"Hmm ... jadi kau sudah memutuskannya?"
tanya pria dihadapan Lola sambil memicingkan matanya sudah malas menunggu Lola terlalu lama.
"Eeh ... iya om! Aku udah mantap sekarang!"
jawab Lola berusaha untuk yakin dengan keputusannya walaupun seluruh tubuhnya gemetaran tak yakin dengan pilihan yang diambilnya.
tapi
'Aku tidak bisa mundur lagi! Bukan kah aku menghubungi Mami Ajeng dengan tujuan ini? Aku harus buktikan apa yang dikatakan oleh teman-temanku. Kehidupan mereka semua menjadi bahagia ketika sudah berkenalan dengan om-om yang kini menjadi tumpuan hidup mereka. Aku juga ingin bahagia. Dia bisa memberikan aku kasih sayang. Dia juga bisa memberikan perhatian. Bukankah itu yang dikatakan oleh Mami Ajeng?" gumam Lola dalam hatinya yang meyakinkan dirinya sendiri dengan pilihannya. Lola tidak ingin mundur dan dia sangat merindukan perhatian dan kasih sayang dalam hidupnya.
Mami ajeng: Selamat siang, suka sama suka saling happy
Lola: apa ini Mami Ajeng?
Mami Ajeng: Iya sayang! Ada yang bisa dibantu?
Lola: Ehm ... Aku mau tanya, ehm...
Mami Ajeng: mau tanya apa sayang?
Lola: sugar daddy ...
Mami Ajeng: hah?
(Mami ajeng tidak mendengar jelas kalimat yang dikatakan oleh Lola karena suara lOla sangat pelan)
Lola: Aku mau cari sugar daddy
(jawab Lola kali ini bicara lebih lantang)
Mami Ajeng: Oh, darling ... Jadi kamu mau cari sugar Daddy, toh?
Lola: Iya Mami.
Mami Ajeng:Ya sudah aku akan kirimkan alamatnya, kita ngobrol dulu disini ya.
Klik
Mami Ajeng tak lama mengirimkan alamat tempat dimana Dia menyuruh Lola untuk datang dan tanpa pikir panjang langsung Lola Langsung menstarter kembali mobilnya dan mencari putar arah menuju ke apartemen yang dikirimkan oleh Mami Ajeng
*
"Ehmm ...."
Pria itu berdehem lagi, membuyarkan lamunan Lola dan membuat mata Lola berkejap, lalu refleks memegang kancing baju seragam putih abu-abu nya. Lola memang masih kelas tiga SMA dan sekarang sudah menjelang ujian akhir. Tiga bulan lagi, Lola bisa menuju jenjang yang lebih tinggi, masa kebebasan yang dinantikan olehnya
"Eh, iya, om ...."
Lola segera mungkin memegang kancing bajunya dan melanjutkan membuka pakaiannya sesuai dengan keinginan orang yang ada dihadapannya.
"Kenapa kau menginginkan sugar daddy?" tanya Mami Ajeng saat Lola datang ke apartemennya
Pertanyaan yang masih terngiang dalam ingatan Lola sambil dia membuka satu persatu kancing pakaiannya.
"Aku mencari sugar Daddy yang bisa menyayangi dan memperhatikanku." Lola menjawab sesuai dengan kata hatinya. Memang yang Lola harapkan hanyalah kasih sayang sehingga Lola berusaha untuk jujur.
"Ehm ...." Lola berhenti sebentar ketika mengingat obrolannya dengan Mami Ajeng dan tujuannya mencari sugar daddy dan menatap pria di hadapannya ketika sudah membuka empat kancing pakaiannya.
"Tidak sanggup untuk melanjutkan?" tanya pria dihadapan Lola ketika Lola menghentikan membuka kancingnya dan membuat Lola menggelengkan kepalanya, lalu melanjutkan kembali membuka sisa kancing bajunya ketika mengingat janji dari mami Ajeng saat mereka bertemu tadi siang.
