LOGIN“Ayla?! Kamu serius sekarang tinggal sama Damian Lee?” suara Sofia langsung pecah kayak mic receh di acara dangdut.
Ayla yang lagi narik mi instan ke keranjang belanja mendadak kaku. Senyumnya maksa. “Eh… kalian ngapain di sini?” Hanna, sambil ngemut lolipop hasil beli recehannya, nyelutuk, “Ya di sini lah. Nongkrong orbit squad kan emang di minimarket, La. Kita kere, nggak level cafe. Nah sekarang jelasin, kenapa lo bisa nongkrongnya juga di minimarket deket rumah Damian?” Ayla ngedengus, pura-pura santai. “Ya emang kebetulan aja, jangan sotoy deh.” Sofia cepet-cepet nyeletuk sambil melotot kepo, “Kebetulan apanya? Lo sekarang beneran tinggal serumah sama dia? Jangan bilang lo beneran ikutan reality show Couple 90 Days itu?” Ayla langsung kaku. Cup ramen di tangannya kejepit kayak lagi megang dosa. “Eh… anu… yaaa… gitu lah.” “WOY!” Hanna langsung nuduh. “Kemarin lo sumpah-sumpah bilang nggak bakal deket sama Damian. Terus sekarang malah satu rumah, satu kontrak, satu show. Ntar jangan-jangan… lo jatuh cinta beneran lagi?” Ayla mendelik. “Hah?! Cinta? Sama dia? Plis deh, daripada jatuh cinta mending gue jatuh dari motor tanpa helm. Damian tuh bikin hidup gue kayak neraka. Dia sengaja banget bikin gue kayak pembantu! Sofa dibikin kayak kapal karam, piring numpuk kayak museum arkeologi, kopi ditumpahin ke meja. Ending-nya? Gue yang harus bersihin semua! Mau menang reality show tapi nyiksa gue dulu!” Sofia sama Hanna langsung saling lirik, panik. Sofia buru-buru batuk-batuk aneh sambil kasih kode pake alis, “La, udahan….” Hanna juga nyoba nyelametin. “Iya La, cukup deh… sssttt…” Tapi Ayla makin kenceng nyerocos. “Gue sumpahin ya, kalo ada penghargaan cowok paling nyebelin sejagat raya, Damian Lee tuh bakal menang abadi. Kayak, lo tau nggak sih? Gue tuh capek banget. Kayak dihipnotis jadi ART pribadi!” Sofia udah kayak lampu hazard, kasih kode pakai mata, alis, bahkan megangin lengan Ayla. Hanna sampe ngibarin bungkus ciki kayak bendera putih. Ayla tetap nggak sadar. “Pokoknya kalau ada yang bilang gue bisa jatuh cinta sama Damian, mending gue digebukin orbit squad tiap hari! Nggak mungkin lah!” Dan pas dia lagi semangat-serius ngeludah kata-kata penuh emosi itu…suara berat nan datar terdengar tepat di belakangnya. “Oh, jadi gitu semua pendapat kamu tentang gue?” Seketika Ayla membeku. Cup ramen di tangannya hampir mental. Pelan-pelan ia menoleh… dan di sana berdiri Damian Lee dengan hoodie hitam, tatapan tajam dingin kayak es batu. Minimarket langsung berasa kayak kulkas raksasa. *** Suasana minimarket mendadak kayak sidang dadakan. Damian berdiri tegak di belakang Ayla, tangannya masuk ke saku hoodie, ekspresi datarnya bikin udara langsung menurun lima derajat. Ayla kaku. Sofia sama Hanna udah kayak tersangka kasus pencurian ciki, nunduk dalam, nggak berani nengok. Damian ngangkat dagunya tipis. “Jadi, gue ini cowok paling nyebelin sejagat raya, ya?” suaranya tenang, tapi tiap katanya nusuk kayak jarum. Ayla refleks melotot ke Sofia dan Hanna, berharap ada bala bantuan. Tapi kedua sahabatnya malah sibuk pura-pura baca komposisi biskuit di rak sebelah. “Eh… a-aku kan cuma bercanda,” Ayla nyengir kaku, suaranya naik satu oktaf. “Ya nggak, Han? Sof?” Hanna langsung batuk palsu. “Ehem… aku tiba-tiba inget PR kuliah deh…” “Lo kan udah nggak kuliah Han..” sambil mencubit Hanna. Sofia nunduk makin dalem. “Aku sih tim netral aja.” Damian menghela napas panjang, lalu geleng-geleng pelan. Tatapan matanya pindah dari Ayla ke dua sahabatnya, kayak hakim yang baru aja ngasih vonis. “Jadi gini caranya