Home / Rumah Tangga / Crazy Marriage (Pernikahan Gila) / 01 - Malam Pertama Setelah Menikah

Share

01 - Malam Pertama Setelah Menikah

Author: Kaitani_H
last update Last Updated: 2023-01-05 22:05:25

REIN melepas kemeja yang membalut tubuhnya dengan santai dan tak merasa canggung sama sekali. Dia bahkan tidak peduli, jika Irin tengah memelototi tubuh bagian atasnya dengan tatapan yang sulit diartikan sejak tadi.

"Lo mau mandi dulu, apa gue duluan?" tawarnya seraya memandang perempuan yang hari ini resmi menjadi istrinya itu.

"Lo duluan aja. Gue mau lihat-lihat apartemen lo dulu."

Irin membuang muka, dia melangkah menelusuri satu-satunya koridor yang ada di apartemen Rein.

"Hm, oke."

Beberapa menit yang lalu, mereka masih berdebat soal perjanjian pernikahan yang ingin Irin terapkan di pernikahan mereka. Jelas, Rein tidak mau menerimanya. Lalu setelahnya, keduanya berdebat di mana mereka akan tinggal setelah menikah.

Pilihan untuk tinggal dengan mertua atau orang tuanya sendiri, jelas bukan pilihan yang baik. Apalagi, Irin terang-terangan ingin mengakhiri pernikahan mereka dua bulan lagi. Rein tidak mungkin membiarkan kedua orang tua mereka tahu tentang masalah itu.

Rein mendesah kasar. Dia memasuki kamarnya sendiri dan melepas celananya sebelum ia masuk kamar mandi. Dia benar-benar tidak peduli, walau sekarang ia tidak tinggal sendiri.

Benar, mereka sepakat untuk tinggal di apartemen Rein. Niat orang tua Irin yang ingin membelikan rumah kecil untuk mereka harus ia tolak mentah-mentah. Selain karena secuil harga dirinya sebagai laki-laki merasa tersentil, dia juga tidak tahu bagaimana cara menjelaskan jika pernikahan mereka gagal dua bulan kemudian.

Rein menyelesaikan acara mandinya, membelitkan handuk melingkari perut sampai lutut, sebelum keluar dari kamar mandi. Tubuhnya mematung saat melihat Irin berdiri sambil menjumput boxer yang tadi ia lepaskan sebelum masuk ke kamar mandi. Tatapan istrinya itu tampak jijik, seperti melihat sesuatu yang mengerikan ada di hadapannya.

Irin menatapnya dan tak lama kemudian boxer itu dilemparkan ke arahnya. Rein menangkap boxer-nya dengan baik.

"Sumpah, ya, nggak bisa apa lo naruh boxer kotor lo itu di tempat yang seharusnya?"

Rein berjalan menuju keranjang yang berisi pakaian kotor, lalu melemparkan boxer-nya ke dalam. "Gue cape, jangan cerewet, sana mandi."

"Gue nungguin barang-barang gue sampai sini, nggak ada baju ganti," jelas Irin yang kini bergerak untuk duduk di atas ranjang.

"Oh."

Irin memang meminta pelayannya untuk mengemasi pakaian di rumah. Mereka tadi hanya pulang sebentar, mengganti pakaian tanpa sempat mandi, karena Rein telah berpesan padanya, kalau dia tidak mau lama-lama berada di rumahnya. Jadilah mereka hanya melepas pakaian dan berganti dengan pakaian seadanya, lalu pergi ke apartemen Rein secepat mungkin.

Dengan kecepatan kilat ini, Irin tahu pasti jika Rein tidak akan meminta haknya di malam pertama mereka. Kelelahan akan resepsi pernikahan, ditambah lelah perjalanan, serta lelah hati membuat keduanya berpikir untuk mandi dan beristirahat secepat mungkin.

Rein menoleh ke belakang, matanya melirik Irin yang tak terlihat ingin beranjak dari posisinya sama sekali. Irin menatapnya, matanya melotot begitu melihat handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya melorot.

