Share

Bab 84

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-06-27 12:55:32

Langit sudah gelap saat Sebastian tiba di mansion.

Ia melepas jasnya dengan gerakan kasar, lalu melemparkannya ke sofa ruang utama sebelum melangkah cepat ke arah tangga. Matanya menelusuri setiap sudut ruangan, mencari sosok yang biasanya menyambutnya dengan senyum paling manis.

Namun malam ini terasa hampa.

Tak ada Sienna.

Tak ada tanda-tanda keberadaannya.

“Ruth!” panggil Sebastian, suaranya dalam dan tegas.

Pelayan paruh baya itu muncul dari arah dapur. “Ya, Tuan?”

“Di mana Sienna?”

Ruth tampak ragu sejenak sebelum menjawab, “Nyonya bilang ingin mengantarkan makan siang ke kantor Anda, Tuan. Tapi… sejak itu, dia tak kembali.”

Sebastian mengerutkan kening. “Apa maksud kau dia tidak kembali?”

“Nyonya pergi sekitar jam makan siang, membawa kotak makanan. Tapi setelah itu, kami tak melihatnya lagi.”

Sebastian meraih ponsel di saku jas. Ia memeriksa layar—tidak ada pesan. Tidak ada panggilan tak terjawab.

Ia mencoba menghubungi istrinya, namun sambungan langsung masuk ke pesan suara. I
Merspenstory

Kira-kira ke mana Sienna pergi ya?

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Alika
kasihan Siena, ternyata sebStian cuma akting
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 90

    Sienna tetap berdiri di tempatnya, tubuhnya kaku seolah dunia berhenti berputar. Kata-kata Sebastian menggema di ruangan yang hening.Sebastian melangkah masuk. Satu langkah, dua langkah—tanpa permisi, tanpa aba-aba, tapi dengan tatapan yang tak bisa disangkal bahwa ia menuntut jawaban.Sienna menelan ludah. Napasnya tersendat. Tangannya nyaris terangkat untuk merebut Joseph dari pelukan pria itu, tapi tak jadi.Joseph menoleh ke arah ibunya sambil berseru ceria, “Mommy, aku sudah bilang ‘kan? Aku tahu Daddy akan datang.”Sebastian menunduk sedikit, menatap wajah kecil itu lagi, lalu kembali menatap wanita di hadapannya.“Kenapa, Sienna?” tanyanya lirih dan menusuk. “Kenapa kau pergi?”Sienna menahan napas. Tenggorokannya tercekat. Pandangannya melesak ke mata pria itu—mata yang dulu penuh siasat, penuh kendali, tapi kini hanya menyimpan luka.“Kau pikir aku pergi tanpa alasan?” bisik Sienna getir, matanya tetap menatap Sebastian. “Aku tidak pergi karena aku ingin. Aku pergi karena ak

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 89

    Sienna menggigit ujung ibu jarinya, matanya terus mengarah ke kaca depan mobil yang mengembun. Hujan tipis masih mengguyur, mengaburkan pandangannya ke gerbang pemakaman di seberang jalan. Mobil yang mereka tumpangi terparkir di balik deretan pepohonan rindang, cukup tersembunyi dari pandangan umum.Ia melirik ke jam tangan. Sudah hampir sepuluh menit sejak Thomas keluar untuk menyusul Joey yang tiba-tiba turun dari mobil.Sienna menggeliat gelisah di kursinya. Tangannya mengepal di pangkuan. “Di mana mereka?” gumamnya lirih.Tiba-tiba, dua sosok muncul di kejauhan, tepat di dekat gerbang pemakaman. Ia segera menegakkan tubuhnya. Meski hujan tipis masih memburamkan kaca, ia mengenali langkah kecil yang berlari tergesa, itu Joey.Di belakangnya, Thomas menyusul dengan wajah panik. Satu tangannya terulur seolah mencoba menahan bocah itu agar tidak berlari lebih jauh.Sienna membuka kunci pintu belakang dari tempat duduknya dengan cepat. Ia tak tahu harus marah atau lega sekarang.Bebera