"Hahaha!" Mami Ajeng tertawa mendengar penjelasan dari Lola
"Apa aku tidak bisa mendapatkan itu?"
Mami Ajeng menganggukkan kepalanya
"Jangan khawatir! Semua itu mungkin." Mami Ajeng tersenyum menatap Lola
'Mami Ajeng sudah berjanji padaku bahwa aku bisa mendapatkan kasih sayang dari orang dihadapanku! Aku tidak akan tahu kebenarannya kalau aku tidak bisa melakukan apa yang diminta olehnya. Aku memberikan tubuhku dan dia memberikan kasih sayang padaku, bukan begitu aturannya, kan?' Lola semakin mantap karena impian terbesarnya untuk mendapatkan perhatian sudah menguasai seluruh relung hatinya, sehingga kali ini Lola tidak menggunakan akal sehatnya, dirinya sudah sangat jenuh dengan kehidupan pribadinya dan membuatnya menjadikan ini adalah pilihan terakhir untuk mendapatkan kebahagiaan, walau hanya sesaat.
SREEEET
Degup jantung Lola semakin kencang ketika sudah membuka seragam putih yang menutupi bagian atas tubuhnya dan kali ini tangannya sudah memegang sleting belakang rok abu-abunya dan sudah diturunkan.
'Fuuuuh ... kau harus yakin Lola! Sudah setengah jalan jangan menyerah. Ingat semua kata-kata Mami Ajeng, lakukan apa yang Om minta. itulah satu-satunya syarat supaya kau bisa diterima olehnya." Lola menyemangati dirinya sendiri dan menjatuhkan roknya dihadapan pria yang menatapnya masih dengan tatapan datar. Lola melucuti dirinya sendiri mengikuti semua pesan yang diberikan oleh Mami Ajeng kepadanya.
"Lalu bagaimana syaratnya?" tanya Lola prosedural pada Mami Ajeng siang tadi
"Sekarang katakan padaku apa kau pernah pacaran?"
Lola menggelengkan kepalanya
"Apa kau pernah tidur dengan seorang laki-laki?"
Dengan cepat Lola juga menggelengkan kepalanya
"Apakah masih perawan?" tanya Mami Ajeng kali ini dengan suara yang penuh penekanan
Lola menganggukkan kepalanya
"Apa kau bisa berdiri sebentar?" tanya Mami Ajeng
Lola menganggukkan kepalanya, membiarkan mami Ajeng memperhatikan seluruh tubuh Lola dari atas sampai bawah dan wanita itu pun tersenyum lalu berdiri mendekat kepada Lola. Memutar tubuh Lola dan mengangguk-anggukan kepalanya
"Apakah kau kosong nanti malam?"
Lola menganggukkan kepalanya
"Malam nanti ada seseorang yang cukup kaya raya, dia mencari wanita yang belum pernah tersentuh oleh pria. Apa kau ingin mencoba keberuntunganmu?" tawaran dari mami Ajeng
Tanpa pikir panjang Lola menganggukan kepalanya, menyanggupi.
"Kalau begitu bersiaplah! Aku akan kirimkan alamatnya dan kau bisa datang sendiri ke sana. aku akan menunggu di sana. Pakai seragam ini saja. Kau sudah pas dengan seragam ini."
Lola menganggukan kepalanya
"Apa yang harus aku persiapkan, mami?"
"Persiapkanlah dirimu untuk mengikuti semua perintahnya. Ingat pesanku, jangan pernah menolaknya jika kau ingin mendapatkan kasih sayang dan perhatian darinya," jawab mami Ajeng
"Fuuuuh ...." Lola menghela napas setelah berhasil melucuti semua pakaiannya. Tubuh polos Lola sudah terekspos di depan laki-laki yang ada di hadapannya dan detak jantung Lola berdegup kencang bagaikan Lola baru saja selesai lomba lari, karena ini adalah pertama kali baginya.
"Berputarlah!"
Tanpa menunggu, Lola yang jengah menatap pria dihadapannya, langsung mengikuti permintaan pria itu memutarkan tubuhnya seratus delapan puluh derajat.
