"Aku ..."
Lola masih terperanjat kaget mendengar pertanyaan dari pria dibelakangnya dan kali ini dia sangat membutuhkan pegangan tapi tak tahu kemana harus memegang sehingga Lola hanya mengepalkan tangannya.
"Kau harus mengatakan alasannya karena itu menjadi faktor penting dalam penentuan kau terpilih atau tidak!"
Pria itu menambahkan karena Lola belum menjawab pertanyaan darinya
"Aku ingin kasih sayang dan perhatian."
Lola yang sudah tersadar tidak lagi menunggu dan langsung mengutarakan jawabannya
"Kalau ingin kasih sayang dan perhatian?"
Pria itu melepaskan tangannya dari dua gundukan yang tadi diremasnya dan sekarang dua tangannya memegang lengan Lola sambil matanya menatap pupil mata Lola
"Iya, Om Reynald... Aku ingin kasih sayang dan perhatian." Lola menganggukkan kepalanya dan menyatakan apa yang diinginkannya pada pria bernama Renald yang kini posisinya sangat dekat dengan Lola. Harum menusuk dari parfum maskulinnya sungguh membuat Lola terlena. Ini pertama kalinya dia sangat dekat dengan seorang pria, apalagi tanpa busana, membuat tubuh Lola merespon aneh untuknya.
Reynald hanya tersenyum menatap Lola
"Kau pikir aku bisa memberikan yang seperti itu?"
Lola menganggukkan kepalanya
"Mami Ajeng menjanjikan itu padaku. Kau bisa memberikan kasih sayang dan perhatian padaku, itu yang dikatakannya, karena itu aku memberanikan diri datang ke sini." Lola memberikan jawaban sesuai yang diberikan oleh Mami Ajeng. Keinginannya untuk mendapatkan kasih sayang, sudah membuat Lola menjadi buta dan berusaha dengan cara apapun untuk mendapatkan impiannya itu.
Tapi kenapa Lola betul-betul ingin mendapatkan kasih sayang? Kenapa Lola tidak mencarinya dari keluarganya?
*Flashback tadi pagi
Lola memutar bola matanya, tatapannya mengarah ke piring makanannya, enggan untuk menarik wajahnya.
"Bagaimana jadwal hari ini?" Rudi bertanya kepada asisten yang ada dibelakangnya sambil tangannya memotong panekuk di piringnya
"Iya lho Jeng! Memang begitu sikap ibu Bella! Asal tahu aja, Sebaiknya jeng ati-ati, tidak perlu terlalu dekat dengannya! Apalagi meminjamkan uang! sudah banyak kejadian yang dipinjam dan tidak dikembalikan!" Mela datang ke meja makan masih sambil telinganya masih terhubung earphone nirkabel, sibuk menelepon teman arisannya tanpa menyapa siapapun di meja makan
"Pah, Mah, aku berangkat dulu!" Aldo berteriak menyapa papanya Rudi dan mamanya Mela, tanpa menengok sama sekali kepada kedua orang tuannya, hanya lurus aja langsung menuju ke pintu keluar setelah turun dari tangga, sangat cuek dan sangat dingin. Tapi itu tidak berpengaruh pada Rudi dan Mela karena mereka juga sedang sibuk sekali dengan urusannya masing-masing. Mela yang sibuk dengan teleponnya sedangkan Rudi sibuk dengan semua agenda yang sudah dibacakan oleh asistennya. Selama sarapan pagi, dari tadi mereka berdua terus saja membicarakan masalah bisnis walaupun Rudi saat ini sedang menikmati makan paginya.