kalian ngobrolin gue di belakang? Sampe gue sendiri kaget denger versi cerita kalian.” Ayla buru-buru ngomong, nada suaranya panik. “Nggak gitu! Lo tuh kebetulan aja denger bagian yang jeleknya. Sebenernya ada sisi baik lo kok…” Damian menyilangkan tangan di dada, alisnya terangkat. “Oh ya? Coba sebutin.” Ayla langsung stuck. Otaknya kosong, kayak koneksi wifi ilang sinyal. Mulutnya kebuka, tapi nggak ada suara keluar. Sofia pelan-pelan nyeletuk, “Minimal… dia rajin beli kopi, La…” Damian nyengir tipis, tapi lebih ke arah sinis. “Wow, prestasi besar. Rajin beli kopi.” Hanna makin nunduk, setengah berbisik, “Gue rasa kita semua bakal masuk daftar hitam nih…” Damian akhirnya jalan pelan ke rak minuman, ngambil sebotol air mineral, terus balik lagi. Tatapannya tajam, tapi nada suaranya datar…. lebih nyolot dari marah. “Next time, kalau mau ngejelek-jelekin gue, pastiin gue nggak ada di radius tiga meter. Catet itu.” Dia buka botol airnya, teguk santai, lalu menambahkan, “Dan lo, Ayla… ingat, lo tinggal di rumah gue. Pembantu? Gue rasa lo harus lebih banyak bersyukur.” Seketika Ayla ngebul kayak teko. Tapi sebelum sempat ngegas balik, Damian udah jalan duluan keluar minimarket, meninggalkan mereka bertiga dalam hening kaku. Sofia akhirnya buang napas panjang. “Astaga, La, lo gila banget sih. Kalau tadi minimarket ada karpet merah, sumpah gue langsung gulung diri di situ biar nggak ikut malu.” Hanna nyeletuk, masih nunduk. “Kita barusan kayak dihakimi di ruang sidang tanpa pengacara, loh.” Ayla ngeremas cup ramen di tangannya. “Ughhh! Sialan tuh orang! Seenaknya banget bikin gue kayak kriminal. Gue beneran bakal gila tinggal bareng dia.” Tapi jauh di hatinya, ada sesuatu yang nggak bisa dia jelasin… rasa malu, jengkel, tapi juga anehnya… deg-degan. *** Sepanjang jalan keluar minimarket, Ayla ngedumel dalam hati. Sepatu flat-nya ngetok-ngetok aspal dengan nada kesal, sementara Damian jalan di sebelahnya dengan pace santai kayak lagi photoshoot streetwear. Ayla akhirnya nggak tahan. “Lo tuh ya, Dam… nggak bisa apa ngomong normal? Kenapa harus kayak guru BP yang lagi ngehukum murid? Gue jadi malu banget tau nggak!” Damian ngelirik sekilas, wajahnya tetap datar. “Kalau malu, berarti lo sadar salah. Bagus.” Ayla hampir keselek angin. “Salah apaan?! Gue cuma cerita jujur sama temen gue!” Damian angkat bahu, nyeruput air mineralnya. “Jujur itu oke. Tapi kalau jujurnya sepihak? Lo lupa kasih footnote kalo lo numpang di apartemen gue, ya?” Ayla mendengus keras, ngebuang muka ke arah lain. “Itu bukan point utama! Pointnya lo bikin gue kayak pembantu, Dam! Sengaja banget berantakin rumah biar gue yang bersihin…” Damian tiba-tiba berhenti jalan, bikin Ayla hampir nabrak punggungnya. Cowok itu noleh pelan, menatap Ayla dengan sorot mata tajam tapi tenang. “Ayla. Gue nggak pernah maksa lo ngeberesin rumah gue. Kalau lo capek, lo bisa bilang. Gue cuma pengen tau… kenapa lo ngelakuin semua itu tanpa protes, lalu ngeluhnya di belakang?” Pertanyaan itu bikin Ayla langsung ngefreeze. Mulutnya kebuka, tapi nggak ada kata keluar. Kenapa ya? Kenapa dia selalu heboh ngeberesin apartemen Damian, padahal bisa aja cuek? “Gue…” Ayla menggigit bibir bawahnya, bingung nyari alasan. “Karena… karena kalo rumah lo berantakan, gue juga jadi stress! Gue nggak bisa mikir jernih!” Damian menghela napas, lalu tiba-tiba nyengir tipis. “Oh jadi lo OCD versi Interesting.” Ayla hampir melempar tasnya ke kepala Damian. “Jangan bikin diagnosis ngawur, Lee!” Tapi Damian cuma jalan lagi, kali ini langkahnya lebih pelan, menyesuaikan dengan langkah