Share

Ervan? Kaukah itu?

“Ki ...” Pak Bima masih memanggilku sambil mengetuk pintu kamar, “saya tidak bermaksud untuk kurang ajar terhadapmu ... maaf.” Ini sudah kali ketiganya Pak Bima kata maaf kepadaku.

“Biarkan saya sendiri, Pak,” ucapku dengan bibir gemetar.

Aku kembali merebahkan diriku di atas kasur. Kejadian di kamar sebelah membuat perasaanku menjadi tidak karuan. Mataku terpejam sedangkan hidungku terus-terusan mengambil napas panjang. Menetralkan perasaan ternyata tidak semudah yang aku bayangkan.

Aku menatap wajahku melalui layar handphone. Pipiku tampak memerah seperti cabai rawit. Meskipun di kamar ini tidak ada siapapun selain aku, tapi rasa malu itu perlahan menghantuiku. Aku kemudian menutupi wajahku menggunakan telapak tangan, ternyata pipiku terasa sedikit lebih hangat dari pada tadi. Debaran jantungku masih sangat kencang, membuat pikiranku yang sedang kalut menjadi semakin tidak nyaman.

Berulang kali aku mencoba untuk m

Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status