Tidak ... tidak ....

Kalau memang melorot, pasti Rein akan panik dan segera menaikkan kembali handuknya. Namun, laki-laki itu tampak santai, berdiri dengan tubuh tinggi tegap dan otot punggung yang terbentuk sempurna. Lalu, jangan lupakan pantatnya yang kini menjadi pemandangan utamanya.

Irin mengumpat. Dia segera memalingkan muka dan berlalu dari tempatnya sambil berteriak, "Ingatin gue kalau lo aslinya porno abis, Rein!"

Rein menoleh lagi. Dia baru mengenakan boxer baru dari almarinya dan menatap Irin yang menutup pintu kamar dengan kasar.

"Porno? Huh!" Rein mendesah kasar. "Kayak lo nggak pernah lihat cowok naked aja, Rin."

Lalu bagaikan ditampar habis-habisan, Rein menatap pintu kamarnya dengan tatapan horor.

"Jangan bilang kalau dia beneran masih virgin?"

Rein tidak mau percaya. Sungguh, kekasih Irin sudah tidak bisa dihitung dengan jari lagi jumlahnya. Dari cowok baik-baik sampai yang paling berengsek pun ada. Semuanya sudah pernah diabsen satu per satu oleh istrinya.

Lalu, bagaimana cara perempuan itu melindungi dirinya selama ini? Bagaimana cara ia melakukannya?

Mustahil, bukan?

____

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   49 - Reuni Teman Lama

    REIN datang ke restoran itu dengan penuh semangat, karena jarang sekali dia bisa makan bersama istrinya siang-siang begini. Padahal mereka sudah menikah selama satu tahun lebih, tapi kenyataannya mereka memang belum pernah makan siang bersama kecuali saat Rein sedang libur kerja.Rein memasuki restoran itu dan tatapannya langsung tertuju ke arah Irin juga seorang pria yang saat ini sedang duduk di depannya. Seperti menyadari kedatangannya, pria itu menoleh ke arahnya, mata pria itu memejam kemudian mengembuskan napas berat.Rein menghentikan langkahnya. Dia jelas tahu siapa pria itu hanya dalam sekali lihat saja, karena tidak ada banyak hal yang berubah darinya. Dia masih terlihat sama, dengan wajah awet muda yang membuatnya tampak menggemaskan di depan mata siapa pun yang mengaguminya.Akram Hardiansyah Putra. Kenapa pria yang kabarnya menghilang dan masuk ke dunia gelap mendadak muncul di sekitar istrinya? Kenapa dia bisa ada di sana? Sedang apakah dia? Apakah dia memang selalu meng

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   48 - Pertemuan Tak Terduga

    "LO lagi di mana?" Adalah tanya pertama begitu telepon di antara mereka terhubung.Irin baru saja meninggalkan rumah Jake dan Syila. Dia izin pulang setelah menolak diajak makan siang bersama. Bukan karena dia tidak nyaman berada di sana, melainkan karena merasa tidak enak lantaran nyaris setiap hari dia mengunjungi rumah adik iparnya dan makan siang bersama mereka.Sudah seperti tamu yang datangnya hanya untuk makan siang saja.Selama ini Irin memang tidak punya kerjaan. Dia tidak punya kesibukan. Setiap hari dia mencari kegiatannya sendiri dan menyibukkan dirinya sendiri dengan cara berpindah tempat ke sana kemari.Namun, karena akhir-akhir ini dia tertarik pada Syila dan kehamilannya, makanya Irin selalu datang mengunjungi adik ipar sekaligus teman baiknya itu."Baru aja naik taksi buat nyari tempat makan siang. Emang kenapa, Rein?" Irin menoleh ke luar jendela, taksi sudah dia dapat dan mulai merayap memasuki jalan utama meninggalkan kediaman Adytama."Hm ... kalau lo lagi ada di