Lola hanya mendengus pelan melihat semua pemandangan di ruang makan yang memang sudah jadi kebiasaan sehari-hari di keluarganya. Papanya yang workaholik bahkan bisa bekerja dua puluh empat jam tanpa henti apabila sedang mengejar suatu tender yang penting. Mamanya terlalu sibuk dengan dunia sosialita. Kakak keduanya, Aldo sangat sibuk dengan kuliah S2 nya sebagai seorang dokter spesialis. Dia adalah seorang kutu buku yang hanya bicara satu sampai dua kata dan jarang sekali bersosialisasi seperti tadi. Saat makan pun Aldo bisa melewatinya dan langsung pergi menuju kampusnya untuk belajar dan belajar. Sedangkan kakak pertamanya, Freddy dia sudah tidak tinggal bersama mereka. Freddy sekarang berada di Hongkong mengurus perusahaan Rudi yang berada di sana. Lalu Lola disinilah dia sekarang. Duduk di meja makan bersama kedua orangtuanya yang mungkin tidak menyadari keberadaannya di sana karena kedua orangtuanya juga tidak saling bertegur sapa satu sama lain.
Ciuk ciuk ciuk
Suara tembakan di handphone membuat sedikit kebisingan di meja makan ketika bocah yang masih duduk di kelas satu SMP datang mendekat dan hanya mengambil setangkap roti tawar lalu segera pergi dengan pandangan matanya masih kepada gadget yang dipegangnya. Dia adalah Austin. Anak paling bungsu di keluarga Lola,adik Lola yang sudah sangat candu dengan game online dan Austin bisa menghabiskan hari-harinya hanya dengan menikmati game di gadgetnya. Tidak ada orang yang peduli pada Lola, bahkan tidak ada yang sadar untuk menyapanya pagi ini. Kalau hanya satu atau dua kali terjadi mungkin tidak masalah, tapi bertahun-tahun ini selalu terjadi dalam hidupnya membuat hatinya kosong dan terasa begitu menyakitkan hidup dengan keluarga tapi serasa sebatangkara.
*flasback off
"Kalau kau ingin kasih sayang dan perhatian, harusnya kau meminta pada orang tuamu bukan datang padaku. Kau juga bisa mencari seorang kekasih yang bisa memberikan itu semua padamu!" jawaban Reynald di hadapan Lola dengan senyum acuhnya, lalu membalikkan badannya melangkahkan kaki kembali ke sofa dan duduk menatap Lola
"Kenapa masih diam saja?"
"Memang apa yang harus aku lakukan?" tanya Lola polos tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Lola pun bingung bagaimana harus bagaimana menanggapi pernyataan dari pria yang sudah kembali duduk dan menatapnya.
"Pakai kembali pakaianmu!" perintah Reynald lagi
Lola langsung menganggukkan kepalanya paham dan dengan tersipu malu bergegas memakai pakaiannya satu persatu. Pikiran di dalam otaknya sudah berantakan antara malu, bingung, cemas, marah semuanya menjadi satu dan Lola tidak tahu bagaimana harus menanggapi semuanya. Lola tak sadar ada orang yang menikmati sikap malu-malunya ketika Lola sedang menutupi satu persatu aset tubuhnya.
"Apa aku bisa pergi dari sini?" tanya Lola setelah mengenakan semua pakaiannya tapi orang yang ada di hadapannya masih menatapnya dan belum mengusirnya, padahal sudah diam lebih dari lima menit
"Apa kau tidak punya orang tua?"
Lola menggelengkan kepalanya
"Orang tuaku masih lengkap."
"Lalu kenapa kau membutuhkan kasih sayang?"
"Itu ...." Lola tidak langsung menjawab dan masih memikirkan apa yang ingin dikatakannya kepada laki-laki di hadapannya
'Aku tidak mungkin mengatakan siapa aku kepadanya bukan? Tapi aku tidak boleh kehilangan kesempatan ini juga! Aku juga ingin bahagia. Ini satu-satunya kesempatan yang aku punya dan mungkin aku tidak akan berani lagi mencoba melakukan ini untuk kedua kalinya, tapi aku harus menjawab apa pertanyaannya?' gumam Lola di dalam hatinya ia tidak ingin identitas dirinya diketahui oleh siapapun.
