu ke sekolahan dan sampai sana udah setengah sebelas siang. Mau ngapain di sana? Masih boleh masuk ke sekolah emangnya?"Masih dengan matanya yang terlihat lesu Lola mencembungkan pipinya menatap Reynald"Nggak bisa!" Lola merespon dengan mulutnya yang manyun sambil menggelengkan kepalanya. Lola tampak seperti anak kecil yang menggemaskan sekali dengan pipinya yang masih dibuat mengembung. Apalagi pipi Lola yang putih dengan matanya yang membulat seperti mata ikan ini membuatnya terlihat semakin menggemaskan di hadapan Reynald"Aduuuuuuh sakit bang Rey, jangan cubit pipi aku! Emang salah aku apa? Sakit kan siiih!"Refleks Lola langsung memegang wajahnya. Dia tidak ingin membiarkan wajahnya kembali dicubiti oleh Reyn
"Laper?""Iya, aku beneran laper ...." keluh Lola seperti anak kecil manja yang minta makan pada orang tuanya. Reynald yang tadi wajahnya sudah serius dan sudah memikirkann pekerjannya, kini jadi tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Lola."Mbak, di sini ada restoran kan?""Oh ada Pak! kalau ingin pesan makan juga bisa!"Jawaban receptsionist yang membuat Reynald menengok pada Lola. "Udah dengar sendiri kan kalau di sini ada makanan?"Reynald diam sejenak membiarkan Lola merespon meski dengan anggukan kepala."Nanti pesen aja apa yang kamu mau makan di sana! Nggak usah mikirin masalah bayaran nanti aku yang bayar sekalian semua sama treatment kamu di sini!" Penjelasan yang membuat Lola mengangguk mengerti tapi terlihat kalau dia tidak terlalu suka dengan jawaban Reynald."Kenapa? kok senyumnya ketahan gitu?" Reynald menganalisa."Hmmm ... aku suka sama masakan bang Rey, hehe!""Ish!" jawaban Lola tentu saja membuat Reynald mencibir. "Aku kan bukan juru masak. Kapan-kapan aku masakin la
"Bang Rey ... Tapi bener kan aku masih bisa sekolah?""Hmm!" Reynald mengangguk."Ya jelaslah kamu masih bisa sekolah! Udah jangan kasih aku pertanyaan yang aneh-aneh!"Dan Lola baru saja ingin melangkah menaiki tangga masuk ke teras rumah kakeknya tapi ada sebuah mobil yang datang dan ini nampaknya mobil yang dikenal oleh Reynald juga. Dia pun menunggu sampai orang tersebut turun dari mobil."Itu adalah orang tua palsumu!"Kata-kata yang keluar dari bibir Reynald sesaat setelah dia tahu siapa yang datang."Selamat malam Bos.""Apa pekerjaannya?""Sesuai yang Anda katakan Bos, pekerjaan dalam acara ini, guru!""Kau dengar?" Reynald melirik pada Lola yang kini juga mengangguk.Aduh orang tuaku nggak sejelek itu kali! Dua orang ini di dapat dari mana? Kayak gembel! hihihi. Aku ngebayangin mama jadi agak sawo mateng kejemur gini, sama papaku pakai baju kayak gitu gimana ya? pikir di hati Lola yang melihat keduanya dengan pakaian biasa. Prianya memakai batik dan wanita yang katanya sebaga
"Mas Rudi, Mela ...,"Nama yang disebut oleh Linda, Ibu dari Reynald, membuat Lola yang tadinya sedang menunduk membelalakan matanya dan menatap ke arah yang semua orang tuju.dag dug dag dug!Lemas sudah hati Lola."Apa kamu mengenal mereka?"Bukan karena Lola tak sopan tidak ingin menjawab pertanyaan dari kakek Reynald. Tapi karena rasa kagetnya dia tidak bisa berkata apapun tapi Reynald dengan wajah terlihat memerah dia menatap Lola, seakan menyelami arti wajah panik itu."Kau mengenal mereka?""Lola! kau membuat masalah besar! Ayo kita kembali ke rumah!"Ini adalah sesuatu yang complicated. Pria bernama Rudi, dia langsung mendekat pada Lola lalu menariknya."Papa?"Dengan suara bergetar Lola memberanikan diri bicara. Dia mau menahan dirinya, tapiPLAAAAK!"Kau memalukan nama keluarga! Berani-beraninya kau melakukan ini? Apa kurangnya dari semua yang kau dapatkan di rumah Lola?"Tamparan itu terasa panas di wajah Lola. Tapi itu tak masalah, perih di hatinya yang masalah. Dia tak be
