LOGIN“Eh, gila! Jadi beneran ya lo pacaran sama Damian Lee?!”
Suara Rani, teman sekantor yang mulutnya nggak punya filter, bikin seluruh ruangan menoleh ke arah Ayla. Laptop, kertas, bahkan kipas angin kantor ikutan berhenti berfungsi seolah nunggu jawaban. Ayla yang lagi sibuk pura-pura baca laporan, langsung tersedak air minumnya sendiri. “Hah?! Eh… anu…” dia batuk-batuk sambil melambai biar suasana nggak makin awkward. “Gue sampe shock banget nonton reality show itu, sumpah! Lo keliatan mesra banget. Astaga, Ayla, kapan lo upgrade kelas pacaran gini?” celetuk yang lain sambil ngakak. Ada juga yang nyeletuk dengan nada sirik, “Damian tuh kayaknya dingin banget ya aslinya? Tapi kok bisa luluh sama lo?” Ayla dalam hati langsung nyeletuk… luh, luluh dari Hong Kong! Orangnya ngeselin abis. Dingin sih dingin, tapi dingin kayak kulkas mati lampu! Mulutnya udah gatel pengen bilang Damian itu bikin hidupnya kayak jadi pembantu kontrakan, tapi refleks dia malah pasang senyum kaku. “Damian tuh… orangnya baik, kok,” katanya setengah gugup. “Emm… perhatian juga, sih. Cuma emang gayanya aja cool gitu, kalian tau lah….” “UWOOO, perhatian katanya! Ciyeee… udah baper yaa?” semua orang langsung riuh, tepuk tangan, siulan, bahkan ada yang pura-pura main musik kawinan dari mulut. Ayla cuma bisa nyengir kuda. Padahal di otaknya udah teriak, Ya Tuhan, kalau gue baper sama dia, tolong jatuhin gue sekarang juga dari kursi ini! *** Begitu keluar kantor, Ayla menarik napas panjang. Angin sore Jakarta nyapu wajahnya, tapi bukannya adem malah bikin tambah pengen teriak. Pulang ke apartemen Damian? No, thanks! Mau ketemu dia lagi, habis kena ocehan “pembantu numpang” kemarin, rasanya kayak perut ditonjok boba XL. Akhirnya Ayla muter-muter. Dari halte bus, pindah ke trotoar, lalu nyangkut ke minimarket 24 jam. Nggak beli apa-apa, cuma mondar-mandir di rak camilan sambil pegang keripik kentang, taruh lagi, ambil Coklat, taruh lagi. Kasir udah ngeliatin kayak liat maling setengah hati. “Capek banget hidup gue, sumpah,” gumamnya pelan, duduk di kursi plastik minimarket sambil nyeruput air mineral yang akhirnya dia beli biar nggak dicurigain. Di balik kegelisahannya, Ayla sadar sebenarnya dia bukan sekadar males pulang, tapi juga takut. Takut makin kebawa suasana sama Damian. Kalau di depan orang dia bisa pura-pura senyum manis, tapi begitu di rumah, cowok itu bikin dia kayak kena training camp jadi ART dadakan. “Kenapa sih gue harus tinggal bareng dia? Kenapa nggak Sofia aja yang kasih tumpangan? Atau Hanna? Atau gue sekalian tidur di halte!” Ayla ngomel sendiri sambil nutup wajahnya pakai botol air. Tapi bahkan di tengah ngedumel itu, ada bagian kecil di hatinya yang kebayang tatapan Damian waktu reality show tadi siang. Tatapan cool, sinis, tapi entah kenapa bikin deg-degan. Ayla langsung geleng-geleng keras. “Nope! Nggak boleh! Gue nggak boleh kejebak baper. Itu cuma drama reality show, Ayla. Cuma… drama.” *** Damian sebenarnya udah siap tampil ala pacar idaman. Setup kameranya jalan, live dipegang sendiri pakai HP, angle udah cakep, lighting jalan. Niatnya? Mau bikin kejutan: jemput Ayla langsung di depan kantor, gaya sweet boyfriend goals biar netizen makin percaya kalau mereka pasangan beneran. “Guys, tunggu ya… bentar lagi aku surprise Ayla. Couple goals banget nggak sih?” katanya ke kamera