Malam di Jakarta.Selma duduk sendirian dan kesepian di ruang tengah. Membairkan televisi menyala dengan tayangan berupa FTV yang dibintangi Amanda Syailendra. Memang FTV lama yang tayang ulang. Gadis itu memang cantik sejak awal. Apakah kecantikan itu yang menyebabkan Panji sampai cinta mati? Pasti tidak. Ia juga mengulik berbagai jejak digital. Membaca berita-berita lama dalam kurun waktu delapan tahun lamanya. Banyak foto-foto Amanda dan Panji beredar sebagai pasangan paling digemari kala itu. Mereka memang terlihat bahagia dan saling mencintai. Bahkan rencana pernikahan pada tanggal itu. Tanggal yang sama, di mana Panji dan Selma menikah.Ya. Mereka sudah menikah. Sah di mata hukum agama dan negara. Apa yang ditakutkan? Selma berhak memperjuangkan pernikahannya. Ia adalah istri yang sah.*************** GEORGIA, ATLANTA, AMERIKA SERIKAT**********Sampailah rombongan kru film dan para artisnya di sebuah mansion mewah. Salah satu properti milik Akshay Kumar dan keluarganya.
Malam masih larut. Belum ada tanda-tanda fajar menampakkan dirinya. Kejadian tengah malam itu memang masih membuat siapapun terkejut.Panji dan Amanda duduk bersama di mini bar mansion itu. Seorang pramutama menyajikan minuman hangat berupa susu vanilla untuk mereka. Menghangatkan badan pada cuaca dingin musim gugur begini."Makasih, udah nolong Pak Akshay," ucap Amanda."Sudah tugasku sebagai dokter," sahut Panji pelan."Mansion semewah ini hanya punya satu kekurangan dari sekian banyak kemewahan yang tampak," ujar Amanda. "Yaitu tim medis."Panji bingung harus mengobrol apa dengan gadis ini. Badannya lelah. Tetapi tidak ia pedulikan karena terlalu bahagia. Amanda sudah mau lebih ramah kepadanya. "Kamu harus jaga kesehatan." Kalimat itu terdengar begitu monoton.Amanda menoleh, lantas tersenyum. "Kamu sendiri gimana? Udah ada tanda-tanda akan punya momongan atau gimana?"Kenapa Amanda menanyakan hal seperti ini? Panji bahkan masih membenci kenyataan bahwa dirinya menikah dengan orang
Lima menit setelah Amanda keluar dari ruang rapat mewah di Georgian Mansion, Arjuna masih mengobrol dengan sutradara. Tentang beberapa teknik akting yang harus Arjuna perdalam dan latih agar lebih menguasai peran."Banyakin latihan fisik ya. Karena ini filmnya penuh aksi berantem." Begitu kata Fajar, sebelum meninggalkan ruang rapat.Ketika Arjuna bersiap hendak meninggalkan ruangan itu, ia masih mengumpulkan barang-barangnya seperti sebendel naskah, juga HP-nya, ia melihat satu HP lagi. Di silikon HP itu ada huruf A, mungkin inisial nama pemiliknya. Ia melihat di layar HP tersebut, memang milik Amanda. ia berinisiatif mengembalikannya.Hanya tidak menyangka, ia akan melihat seorang pria ada di dalam kamar Amanda. Dokter yang memimpin tim medis dalam produksi film ini. Memang sih, agak aneh, kenapa harus bawa tim medis dari Jakarta, coba? Ia menghargai jawaban Amanda tadi. Minta resep penambah stamina?*Amanda mendorong Panji jauh-jauh darinya. Sampai pria itu mundur beberapa langkah
Jakarta Selma merasakan kesedihan yang sulit menemui akhir. Statusnya memang adalah seorang istri. Namun sang suami memperlakukan ia seperti orang asing. Bahkan lebih rendah dari kotoran. Ia menangis sepanjang malam, setelah panggilan teleponnya melalui W******p langsung ditutup oleh Panji, ditelepon ulang, rupanya langsung diblokir. Rumah tangga macam apa yang tengah ia jalani dan coba pertahankan ini? Apakah perceraian adalah jalan keluarnya? Agar semua orang bahagia. Meski halal, perceraian tetap dibenci Allah, dan hal yang paling disukai setan. Ya, setan. Setan itu kini tengah menjelma dalam wujud manusia cantik bernama Amanda. Benar, perempuan itu! Tapi bagaimana caranya menyadarkan Panji? Siang itu, HP Selma terus berdering saat ia tengah memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Setelah menekan tombol ON, barulah ia pergi ke ruang tengah, untuk merespon. Rupanya Pratiwi yang menelepon. "Besok aku berangkat ke Jakarta, Mbak. Mumpung lagi liburan." Begitu kata Pratiwi. Syu