"Tidak semua pertanyaanku harus kau jawab. Tapi semua pertanyaanku memberikan nilai apa aku akan menerimamu atau tidak. Dan kalau kau tidak mau menjawab pertanyaan ku, disana pintu keluarnya sebaiknya kau keluar karena urusan kita sudah selesai."
"Aku tidak punya pacar!" jawab Lola cepat karena tak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan sugar daddy
Lola mengangguk
"Jadi karena kau tidak punya pacar kau ingin aku menjadi sugar Daddy mu?" Reynald penasaran pada Lola, sehingga Reynald semakin menggali informasi tentang Lola.
Dengan cepat Lola menganggukan kepalanya
"Iya, om Reynald bener banget! Aku ga punya pacar, karena itu aku mencari sugar Daddy supaya bisa memberikan aku perhatian dan kasih sayang tulus seperti orang yang pacaran!" jawab Lola sekenanya bahkan dia bicara tanpa dipikir lebih dahulu terlintas begitu saja dalam pikirannya dan langsung mengutarakannya.
"Kenapa kau tidak mencari dari teman-teman seumuran denganmu? Bukankah kau ingin perhatian dan kasih sayang tulus?"
'Kenapa kejam banget sikapnya ke Bang Rey? Apa papa gak liat orang disampingku sangat serius punya niat serius dan perhatian padaku?'Sayangnya Rudi, papa Lola sudah sangat membencinya sehingga tidak ingin berlama-lama mendengarkan Reynald yang membuat hati Lola perih. Reynald sudah menunjukkan kasih sayangnya pada Lola dan perhatiannya yang begitu besar. Kenapa papanya tetap tak mau mendengarkannya dan tergugah hatinya?Lola tak mengerti. Tapi ini sangat menyakitkan bagi Lola."Baiklah kalau memang itu mau Anda!" Reynald bicara lagi."Saya yakin orang seperti Anda tidak mungkin Lost dan tidak memperhatikan Lola bukan? Anda pasti tahu kalau saya membawanya. Jam setengah delapan sekarang, tak mungkin Anda masih ada di rumah Anda," sindir Reynald yang sengaja ingin menunjukkan pada Lola kalau orang tuanya sudah tahu tentang kedatangan mereka."Apa maumu?"Tak menjawab, Rudi malah terlihat makin sinis."katakan saja apa maumu dan jangan menghabiskan waktu ku""Freddy, tunjukkan pada mer
"Bang Rey, tapi--"Lola ingin mengelak permintaan dari seseorang yang sangat dicintainya itu.CUP!"Aku tahu kamu nggak akan tenang. Kamu takut orang tuamu akan menyanggah lagi dan membuat masalah denganku bukan?"Ya jelas Lola mengangguk karena itu semua sesuai dengan ketakutan yang ada dalam benaknya"Udah, nggak usah khawatir, Lola! Aku tahu apa yang harus kulakukan dan tidak ada yang bisa membuat masalah denganku, Lola! Tenang saja." Reynald ingin meyakinkan dan tak mau Lola banyak pikiran."Tapi Bang Rey?""Lola, kalau kita nggak ketemu sama orang tuamu dan menyelesaikan masalah ini. kita tidak bicarakan dengan mereka baik-baik. Ya jelas saja semua ini tidak akan pernah selesai. Ujungnya mereka akan mengejar-ngejar aku atau mereka akan membuat masalah dengan pernikahan kita. Dan ini juga akan membuat mereka benci pada kita! Mau sampai kapan semua kebencian ini diteruskan?"Kini Reynald memegang wajah Lola dengan kedua tangannya mencoba meyakinkan wanitanya saat mata mereka bertau
