Seiring berjalannya waktu. .... Adi menceritakan kembali bagaimana keadaan dia disana. Ternyata masih sama saja seperti sebelumnya. Dia tidak pernah di anggap, masih sering di kambing hitamkan oleh orang lain. Bahkan dia juga sempat di tuduh mencuri barang di toko itu. Dikarenakan orang lain yang iri dengannya. Adena sedih mendengarnya, tidak bisa ia bayangkan bagaimana keseharian Adi disana. Karena dulu waktu di Jambi dia juga merasakan kesengsaraan di perantauan. Dan sekarang dia juga mengalami hal yang serupa. Adena sungguh tidak tega jika membiarkan Adi merasakan kesedihan seperti itu lagi. Ia tidak mau lagi Adi sengsara disana. Lalu Adena dengan berat hati bilang ke Adi. "Lebih baik kamu pulang saja, dari pada kamu di perlakukan tidak adil disana. Aku sedih mendengarnya." Tegas Adena. "Kamu yakin suruh aku pulang, aku bahkan belum setahun disini." Sahut Adi. "Dari pada kamu selalu mengeluh begitu, aku yang dengar aja kesalnya luar biasa. Apalagi kamu yang merasakan itu
Seminggu kemudian. .... Adi siap-siap untuk pulang, bahkan tiket pesawat pun sudah di belikan. Dia pergi belanja ke Mall bersama temannya, untuk mencari oleh-oleh untuk keluarganya. Sesampainya di Mall, Adi langsung belanja barang keperluan untuk keluarganya. Setelah selesai belanja, lalu Adi menghubungi Adena melalui video call. "Kamu mau di belikan apa sebagai oleh-oleh?" "Aku tidak mau apa-apa asal kamu pulang dengan selamat aja udah cukup kok" sahut Adena. "Gak apa-apa, aku mau belikan kamu sesuatu tapi gak tau mau beliin apa. Bilang aja kamu lagi mau apa, kalau sanggup aku beli aku belikan kalau terlalu mahal pending dulu hehehe." Teman Adi mendengarkan percakapan antara Adi dengan Adena. Lalu temannya membisikkan, 'kalau mau belikan sesuatu buat pacar, jangan tanya ke orangnya. Pasti dia akan jawab tidak mau apa-apa, padahal sebenarnya dia ingin kamu belikan sesuatu. Walau apapun itu pasti dia akan senang juga' "Iya benar juga ya, tumben saran Lo terpakai kali ini haha
Keesokan harinya... .... Adi pulang ke kampung. Sampailah di Meulaboh, ia langsung mengajak Adena untuk bertemu. Ia berencana memberikan hadiahnya sambil jalan-jalan. Dia ingin orang yang terakhir dia temui sebelum dia berangkat, adalah orang yang pertama dia jumpai saat dia kembali. Yaitu Adena, sang pujaan hati. Pada malam itu, Adi bersama ponakannya menghampiri Adena yang sedang menunggu Adi di depan ruko. Lalu Adi mengeluarkan sesuatu yang terbungkus rapi dari bagasi motornya, Adena melihatnya dengan tersenyum disertai rasa penasaran. Kemudian dia mendekati Adena dengan gembira, dan menyerahkan barang yang ada di tangannya itu pada Adena. "Hei sayangku, akhirnya kita berjumpa lagi (sambil bersalaman) nih buat kamu" menyerahkan barang tersebut pada Adena. "Iya. Rindu banget. Ini apaan yang?" (Adena terlihat sangat bahagia saat menerima pemberian Adi). "Sesuatu, buat kamu." "Ih apaan sih" "Nanti pas di buka juga bakalan tau" "Ya sudah. Di simpan dulu berati ya?" "Iya. K
Kemudian mereka jalan-jalan telusuri pantai di sore hari, dengan sepeda motor nya sambil menikmati matahari terbenam. Sampai di suatu kafe mereka memesan nasi goreng kesukaannya Adi, dan mie goreng kesukaannya Adena. Kemudian Adi melakukan video call dengan temannya yang di Jakarta, sambil memamerkan pacarnya Adena. "Bro, aku bebas. Lagi jalan sama pacar aku nih". (Sambil nunjukin Adena) "Wah pamer nih. Enak banget ya pulang-pulang di tungguin pacar. Udah ngga galau lagi lu kan? Haha" "Iya jelas dong. Kalau udah dekat sama pacar hilang semua beban haha" "Dasar lu haha, boleh dong aku bicara sama pacar lo" "Ngga mau dia, malu. Udah dulu ya mau lanjut ngobrol sama pacar dulu hehe" "Siap bos" Adena yang malu-malu saat di lihat kawannya Adi langsung menyuruh Adi mengakhiri panggilan telponnya. "Malah pamer ke orang kaya orang ngga punya pacar aja" ucap Adena sambil mengejek Adi. "Itu memang harus, biar ngga di bilang jomblo hehe" "Memang mereka bilang kamu jomblo pas disana?"