sambil nyengir tipis. Chat penonton langsung meledak kayak kembang api. “omooo oppa sweet!!” “wahh couple 90 days makin sweet!!” “aku iri, plis lemparin cowo kek Damian ke aku T_T” Tapi begitu sampe… kantor udah gelap, pintu dikunci. Ayla? Hilang. Damian ngedumel pelan. “Dasar kepala batu…” Tanpa matiin live, dia jalan keluar, nyari. Sambil baca komen yang makin cerewet. “kok ayla ga ada?” “plot twist, ayla kabur dari damian lol” “plis jangan ghosting damian oppa!!” Nggak lama, jackpot. Dia nemuin Ayla lagi duduk sendirian di minimarket deket apartemen, dengan wajah lesu kayak habis kalah gacha kartu SSR. Duduknya di kursi plastik oranye, di samping kulkas minuman yang berisiknya kayak kipas rusak. Damian nyengir. Jackpot konten. Dia langsung nyamperin, tetep live. Kamera diarahin ke Ayla. “Akhirnya ketemu. Lagi ngapain di sini, hm? Aku kan mau jemput kamu.” Suaranya sengaja dilembutin, nada sok romantis. Ayla yang lagi nyeruput air mineral langsung keselek. “Hah… APAAN SIH?! Lo ngapain di sini?” Damian jongkok di depan Ayla, jaraknya deket banget, sampai napasnya terasa. Senyumnya menawan ala poster parfum pria. “Aku cari kamu. Aku kangen.” Komentar live makin pecah, udah kayak konser. “KYAAA pacar idaman!” “Omggg Ayla gemeter keliatan!!” “Damian peka banget nyari ceweknya…” “sumpah ini bukan script lagi, mereka real bgt!” Ayla melongo, baru sadar ada kamera yang mantengin dia. Matanya langsung melotot kayak kucing liat timun. “Astaga INI LIVE YA?!” Damian angguk kalem, makin merapat, suara lirih tapi jelas terekam. “Biar semua orang tau kalau kamu milik aku.” Sekejap pipi Ayla merona. Sekejap doang. Detik berikutnya PLAK! Botol air mineral di tangannya mendarat di kepala Damian. “NORAK LO! Gue lagi males banget tau nggak!” Damian meringis, megang kepalanya, tapi masih bisa ketawa tipis. Kamera tetap nyala, angle tetap sempurna. Penonton makin liar, “HAHAHAHA ayla savage bgt” “omggg ini love language mereka?? gebuk2 manja??” “damian rela digeprek demi cinta T_T” Ayla ngedumel, nutupin wajah pake tangan, nggak tahan diliatin netizen satu dunia. “Ya Ampun, kenapa hidup gue jadi tontonan orang sekampung gini sih…” Damian malah makin niat. Dia bangkit, ngambil kursi plastik kosong, duduk di sebelah Ayla dengan gaya sok tenang. Sambil tetep nyodorin kamera, dia ngomong manis, “Nggak apa-apa. Biar semua orang liat kamu. Aku bangga sama kamu.” Komentar pecah lagi. “aku nangis demi apa… ” “oppa please stop bikin standar cowo makin tinggi!!” “Ayla kalo nggak mau Damian… lempar ke aku plis!” Ayla udah mau jungkir balik. Mukanya merah campur hitam. “Damian, sumpah kalo lo nggak matiin tuh kamera, gue… gue lempar HP lo ke kulkas es krim!” Damian nyengir, masih santai, bahkan sempet ngerangkul bahu Ayla. “Kalo gitu, kita bikin janji. Kamu jangan kabur-kaburan lagi, aku nggak suka nyari kamu sampe muter kota.” “YA SALAH SIAPA GUE PULANG SENDIRI?!” Ayla meledak, suara cemprengnya bikin beberapa pengunjung minimarket noleh. Damian malah ketawa kecil, lalu dengan tenang nutup live. “Udah cukup konten buat malam ini. Makasih, guys.” Kamera mati. Begitu live beneran mati, Ayla langsung nyubit lengan Damian sekuat tenaga. “Lo GILA YA?! Gue malu banget!!” Damian ngaduh sambil ketawa. “Ya kan lucu. Penonton suka. Mereka pikir kita pasangan paling gemes sekarang.” Ayla mau teriak, tapi