"Yah, karena memang ayahku ingin kembali bersama ibuku Lola!""Eh, tunggu, tadi bukannya kata Bang Rey, ayah Bang Rey nggak bisa move on dari mamaku terus hubungannya papa bang Rey sama mamanya Bang Rey jadi berantakan?""Yep! Yang ku tahu begitu. Makanya aku dalam dilema saat tahu siapa kamu," jujur Reynald."Pertama, aku kesal dengan ayahku dan aku juga kasihan dengan ibuku. Kesal dengan ayahku karena dia lebih memilih ibumu sampai ibuku sakit makanya aku kecewa pada diriku kenapa aku bisa dekat dengan anak seorang wanita yang telah membuat keluargaku sendiri berantakan." Reynald diam sambil mengelus wajah Lola."Di sisi lain aku juga kesal karena aku tidak bisa berbuat apapun dan tetap harus mengikuti arah yang d
"Me-memang apa yang terjadi Bang Rey?" Lola takut-takut bertanya."Ibumu, Dia adalah orang yang membuat ayah dan ibuku berpisah!"Kaget Lola mendegarnya. Tapi dari pandangan mata Reynald pria itu tidak bercanda saat menjelaskan ini."Ibumu belum menikah dengan ayahmu. Dan dia adalah wanita yang sangat dicintai oleh ayahku sampai dia tidak bisa sama sekali melihat ibuku!" lalu Reynald menunduk dengan tawa yang masih tersemat di bibirnya"Ibuku sangat mencintai ayahku! Dia mencoba mengejarnya dan membuatnya mencintainya. Dia benar-benar tulus sekali padanya. Tapi sayangnya ayahku hanya melihat pernikahannya seperti pernikahan yang memang sudah dipersiapkan oleh keluarga kami. Hingga akhirnya dia berselingkuh di belaka
"B-bang Rey, udah gak benci aku lagi?""Hmm, sebenarnya aku membencimu ketika aku memikirkan tentang keluargamu dan orang tuamu."Reynald tersenyum yang lebih menyerupai ringisan dan menunjukkan rasa bersalah di wajahnya, sungguh sebuah senyum yang tak membuatnya bahagia."Tapi kau bukan mereka!" Reynald menyadari kesalahannya."Seharusnya aku sadar kalau aku tidak bisa melimpahkan semua emosi dan kemarahanku padamu, Lola." Reynald menggelengkan kepalanya pelan"Tapi kondisinya kemarin sulit sekali untukku Dan aku tahu itu juga sulit untukmu! Dan seharusnya aku memikirkan tentang dirimu aku tidak egois cuma aku tidak tahu bagaimana aku harus berpikir! Aku-- aku sudah menyia-nyiakanmu, Lola. Aku tahu seharusnya tidak semudah ini aku minta maaf padamu setelah apa yang sudah kulakukan padamu.""Bang Rey, hhh!""Hey jangan menangis sayang!"Reynald dengan lembut mengusap air mata itu dan dia mendekat kepada Lola menempelkan bibirnya di wajah tepat di mana tadi dia menggerakkan tangannya m
"Apa kau sudah menyelidiki teman wanitanya tadi? kalau dia adalah gadis baik-baik saja dan tak ada intrik apapun, Ferry?"Bukan masalah apa yang ada di perekam suara yang masih di pegang Ferry, ajudannya yang ditanyakan pria itu."Sudah Tuan Reynald.""Bagaimana hasilnya?"Reynald justru mengkhawatirkan yang lain!Dan selama ini memang dia selalu saja memperhatikan wanita yang sudah pergi dengan bus itu. Tapi tentu saja dia melakukannya diam-diam supaya semua gerak-geriknya tidak diketahui oleh asisten kakeknya."Dari hasil pantauan orang suruhan saya, tidak ada yang terlalu aneh padanya. Gadis itu normal seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya. Semua terlihat baik-baik saja tapi saya juga tidak tahu dengan siapa saja dia berkomunikasi. Hanya saja, Lola sepertinya cukup dekat dengannya dan banyak bicara dengannya. Mungkin satu-satunya cara kita mengetahui bagaimana hubungan mereka dari rekaman ini?""Hmm. Tadi dia pergi ke arah sana! Apa kau sudah menyuruh orangmu untuk mengikutiny