Ayla. “Next time kalau mau nyumpahin gue, tunggu gue nggak ada di radius pendengaran. Deal?” Ayla masih manyun. “Deal….” Damian ngelirik sebentar, senyum tipisnya muncul lagi. Ayla mendengus, tapi wajahnya merona merah tanpa bisa dia kendalikan. “Ughhh… dasar sinting,” gumamnya lirih.Satu tahun berlalu sejak Damian Lee berlutut di panggung Grand Finale. Hari ini, udara musim gugur terasa sejuk, dan Ayla Morgan, yang kini sudah menjadi Nyonya Ayla Lee, terbangun bukan oleh alarm studio atau dering telepon darurat, melainkan oleh aroma kopi dan roti panggang dari lantai bawah.Mereka tidak lagi tinggal di apartemen mewah Damian. Mereka tinggal di rumah yang mereka bangun bersama: sebuah duplex modern yang dinamai "T.S." (Terusan Senja). Rumah ini terletak di lingkungan perbukitan yang tenang, jauh dari hiruk pikuk media, dengan banyak jendela kaca yang menyambut matahari pagi.Ayla ters
Beberapa bulan telah berlalu sejak Grand Finale Couple 90 Days. Sekarang, udara Jakarta sudah selesai musim kemarau, membawa harapan dan aroma bunga yang segar. Ayla dan Damian tidak lagi tinggal di apartemen mewah Damian yang dikepung media. Berkat bonus kemenangan dan reward mereka, mereka sedang dalam proses membangun rumah impian Ayla di pinggiran kota yang lebih tenang.Ayla, yang kini resmi bertitel CEO perusahaan event organizer kecil bernama 'The TS Events' (singkatan dari Terusan Senja), berdiri di lahan kosong tempat calon rumah mereka. Ia mengenakan helm
Alarm di apartemen Damian berbunyi, bukan dari jam weker, melainkan dari dering telepon Ayla yang tak henti-henti. Matahari Minggu pagi sudah terbit, tetapi di luar jendela apartemen penthouse itu, suasana terasa seperti pusat gempa.Ayla menggeliat, merasakan lengan Damian yang melingkar erat di pinggangnya. Mereka terbangun sebagai pasangan tunangan yang nyata untuk pertama kalinya. Tadi malam, setelah gemuruh studio mereda, mereka kembali ke apartemen ini, bukan lagi sebagai partner kasus, melainkan sebagai sepasang kekasih yang baru bertunangan, bebas dari kontrak, dan kaya raya."Pagi, tunanganku," bisik Damian, mencium rambut Ayla. Suaranya terdengar serak dan sangat lega.
Di ruang tunggu yang dingin, di balik panggung Grand Finale, udara terasa tipis karena ketegangan. Ayla dan Damian, yang kini bukan lagi aktor, merasakan beban emosi yang nyata. Mereka sama-sama mengenakan mic yang merekam setiap bisikan mereka."Gue nggak tahu kenapa Bu Lena harus bikin ini se-dramatis ini," bisik Ayla, memutar cincin keychain T.S. di jarinya."Karena kita yang paling dramatis, La," balas Damian, merapikan gaun emerald green Ayla. "Kita adalah plot twist
Minggu ke-12, minggu terakhir Couple 90 Days, terasa seperti berada di dalam pressure cooker. Safe house yang awalnya tempat sembunyi, kini terasa seperti sangkar berlapis kamera. Hanya tersisa dua pasangan: Ayla Morgan dan Damian Lee versus Leo dan Maya.Host Risa membuka sesi Minggu ke-12 dengan senyum bengis."Selamat datang di Minggu Grand Finale! Kalian berdua adalah yang terkuat, yang tersisa setelah drama fake dating dan konspi
Studio Couple 90 Days terasa segar sekaligus tegang. Papan nama baru sudah terpasang, mencerminkan reality show yang kini diposisikan sebagai "Cinta Setelah Konspirasi." Host baru yang energik, Risa, membuka siaran langsung Minggu ke-11 dengan senyum yang dipaksakan."Selamat siang, pemirsa! Minggu ini terasa berbeda! Setelah plot twist yang menggemparkan, kita memasuki babak baru: Minggu Keterbukaan dan Komitmen! Di sofa tersisa dua pasangan: Leo dan Maya, yang dikenal sweet dan