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 88

    Enam tahun kemudian....Langit tampak kelabu, seolah ikut berduka. Hujan tipis mengguyur tanah pemakaman, membasahi deretan batu nisan yang berjajar bisu. Sebastian berdiri tegak di tepi liang lahat, setelan hitamnya mulai basah oleh gerimis yang turun sejak tadi.Di hadapannya, peti mati diturunkan perlahan. Nama mendiang ayah Sienna terukir jelas di atasnya.Gregory Hart.Pria itu tak pernah disukai Sebastian. Terlalu sombong, terlalu mudah menilai orang. Namun sore ini, Sebastian tetap datang.Bukan untuk memberi penghormatan terakhir, melainkan karena harapannya yang terakhir. Bahwa Sienna mungkin akan muncul.Namun wanita itu tidak ada di antara kerumunan pelayat. Hanya wajah-wajah asing. Beberapa mengangguk sopan padanya, mengenali namanya, tapi tak satu pun tahu tentang lukanya.Sebastian masih belum pergi saat upacara selesai. Ia tetap berdiri di sana, diam, seperti menunggu sesuatu yang tak pasti.Lalu tiba-tiba, sebuah tangan kecil menyentuh jemarinya.Sebastian menunduk.Se

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 88

    Enam tahun kemudian....Langit tampak kelabu, seolah ikut berduka. Hujan tipis mengguyur tanah pemakaman, membasahi deretan batu nisan yang berjajar bisu. Sebastian berdiri tegak di tepi liang lahat, setelan hitamnya mulai basah oleh gerimis yang turun sejak tadi.Di hadapannya, peti mati diturunkan perlahan. Nama mendiang ayah Sienna terukir jelas di atasnya.Gregory Hart.Pria itu tak pernah disukai Sebastian. Terlalu sombong, terlalu mudah menilai orang. Namun sore ini, Sebastian tetap datang.Bukan untuk memberi penghormatan terakhir, melainkan karena harapannya yang terakhir. Bahwa Sienna mungkin akan muncul.Namun wanita itu tidak ada di antara kerumunan pelayat. Hanya wajah-wajah asing. Beberapa mengangguk sopan padanya, mengenali namanya, tapi tak satu pun tahu tentang lukanya.Sebastian masih belum pergi saat upacara selesai. Ia tetap berdiri di sana, diam, seperti menunggu sesuatu yang tak pasti.Lalu tiba-tiba, sebuah tangan kecil menyentuh jemarinya.Sebastian menunduk.Se

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 87

    Beberapa hari lalu, sebelum Sienna menghilang.Langit siang masih cerah ketika Sienna melangkah keluar dari gedung Dellier Group. Matahari bersinar terang di atas sana, tapi udara yang menyentuh kulitnya terasa asing—panas, tapi dingin di dalam dada.Tangannya masih gemetar.Ia bahkan tak ingat bagaimana kotak makan siang menghilang dari genggamannya. Mungkin tertinggal di lift. Atau di suatu sudut koridor tempat hatinya pecah.Tak penting.Langkah-langkahnya lurus tapi limbung. Orang-orang yang ia lewati tak ada yang memperhatikan. Atau mungkin memperhatikan, tapi tak peduli.Ia tak pulang ke mansion. Tidak ke rumah yang kini terasa seperti panggung sandiwara pengkhianatan.Sebaliknya, ia berbelok ke arah stasiun bawah tanah. Menyusuri lorong kota yang padat dan terang, namun terasa begitu gelap di dalam pikirannya sendiri.Hingga akhirnya, dari kedalaman benaknya yang berkabut, satu nama muncul.Jari-jari Sienna merogoh ponsel dengan gemetar. Ia membuka kontak dan mencari nama Thoma

  • Lari dari Perjodohan, Jatuh ke Pelukan CEO Dingin   Bab 85

    Malam itu menjadi awal dari pencarian tanpa arah—panjang, melelahkan, dan tak membuahkan hasil.Tim keamanan elite yang Sebastian sewa menyebar ke seluruh penjuru kota.Studio milik Sienna, rumah orang tuanya, tempat-tempat yang biasa ia kunjungi, rumah sakit, terminal, bahkan stasiun kereta. Semua disisir tanpa kecuali.Rekaman CCTV dari gedung Dellier Group diperiksa detik demi detik.Sebastian sendiri tidak tidur semalam suntuk.Ia bolak-balik menerima laporan dari Brandon, Zane, dan kepala tim pelacak lainnya. Tak satu pun membawa kabar baik.Pukul tiga dini hari, Sebastian masih berdiri di ruang kerjanya, tubuhnya tegak tapi matanya merah.Kopi hitam di cangkirnya sudah dingin. Tak tersentuh sejak dua jam lalu.Ia bahkan tidak sadar saat fajar perlahan menyelinap di balik jendela.Ketika akhirnya ia kembali ke kantornya, mentari sudah tinggi.Langit cerah dan jalanan sibuk seperti biasa. Tapi semuanya terasa kelabu di mata Sebastian Dellier.Brandon menyusul masuk tak lama kemudi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status