"Huh, tebakanku yang pertama gagal! Apa mungkin kau--"Brenda tidak melanjutkan kata-katanya tapi lirikan matanya tertuju pada salah satu bagian tubuh Lola yang membuat wanita itu mengangguk"Kau benar Brenda. Aku punya bayi di dalam kandunganku!""Wow!" Sebuah penegasan yang membuat Brenda membuka mulutnya, termangu."Sorry, Jadi biar aku tebak! Apa keluargamu gak tahu soal ini?" Setelah mengembalikan pikirannya untuk fokus, Brenda menyuguhkan analisanya lagi, yang dijawab dengan anggukan kepala Lola. "Tidak Brenda, keluargaku gak tahu!"Lola masih menatap Brenda dengan wajahnya yang terlihat cemas, lebih tepatnya, kalut."Tidak ada yang boleh tahu! Aku harus melindungi anak ini dari keluargaku dan aku tidak bisa kalau aku gak dapat scholarship!" "Apa semua pendidikanmu bergantung pada itu?"Kembali Lola menggelengkan kepalanya"Tapi keluargaku tidak akan pernah menerimaku kalau mereka tahu kalau aku mengandung! Itu artinya mereka tidak akan membiayaiku lagi dan ini akan rumit! Biay
"Hahaha! Kau pasti bercandakan?""Apa aku terlihat bercanda, J?" sindir Brenda sambil melambaikan tangannya dan dia menarik tangan Lola cepat-cepat seakan tidak mau keduluan dari Jeremy."Aku rasa sekarang kau sudah aman!" ucap Brenda yang bibirnya kini tersenyum simpul dengan ekor matanya menjurus pada Lola."Sekali kau terpikat pada pria macam dia, kau tidak akan pernah lepas darinya, sayang! gadis polos sepertimu akan jadi sasarannya!""Tapi sekali aku dekat denganmu, aku tidak akan menjadi teman wanitamu, kan Brenda? Teman wanita yang maksudku dalam hubungan tidak wajar loh!""Hahaha! Tenang saja kau aman denganku! Aku hanya pura-pura saja kok. Yang penting kau tidak diganggu olehnya!" tegas Brenda. Dia bicara sudah menarik tangan Lola menjauh. Dan mereka memang menuju ke gedung administrasi. Jeremy setelah mendengar itu, untungnya dia memang tidak mengikuti lagi."Baiklah terima kasih atas bantuanmu, Brenda! Tapi bisakah kau beritahukan padaku Apa alasanmu mau menolongku?" Sambil
"Tidak, aku tidak boleh gegabah! Aku belum tahu siapa Brenda!" Lola masih menahan dirinya. Dia memang butuh pekerjaan dan Lola juga punya nomor telepon Brenda, tapi rasa khawatirnya dan tak mau sampai memilih orang yang salah untuk berteman dan dimintai pendapat, membuat Lola menyurutkan niatnya Sehingga"Sudahlah sekarang yang penting aku harus berjuang supaya aku bisa masuk ke universitas terbaik di sini, untuk lima puluh ribu dolar tabungan! Aku masih punya waktu seminggu bukan?"Lola bukan dari keturunan orang bodoh! Mela adalah wanita yang sangat pintar! Begitupun dengan ayahnya Rudi, Mereka berdua adalah orang dengan kepintaran di atas rata-rata! Cukup jenius sehingga untuk Lola yang merupakan anak keduanya, apalagi ditambah keinginannya yang kuat, sangat mudah sekali untuk mempersiapkan diri. Dia sangat serius dan Lola tidak membuang-buang waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna'Demi hidupku! Demi masa depanku dan terutama demi menyambung hidup bersama anakku! Aku tidak bo