Panji sempat tercenung saat melihat Arjuna menggandeng tangan Amanda dan mereka pergi berdua, keluar dari mansion. Sesuatu yang dulu sering ia lakukan, menggandeng tangan orang yang paling ia cintai di muka bumi ini. Hal yang kini paling ia rindukan. Kebersamaan yang telah hilang itu sungguh menjadi seperti separuh jiwanya ikut menghilang. Melihat Amanda kini lebih akrab dan dekat dengan pria lain, sungguh tidak dapat diterima oleh hatinya. Bukan seperti ini yang pernah ia dan Amanda inginkan. Bukan takdir seperti ini. Bagaimana cara mengakhiri semua dilema mengerikan ini? Bagaimana caranya agar Amanda kembali dalam pelukannya, dan mereka dapat melanjutkan impian cinta, menua bersama.*********Arjuna merasa, sikap Panji sebagai pria yang sudah memiliki istri terhadap Amanda mantan kekasihnya sungguh tidak tepat. Apalagi, Amanda adalah public figure. Jika sampai hal seperti ini bocor ke publik, bukan tidak mungkin yang paling dirugikan adalah Amanda. Maka, Arjuna yang mulai merasa
"Aku cinta sama... Arjuna," ucap Amanda, dengan matanya lurus menatap ke dalam sepasang mata Panji. Tanpa berkedip. Dengan seluruh kesakitan dalam hati yang ia tahan.Tepat, ketika Arjuna datang, dengan Litha di belakangnya.Cairan bening tumpah dari kedua mata Panji. Hatinya bagai ditikam ribuan belati. Menusuk hampir seluruh jiwanya. Ia melepaskan lengan Amanda dari tangannya. "Ini bohong! Ini gak bener!""Kamu gak lihat tadi kami ciuman di taman?" Amanda masih terus menyerang lubuk hati Panji, separah mungkin. "Buat aku, kamu udah gak ada artinya lagi. Jadi, please, berhenti seolah kita masih bersama. Berhenti memimpikan akhir yang pernah kita rencanakan. Semuanya sudah beda sekarang. Aku bukan Amanda yang dulu lagi." Lalu ia menarik Arjuna masuk ke dalam kamarnya. "Kami gak perlu buat pengumuman kalo udah jadian, kan?"Panji merasa benar-benar terpukul. Tidak bisa menerima semua ini.Arjuna tampaknya bisa mengerti situasinya. Ia berkata pada Panji, "Sekarang Amanda ini pacar gue.
"Sorry ya, kemarin sampai di apartemen aku langsung tidur. Baru bangun tengah malam." Amanda bicara dengan Arjuna lewat telepon. "Aku baca chat kamu, kok."Arjuna menjawab, "Gak papa, kok. Aku ngerti." Terdengar suaranya tertawa. "Ngomong-ngomong, aku juga. Abis chat kamu, sambil nunggu balesannya, aku tidur. Bustomi ngosongin jadwal seharian itu.""Samaan, dong." Amanda tersenyum."Hari ini ada kegiatan apa, Sayang?" tanya Arjuna."Hmm, apa ya, bentar, lihat dulu." Amanda membuka tabletnya. Biasanya jadwal kerja ada di Google Drive. Vero menaruhnya di situ agar lebih mudah. "Hmm, bukannya hari ini kita ada jadwal reading buat syuting di Indonesia, ya?""Ah iya. Kok aku bisa lupa, sih. Aku jemput, ya? Sekalian mungkin bisa makan siang bareng."Ajakannya mendapat tawa dari Amanda. "Kalau siang kamu makan, nanti gelap, loh!"Arjuna baru sadar kalau itu candaan. "Astaga! Bisa kocak juga kamu!""Ya udah, jemput aja. Aku tunggu." Amanda menutup telepon setelah mendengar suara kecupan dari
Pukul enam pagi, sarapan sudah siap. Sambil menunggu Panji turun, Selma beberes rumah, dan menyapu halaman dari daun-daun basah sisa hujan semalam. Tetapi hingga pukul tujuh, Panji belum juga turun. Selma curiga, sekaligus khawatir. Ia terpaksa naik ke lantai dua, dan coba membangunkan pria itu."Mas, kamu gak ke rumah sakit? Sudah jam tujuh." Selma mengetuk pintu.Belum ada jawaban.Selma kembali mengetuk dan memanggil nama sang suami.Masih juga tidak ada respons.Selma terpaksa mendorong pintu kamar itu hingga terbuka. Ia terkejut, mendapati Panji meringkuk di ranjangnya, dengan memeluk sebuah foto. Foto Amanda! Wajahnya pucat. Selma menyingkirkan foto itu. Ia menyentuh kening Panji. Astaga, demam! Dokter muda itu masuk angin.Hari itu, Selma merawat Panji yang sedang sakit. Badannya demam, juga berkeringat dingin. Lemas dan lebih banyak tidur. Bahkan saat disuapi makan, Panji seolah tidak sadar itu dari tangan Selma.Tiba-tiba, Panji menangis. "Maafin aku ya. Aku sudah membuat kam