Home / Romansa / Crash Melody / Crash Melody 5

Share

Crash Melody 5

Author: Rani Giza
last update Last Updated: 2023-10-25 18:12:17

Mobil Rita terhenti di depan gedung cukup tinggi. Gadis itu lalu mengajak Dania turun. Ketika masuk ke dalam gedung, mereka berdua langsung disambut dua orang kru. Mereka lalu diajak naik ke lantai empat gedung itu.

Setibanya di lantai empat, mereka lalu memasuki sebuah studio foto. Bersamaan dengan menghilangnya dua orang kru tadi, seorang wanita menghampiri Rita. Dia lalu memeluk Rita dan bercipika-cipiki.

“Lea mana?” tanya Sisil.

“Dia bilang mau nyusul,” jawab Rita, “eh, kenalin ini teman gue, Dania. Dia yang mau ngelamar buat asisten Evolution.”

Dania mengulurkan tangan. “Dania,” kata Dania.

Sisil menyambut uluran tangan Dania. Wanita berambut hitam sebahu itu tersenyum ramah. “Sisil,” sahutnya, “cantik ya teman lo.”

“Iya dong,” kata Rita. Dania hanya tersenyum menanggapinya.

“Lo ke ruang ganti aja sudah,” kata Sisil, “gue mau ngobrol sendiri sama Dania.”

Rita mengangkat jari jempolnya. “Oke ...oke,” katanya. Gadis itu lalu berjalan meninggalkan Dania dan Sisil.

“Kita ngobrol di depan yuk,” kata Sisil usai Rita pergi.

Dania mengangguk. Mereka lalu duduk di kursi panjang yang ada di depan studio. Namun belum sempat mengobrol, datang seorang laki-laki dari arah lift.

“Rita udah dateng?” tanya Zevan pada Sisil saat langkahnya terhenti di depan pintu studio.

“Udah lah,” jawab Sisil, “tuh anak nggak kayak lo yang doyan ngaret.”

Zevan nyengir. “Ya maaf,” katanya, “kan lo juga tahu gue abis dari studio latihan sama anak-anak.”

 “Itu tadi Zevan,” kata Sisil setelah Zevan menghilang. “Dia vokalisnya Evolution. Entar gue kenalin lo sama tiga member yang lain setelah lo resmi diterima jadi asisten Evolution.”

Dania mengangguk menganggapi Sisil.

“Lo tau kan si Zevan?” tanya Sisil.

“Tau, Mba,” sahut Dania.

Sisil terkekeh. “Panggil Sisil aja, Dan, biar lebih akrab,” kata Sisil seteah tawanya reda, “nggak usah terlalu formal lah.”

“Iya, Sil,” sahut Dania.

“Gue mau ngasih tahu dulu gimana sifat Zevan biar entar kalo sudah kerja lo nggak kaget,” kata Sisil.

Lagi-lagi, Dania hanya mengangguk.

“Zevan itu menurut gue sebenernya baik,” kata Sisil, “tapi dia lebih sering nunjukin sikap yang jutek, cuek dan kasar sama orang-orang. Pokoknya kalo ada apa-apa, atau dia macem-macem ke lo, lo bilang aja ke gue.”

“Siap,” kata Dania.

“Oh iya, tugas lo nantinya bakal nyiap-nyiapin barang apa aja yang dibutuhkan Evolution untuk ke acara off air ataupun on air,” kata Sisil.

Dania mengangguk-ngangguk.

“Lo tanda tangan kontrak sekarang aja kali ya sekalian,” kata Sisil. Dia lalu mengambil beberapa lembar kertas dari dalam tasnya dan memberikan kertas itu pada Dania.

Dania membaca dengan teliti semua tulisan yang ada di atas kertas itu.

“Materai udah gue tempel. Pokoknya lo tinggal tanda tangan aja entar,” kata Sisil. Dia mengeluarkan sebuah bolpoin dari dalam tasnya, “kalo ada pertanyaan tanyain aja nggak usah ragu daripada lo tersesat.”

Sejauh yang Dania baca, tak ada satu pun poin yang membuatnya merasa diberatkan. Maka gadis itu segera mengambil bolpoin dan melakukan tanda tangan.

“Oke, gue simpulin lo sudah setuju sama kontraknya ya,” kata Sisil ketika menerima kertas dari Dania, “naggak ada satu pun poin yang bikin lo keberatan?”