BRAAAK!Suara pintu yang tertutup sangat keras membuat hati Lola berdenyut. Kedua orang tuanya sepertinya sangat marah padanya. Wajar sih, dia sudah melakukan perbuatan yang salah. Tapi apa yang bisa dilakukan Lola sekarang? Sedangkan hati Lola jadi galau. Lola tidak menyangka saja kalau orang tuanya mengenal keluarga Reynald. Dan semua kesalahan ini karena Lola yang sudah bermain api lebih dulu.Bruuuuuum!Kini suara mobil menderu karena diinjak pedal gasnya cukup dalam oleh papanya. Ini membuat Lola tersenyum getir. 'Pantas aku seperti mengenal mobil ini. Ternyata benar ini adalah mobil Papa!' bisik hati Lola yang hanya bisa bergeming di jok penumpang belakang.Suasana di dalam mobil itu sunyi. Tidak ada satupun percakapan yang dimulai baik oleh papanya maupun mamanya.'Sepertinya hubungan papa dan mama ga baik dengan keluarga Bang Rey!' Lola bergeming lagi di hatinya. Ini berdasarkan prasangkanya saja,Lola tidak tahu apakah dia akan dihakimi atau tidak karena keruwetan yang dibua
"Tapi ...,""Maaf Nona tolong jangan mempersulit kondisi ini! Kami hanya menjalankan tugas!"Kalau dipikir-pikir dengan hati nurani tidak ada penjaga yang tega untuk membuat Lola tetap berada di dalam rumahnya dan menjalankan hukuman dari ayahnya. Tapi mereka tidak ada pilihan. Mereka digaji untuk itu. Lagipula bukankah semua orang tua tidak akan pernah menyakiti putrinya?Dengan berat hati pengawal-pengawal itu mencoba menutup pintu dan membiarkan Lola di dalam meskipun mereka juga tidak enak melihat lelehan air mata Lola"Aku nggak bisa keluar!"Hanya kata-kata lirih itulah yang keluar dari bibir Lola kemudian di saat yang bersamaan"Non, apa mau disiapkan sarapan paginya?"Sapaan asisten rumah tangga baru saja terdengar di telinga Lola di saat dirinya masih membalikkan badan menatap ke pintu rumahnya. Pembantunya datang dari belakang dan ini membuat Lola menghapus air matanya dulu, dia tidak ingin terlihat menangis walaupun Lola yakin kalau pembantunya pasti tahu dirinya baru saja
"Tidak boleh! aku tidak boleh negatif thinking! Pasti ini karena aku ketiduran aja makanya Si bibi enggak bangunin aku pas mama dan papaku datang!"Lola sih berharap kalau dirinya hanyalah berprasangka saja padahal ayah ibunya tidak seperti itu, Lola berusaha positif! Karena itulah pagi ini Lola segera keluar dan menemui pembantunya"Bi, kenapa enggak ngebangunin aku waktu papa dan mama datang?"Lola langsung menanyakan pada masalah intinya dan ini memang seperti menuduh."Maaf Non. Tapi Nyonya dan Tuan memang tidak pulang ke rumah! Bukannya bibi tidak mau membangunkan Non!"Hancur hati Lola ketika mendengar penjelasan dari pembantunya. Getir hatinya dan membuat Lola ingin menangis. Ke mana orang tuanya? kenapa tak memprdulikannya?Tapi"Lola, apa kabar?" Sapaan dari belakangnya membuat Lola sedikit terhenyak dan menengok ke arah sumber suara."Mas Isal?"Lola lupa kalau dia pernah janjian dengan Faisal ingin bertemu. Dan karena itu Faisal datang ke rumahnya kah?Ada senyum di wajah