'Seenggaknya dengan begini aku bisa istirahat dari pandangan matanya dulu,' pikir Lola dihatinya.
Tuk tuk tuk
'Dia melangkah mendekat padaku bukan?' gumam Lola dalam hatinya dan jantungnya semakin berdegup kencang ketika mendengar suara sepatu fantofel pria datang mendekat kepadanya.
'Hhhhh ...'
Lola kaget luar biasa ketika kedua tangan pria itu sudah menyentuh bagian empuk di belakang tubuhnya yang biasanya menjadi sandaran untuk duduk. Kedua tangan itu sangat hangat membuat tubuh Lola sedikit bergelinjang ketika menerima sentuhan pertama kali dari tangan yang cukup kekar walaupun terasa sedikit kasar
"Berputarlah!"
DEG
Detak jantung Lola semakin tidak beraturan ketika pria yang ada di belakangnya mulai memerintah lagi. Bukan masalah berputarnya yang membuat Lola menjadi panas dingin, tapi karena jarak mereka yang begitu dekat membuat Lola nervous tapi dia tetap melakukan apa yang diminta oleh pria yang dipanggilnya Om.
"Hhpppp."
Lola kaget karena belum sempat Lola berputar tangan kekar pria itu sudah memutari tubuhnya dan dari belakang kedua tangan itu sudah memegang bagian tubuh yang memiliki kembaran dan sangat membanggakan bagi seorang wanita
"Katakan padaku apa yang kau harapkan sehingga kau menginginkanku menjadi sugar Daddy mu?"
'Kenapa kejam banget sikapnya ke Bang Rey? Apa papa gak liat orang disampingku sangat serius punya niat serius dan perhatian padaku?'Sayangnya Rudi, papa Lola sudah sangat membencinya sehingga tidak ingin berlama-lama mendengarkan Reynald yang membuat hati Lola perih. Reynald sudah menunjukkan kasih sayangnya pada Lola dan perhatiannya yang begitu besar. Kenapa papanya tetap tak mau mendengarkannya dan tergugah hatinya?Lola tak mengerti. Tapi ini sangat menyakitkan bagi Lola."Baiklah kalau memang itu mau Anda!" Reynald bicara lagi."Saya yakin orang seperti Anda tidak mungkin Lost dan tidak memperhatikan Lola bukan? Anda pasti tahu kalau saya membawanya. Jam setengah delapan sekarang, tak mungkin Anda masih ada di rumah Anda," sindir Reynald yang sengaja ingin menunjukkan pada Lola kalau orang tuanya sudah tahu tentang kedatangan mereka."Apa maumu?"Tak menjawab, Rudi malah terlihat makin sinis."katakan saja apa maumu dan jangan menghabiskan waktu ku""Freddy, tunjukkan pada mer
"Bang Rey, tapi--"Lola ingin mengelak permintaan dari seseorang yang sangat dicintainya itu.CUP!"Aku tahu kamu nggak akan tenang. Kamu takut orang tuamu akan menyanggah lagi dan membuat masalah denganku bukan?"Ya jelas Lola mengangguk karena itu semua sesuai dengan ketakutan yang ada dalam benaknya"Udah, nggak usah khawatir, Lola! Aku tahu apa yang harus kulakukan dan tidak ada yang bisa membuat masalah denganku, Lola! Tenang saja." Reynald ingin meyakinkan dan tak mau Lola banyak pikiran."Tapi Bang Rey?""Lola, kalau kita nggak ketemu sama orang tuamu dan menyelesaikan masalah ini. kita tidak bicarakan dengan mereka baik-baik. Ya jelas saja semua ini tidak akan pernah selesai. Ujungnya mereka akan mengejar-ngejar aku atau mereka akan membuat masalah dengan pernikahan kita. Dan ini juga akan membuat mereka benci pada kita! Mau sampai kapan semua kebencian ini diteruskan?"Kini Reynald memegang wajah Lola dengan kedua tangannya mencoba meyakinkan wanitanya saat mata mereka bertau