Belum jauh perjalanan tiba-tiba hujan pun turun, lalu mereka singgah di salah satu teras ruko sambil menunggu hujan reda. Setelah setengah jam menunggu, hujan pun tak kunjung reda. Terpaksa mereka lanjut jalan hujan-hujanan, karena kebetulan tempat mereka singgah tidak terlalu terang dengan suasana remang-remang. Karena takut timbul fitnah dan prasangka orang, terpaksa Adena mengajak Adi langsung pergi dari tempat itu. Mereka basah kuyup, Adi kasihan dengan Adena takut Adena sakit, lalu Adi mengajak singgah lagi. "Kita singgah aja dulu ya, nanti kamu sakit. Aku ngga mau kamunya kenapa-kenapa" "Aku yang sakit atau kamu?" "Ya aku takutnya kamu lah yang sakit" "Kan kamu yang gak bisa kena hujan. Apalagi kalau malam kan? hehehe" "Ih kok kamu tau, memang kamu lah yang selalu perhatiin aku. Yang ngertiin aku banget kan" "Ya tau lah, jelas dong. Gak ada perhatian yang lebih selain dari perhatian aku ke kamu kan? Gak ada juga yang aku gak tau soal kamu, itu kamu sudah mulai pilek kan?
Selesai membeli makanan. Lalu Adena menelpon temannya memastikan sudah pulang atau belum. "Beb dimana? Udah pulang?" "Lagi pulang ini beb, udah mau nyampe rumah. Kamu dimana?" jawab Rara. "Aku di luar juga, tadi keluar lagi beb. Karena ngga berani sendirian di rumah. Ini mau pulang juga" "Oke beb, pulang terus. Aku juga udah nyampe nih" "Iya beb" "Langsung balik aja yuk, Rara udah di rumah" ucap Adena. "Iya, Ayuk. Udah dingin banget nih. Yakin nih aku bakalan demam nanti" "Itulah. Kamunya udah pilek kaya gitu, kan kasian" "Ngga apa-apa sayang. Paling demam bentar doang, besoknya juga sembuh" "Yakin nih, entar beli Paracetamol dulu ya" "Iya bawel, Ayo cepat" Kemudian mereka langsung pulang. Setelah itu, hari-hari mereka seperti biasa. Ada bahagia, canda tawa dan juga rasa sedih. .... Pada suatu saat, Adena menjelang sidang proposal. karena Adena sudah tingkat akhir kuliahnya. Mereka telponan, Adi mengajak Adena keluar tapi Adena tidak mau karena dia sedang sibuk dengan
Cek-cokan pun berlanjut Adi minta tukeran handphone, Adena tidak mau. Kemudian Adi memasukkan handphone Adena ke saku celananya, Adena sudah tidak bisa merebutnya. Mereka naik motor lanjut jalan. Adi sangat marah dengan Adena, tiba-tiba Adena sudah tidak bisa berkata-kata lagi dan langsung menangis di jalan dengan teriakan yang kencang di belakang adi."Sampai hati kamu buat aku kaya gini, besok aku sidang tapi kamu malah ngajak berantem. Antar aku balek. (Sambil nangis kencang)"Teriak saja sepuas kamu, aku gak perduli. Sudah sering banget kamu bohongi aku, aku udah gak percaya sama omongan kamu. Tegas Adi."Adena makin nangis menjadi-jadi.Tiba-tiba Adi luluh dia merasa kasihan dengan Adena yang menangis kencang di hadapannya, karena dia belum pernah buat cewek nangis sampai begitu.
Adi mengantar Adena pulang, tapi handphone Adena di bawa Adi. Sampai kosan Adena menelpon ke nomornya dengan handphone temannya suruh Adi antar balek handphone nya karena Adena membutuhkan handphone nya buat mencari tugas-tugas nya. Adi masih kekeh menanyakan kunci handphone Adena karena mau ngecek isi di dalam handphone apakah Adena masih berhubungan dengan Akmal atau tidak. Kemudian Adi mengalah karena Adena sudah memaksa Adi untuk mengembalikan handphone nya. Pada jam 3 malam kemudian terdengar suara motor Adi yang mengantar handphone Adena."Keluar, ambil HP kamu di atas kursi aku taruh."Iya.Adena menunggu suara motor Adi jauh lalu langsung keluar mengambil handphonenya.Alasan dia bilang buat cari tugas ke Adi, padahal dia takut saat Akmal menghubunginya tidak aktif. Kebetulan Adena menggunakan dua nomor dan dua handphone, yang Adi dan Akmal tau Adena memiliki satu handphone yang sama. Sebelum dia pergi bareng Adi dia sudah mengeluarkan satu SIM card nya. Karena dia harus nunju