Dania mengangguk, “Iya,” katanya. Walaupun awalnya dia sempat ragu karena tidak tahu apa-apa tentang dunia keartisan, tapi nominal gaji yang tertulis di kertas tadi membuatnya tergiur. Nominal itu jelas-jelas lebih banyak tiga kali lipat dari gajinya saat bekerja menjadi teller bank.

***

Zevan meletakkan gitar akustik milik Raden begitu saja di lantai. Dia lalu bangkit Dan berjalan mendekati Sisil yang duduk di sofa panjang, meninggalkan temannya yang lain yang masih sibuk mengutak-atik alat musik.

“Lo kalo naro gitar yang bener dong, Van,” kata Raden. Laki-laki itu baru datang dari toilet. Dia seketika syok saat melihat gitar kesayangannya terlantar di lantai, “ini gitar udah gue anggep kayak pacar sendiri tau!”

Zevan terkekeh. Dia lupa kalau gitaris Evolution bucin parah dengan gitar akustiknya. “Sori ... sori,” kata Zevan. Dia lalu beralih pada Sisil, “Sil, cewek yang ngobrol sama lo  pas gue pemotretan sama Rita siapa sih?”

Sisil menurunkan ponselnya lalu meletakkan benda pipih itu di atas sofa. “Namanya Dania. Dia calon asisten Evolution. Konser minggu depan dia baru gue suruh buat kerja.”

“Dia punya pengalaman jadi asisten artis nggak sebelumnya?” tanya Zevan.

Sisil menggeleng. “Nggak sih,” sahut Sisil, “kata Rita, dia dulunya teller bank. Tapi gue bakal training dia kok. Lo nggak usah khawatir.”

“Beneran loh ya,” kata Zevan, “jangan sampe karena kerjaan dia yang nggak beres, aktivitas Evolution yang harusnya lancar jadi keganggu.”

“Siap,” kata Sisil, “by the way  lagunya udah fix dua belas kan kemaren? Kita udah sepakat masukin enam lagu ciptaan Raden sama Enam lagu ciptaan lo. Tapi ada satu lagu ciptaam Raden yang genrenya itu agak melenceng jauh sama genrenya sebelas lagu yang lain. Nah ini mau dimasukin aja atau nggak?”

“Oh, yang genrenya dominan rock itu ya?” kata Zevan.

Sisil menganguk. “Kalo semua personel sepakat ada satu lagu yang genrenya beda sendiri di satu album ya nggak masalah sih tapi. Gue yakin kayaknya sih fans juga gak bakalan mempermasalahkan itu. Soalnya lagunya enak. Atau kalian mau di keep aja dulu lagunya buat dimasukin album yang khusus genre rock. Next album kan rencananya Evolution mau coba geser ke genre rock nih.”

Evolution adalah band yang terkenal suka bereksplorasi dengan genre. Tapi sejauh ini mereka tidak pernah memasukkan satu lagu dengan genre yang berbeda dengan lagu lainnya dalam satu album. Tak ingin pusing sendiri, Zevan lantas memanggil tiga temannya yang lain.

“Guys, kalian semua sini dulu deh!” kata Zevan, setengah berteriak. Dia melambaikan tangan pada ketiga temannya.

Raden, yang paling dekat dengan Zevan yang lebih dulu menghentikan aktifitasnya. Dia lalu mengajak Okan dan Jojo untuk mendekat pada Zevan.

“Ada apaan?” kata Raden setelah duduk di sofa.

“Lo nggak ada lagu lain yang genrenya pop?” tanya Zevan, “ini lagu lo yang judulnya Tokoh Utama lebih dominan rock banget. Beda sama sebelas lagu lain yang genrenya pop dan cenderung agak soft.”

“Nggak ada sih,” sahut Raden, “Jojo ada kayaknya.”

“Tapi gue nggak pede, Den. Soalnya ini pertama kalinya gue bikin lagu dan itu pun karena iseng,” kata Jojo

“Nggak apa-apa sih,” sahut Sisil, “coba ntar lo kasih materi lagunya ke gue biar gue cek.”

“Oke,” sahut Jojo.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Crash Melody   Crash Melody 164

    Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah

  • Crash Melody   Crash Melody 163

    Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau

  • Crash Melody   Crash Melody 162

    Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua

  • Crash Melody   Crash Melody 161

    “Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-

  • Crash Melody   Crash Melody 160

    Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te

  • Crash Melody   Crash Melody 159

    “Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status