ujung-ujungnya cuma bisa ngedumel, mukanya panas banget.Satu tahun berlalu sejak Damian Lee berlutut di panggung Grand Finale. Hari ini, udara musim gugur terasa sejuk, dan Ayla Morgan, yang kini sudah menjadi Nyonya Ayla Lee, terbangun bukan oleh alarm studio atau dering telepon darurat, melainkan oleh aroma kopi dan roti panggang dari lantai bawah.Mereka tidak lagi tinggal di apartemen mewah Damian. Mereka tinggal di rumah yang mereka bangun bersama: sebuah duplex modern yang dinamai "T.S." (Terusan Senja). Rumah ini terletak di lingkungan perbukitan yang tenang, jauh dari hiruk pikuk media, dengan banyak jendela kaca yang menyambut matahari pagi.Ayla ters
Beberapa bulan telah berlalu sejak Grand Finale Couple 90 Days. Sekarang, udara Jakarta sudah selesai musim kemarau, membawa harapan dan aroma bunga yang segar. Ayla dan Damian tidak lagi tinggal di apartemen mewah Damian yang dikepung media. Berkat bonus kemenangan dan reward mereka, mereka sedang dalam proses membangun rumah impian Ayla di pinggiran kota yang lebih tenang.Ayla, yang kini resmi bertitel CEO perusahaan event organizer kecil bernama 'The TS Events' (singkatan dari Terusan Senja), berdiri di lahan kosong tempat calon rumah mereka. Ia mengenakan helm
Alarm di apartemen Damian berbunyi, bukan dari jam weker, melainkan dari dering telepon Ayla yang tak henti-henti. Matahari Minggu pagi sudah terbit, tetapi di luar jendela apartemen penthouse itu, suasana terasa seperti pusat gempa.Ayla menggeliat, merasakan lengan Damian yang melingkar erat di pinggangnya. Mereka terbangun sebagai pasangan tunangan yang nyata untuk pertama kalinya. Tadi malam, setelah gemuruh studio mereda, mereka kembali ke apartemen ini, bukan lagi sebagai partner kasus, melainkan sebagai sepasang kekasih yang baru bertunangan, bebas dari kontrak, dan kaya raya."Pagi, tunanganku," bisik Damian, mencium rambut Ayla. Suaranya terdengar serak dan sangat lega.
Di ruang tunggu yang dingin, di balik panggung Grand Finale, udara terasa tipis karena ketegangan. Ayla dan Damian, yang kini bukan lagi aktor, merasakan beban emosi yang nyata. Mereka sama-sama mengenakan mic yang merekam setiap bisikan mereka."Gue nggak tahu kenapa Bu Lena harus bikin ini se-dramatis ini," bisik Ayla, memutar cincin keychain T.S. di jarinya."Karena kita yang paling dramatis, La," balas Damian, merapikan gaun emerald green Ayla. "Kita adalah plot twist
Minggu ke-12, minggu terakhir Couple 90 Days, terasa seperti berada di dalam pressure cooker. Safe house yang awalnya tempat sembunyi, kini terasa seperti sangkar berlapis kamera. Hanya tersisa dua pasangan: Ayla Morgan dan Damian Lee versus Leo dan Maya.Host Risa membuka sesi Minggu ke-12 dengan senyum bengis."Selamat datang di Minggu Grand Finale! Kalian berdua adalah yang terkuat, yang tersisa setelah drama fake dating dan konspi
Studio Couple 90 Days terasa segar sekaligus tegang. Papan nama baru sudah terpasang, mencerminkan reality show yang kini diposisikan sebagai "Cinta Setelah Konspirasi." Host baru yang energik, Risa, membuka siaran langsung Minggu ke-11 dengan senyum yang dipaksakan."Selamat siang, pemirsa! Minggu ini terasa berbeda! Setelah plot twist yang menggemparkan, kita memasuki babak baru: Minggu Keterbukaan dan Komitmen! Di sofa tersisa dua pasangan: Leo dan Maya, yang dikenal sweet dan