"Yah, karena memang ayahku ingin kembali bersama ibuku Lola!""Eh, tunggu, tadi bukannya kata Bang Rey, ayah Bang Rey nggak bisa move on dari mamaku terus hubungannya papa bang Rey sama mamanya Bang Rey jadi berantakan?""Yep! Yang ku tahu begitu. Makanya aku dalam dilema saat tahu siapa kamu," jujur Reynald."Pertama, aku kesal dengan ayahku dan aku juga kasihan dengan ibuku. Kesal dengan ayahku karena dia lebih memilih ibumu sampai ibuku sakit makanya aku kecewa pada diriku kenapa aku bisa dekat dengan anak seorang wanita yang telah membuat keluargaku sendiri berantakan." Reynald diam sambil mengelus wajah Lola."Di sisi lain aku juga kesal karena aku tidak bisa berbuat apapun dan tetap harus mengikuti arah yang d
"Me-memang apa yang terjadi Bang Rey?" Lola takut-takut bertanya."Ibumu, Dia adalah orang yang membuat ayah dan ibuku berpisah!"Kaget Lola mendegarnya. Tapi dari pandangan mata Reynald pria itu tidak bercanda saat menjelaskan ini."Ibumu belum menikah dengan ayahmu. Dan dia adalah wanita yang sangat dicintai oleh ayahku sampai dia tidak bisa sama sekali melihat ibuku!" lalu Reynald menunduk dengan tawa yang masih tersemat di bibirnya"Ibuku sangat mencintai ayahku! Dia mencoba mengejarnya dan membuatnya mencintainya. Dia benar-benar tulus sekali padanya. Tapi sayangnya ayahku hanya melihat pernikahannya seperti pernikahan yang memang sudah dipersiapkan oleh keluarga kami. Hingga akhirnya dia berselingkuh di belaka
"B-bang Rey, udah gak benci aku lagi?""Hmm, sebenarnya aku membencimu ketika aku memikirkan tentang keluargamu dan orang tuamu."Reynald tersenyum yang lebih menyerupai ringisan dan menunjukkan rasa bersalah di wajahnya, sungguh sebuah senyum yang tak membuatnya bahagia."Tapi kau bukan mereka!" Reynald menyadari kesalahannya."Seharusnya aku sadar kalau aku tidak bisa melimpahkan semua emosi dan kemarahanku padamu, Lola." Reynald menggelengkan kepalanya pelan"Tapi kondisinya kemarin sulit sekali untukku Dan aku tahu itu juga sulit untukmu! Dan seharusnya aku memikirkan tentang dirimu aku tidak egois cuma aku tidak tahu bagaimana aku harus berpikir! Aku-- aku sudah menyia-nyiakanmu, Lola. Aku tahu seharusnya tidak semudah ini aku minta maaf padamu setelah apa yang sudah kulakukan padamu.""Bang Rey, hhh!""Hey jangan menangis sayang!"Reynald dengan lembut mengusap air mata itu dan dia mendekat kepada Lola menempelkan bibirnya di wajah tepat di mana tadi dia menggerakkan tangannya m
"Apa kau sudah menyelidiki teman wanitanya tadi? kalau dia adalah gadis baik-baik saja dan tak ada intrik apapun, Ferry?"Bukan masalah apa yang ada di perekam suara yang masih di pegang Ferry, ajudannya yang ditanyakan pria itu."Sudah Tuan Reynald.""Bagaimana hasilnya?"Reynald justru mengkhawatirkan yang lain!Dan selama ini memang dia selalu saja memperhatikan wanita yang sudah pergi dengan bus itu. Tapi tentu saja dia melakukannya diam-diam supaya semua gerak-geriknya tidak diketahui oleh asisten kakeknya."Dari hasil pantauan orang suruhan saya, tidak ada yang terlalu aneh padanya. Gadis itu normal seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya. Semua terlihat baik-baik saja tapi saya juga tidak tahu dengan siapa saja dia berkomunikasi. Hanya saja, Lola sepertinya cukup dekat dengannya dan banyak bicara dengannya. Mungkin satu-satunya cara kita mengetahui bagaimana hubungan mereka dari rekaman ini?""Hmm. Tadi dia pergi ke arah sana! Apa kau sudah menyuruh orangmu untuk mengikutiny
"Huh, tebakanku yang pertama gagal! Apa mungkin kau--"Brenda tidak melanjutkan kata-katanya tapi lirikan matanya tertuju pada salah satu bagian tubuh Lola yang membuat wanita itu mengangguk"Kau benar Brenda. Aku punya bayi di dalam kandunganku!""Wow!" Sebuah penegasan yang membuat Brenda membuka mulutnya, termangu."Sorry, Jadi biar aku tebak! Apa keluargamu gak tahu soal ini?" Setelah mengembalikan pikirannya untuk fokus, Brenda menyuguhkan analisanya lagi, yang dijawab dengan anggukan kepala Lola. "Tidak Brenda, keluargaku gak tahu!"Lola masih menatap Brenda dengan wajahnya yang terlihat cemas, lebih tepatnya, kalut."Tidak ada yang boleh tahu! Aku harus melindungi anak ini dari keluargaku dan aku tidak bisa kalau aku gak dapat scholarship!" "Apa semua pendidikanmu bergantung pada itu?"Kembali Lola menggelengkan kepalanya"Tapi keluargaku tidak akan pernah menerimaku kalau mereka tahu kalau aku mengandung! Itu artinya mereka tidak akan membiayaiku lagi dan ini akan rumit! Biay
"Hahaha! Kau pasti bercandakan?""Apa aku terlihat bercanda, J?" sindir Brenda sambil melambaikan tangannya dan dia menarik tangan Lola cepat-cepat seakan tidak mau keduluan dari Jeremy."Aku rasa sekarang kau sudah aman!" ucap Brenda yang bibirnya kini tersenyum simpul dengan ekor matanya menjurus pada Lola."Sekali kau terpikat pada pria macam dia, kau tidak akan pernah lepas darinya, sayang! gadis polos sepertimu akan jadi sasarannya!""Tapi sekali aku dekat denganmu, aku tidak akan menjadi teman wanitamu, kan Brenda? Teman wanita yang maksudku dalam hubungan tidak wajar loh!""Hahaha! Tenang saja kau aman denganku! Aku hanya pura-pura saja kok. Yang penting kau tidak diganggu olehnya!" tegas Brenda. Dia bicara sudah menarik tangan Lola menjauh. Dan mereka memang menuju ke gedung administrasi. Jeremy setelah mendengar itu, untungnya dia memang tidak mengikuti lagi."Baiklah terima kasih atas bantuanmu, Brenda! Tapi bisakah kau beritahukan padaku Apa alasanmu mau menolongku?" Sambil
"Tidak, aku tidak boleh gegabah! Aku belum tahu siapa Brenda!" Lola masih menahan dirinya. Dia memang butuh pekerjaan dan Lola juga punya nomor telepon Brenda, tapi rasa khawatirnya dan tak mau sampai memilih orang yang salah untuk berteman dan dimintai pendapat, membuat Lola menyurutkan niatnya Sehingga"Sudahlah sekarang yang penting aku harus berjuang supaya aku bisa masuk ke universitas terbaik di sini, untuk lima puluh ribu dolar tabungan! Aku masih punya waktu seminggu bukan?"Lola bukan dari keturunan orang bodoh! Mela adalah wanita yang sangat pintar! Begitupun dengan ayahnya Rudi, Mereka berdua adalah orang dengan kepintaran di atas rata-rata! Cukup jenius sehingga untuk Lola yang merupakan anak keduanya, apalagi ditambah keinginannya yang kuat, sangat mudah sekali untuk mempersiapkan diri. Dia sangat serius dan Lola tidak membuang-buang waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna'Demi hidupku! Demi masa depanku dan terutama demi menyambung hidup bersama anakku! Aku tidak bo