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   47 - Bumil

    "GUE sebenernya heran, deh! Kalian itu aslinya belum dikasih momongan atau emang sengaja mau nunda buat punya anak sekarang?"Pertanyaan dari adik iparnya langsung membuat Irin tersedak minuman yang baru saja dia telan dengan perlahan. Kepalanya menoleh, menatap wajah Syila yang kini mulai terlihat bulat lantaran berat badannya terus bertambah setiap bulannya."Kalau emang sengaja mau nunda nggak masalah sih, asal jangan kelamaan aja. Ntar anak gue udah mau enam, lo berdua baru mau punya anak pertama, kan nggak lucu juga buat gue jadinya, kan?"Irin sontak memelototi adik iparnya yang mulutnya sungguh tidak tahu aturan itu. "Hah, anak keenam? Emang lo mau lahiran tiap tahun apa?"Syila sekarang sedang hamil anak pertama, tapi malah mikir soal kelahiran anak keenamnya. Memangnya dia mau beranak tiap tahun atau bagaimana? Apa nggak takut suaminya macam-macam di luar sana, lantaran istrinya selalu menjadi bola setiap tahunnya?Lagian mana mungkin mereka bakal menunggu sampai selama itu u

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   46 - Manisnya Rumah Tangga

    TIDAK mungkin. Irin menggelengkan kepala dan menatap Rein dengan tatapan tidak percaya."Nggak mungkinlah! Ngapain coba dia ngawasin gue? Apa untungnya buat dia? Temen akrab bukan, pacar bukan, apalagi bininya. Mana mungkin dia ngawasin gue sampai sekarang? Ngaco banget sih lo, Rein!"Rein menatap istrinya dengan wajah serius. "Alea yang bilang kayak gitu."Irin terkejut, dahinya mengernyit dan menatap Rein dengan ekspresi menyelidik. "Emang kapan lo ketemu sama Alea? Perasaan lo nggak pernah deket sama dia, kenal aja enggak, kan? Jadi, lo nggak mungkin tiba-tiba aja bisa ngobrol berdua sama dia, kan?"Rein mematung sejenak, kemudian menarik napas panjang dan mengembuskan napasnya secara perlahan. "Lo inget kejadian beberapa bulan yang lalu waktu kita di restoran dan nggak sengaja lihat Alea sama orang lain di sebelahnya?"Irin mengangguk. "Hm, kayaknya gue masih inget.""Waktu itu ada Freya di sana. Dia nanya sama kita, apa cowok yang lagi sama Alea beneran Akram atau bukan dan lo ja

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   45 - Memicu Perlahan

    IRIN terkejut saat mendapati layar ponselnya remuk. Walaupun masih bisa menyala, tapi keadaan ponsel yang hancur jelas membuatnya bertanya-tanya.Irin mengecek kotak pesan juga riwayat panggilan dan ia menemukan kata 'Intel' di riwayat panggilan."Kapan gue nerima panggilan dia?"Perasaan Irin selalu meninggalkan ponselnya, lalu kenapa panggilannya sudah terjawab dan terhubung selama satu menit lebih oleh orang yang dia bayar untuk mencari segala sesuatu tentang Akram dulu?Irin menoleh ke arah pintu kamar yang baru saja terbuka, tampak Rein tengah berjalan masuk ke kamar mereka. Saat itulah Irin sadar, kenapa suaminya malam ini terlihat berbeda.Rein pasti mengangkat panggilan itu sebelumnya? Jadi, dia sudah tahu semuanya. Namun kenapa dia hanya diam saja? Kenapa dia tidak bertanya atau bahkan marah padanya karena diam-diam Irin telah mencari tahu soal pria lain di belakangnya?"Rein," panggilnya pelan."Hm?" Rein mendongak, menatap wajah Irin tanpa ekspresi. "Kenapa?""Lo yang udah

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   44 - Awal Mula

    TANPA sadar setahun telah berlalu. Irin tidak menyangka bisa melewati satu tahun pernikahannya dengan Rein tanpa masalah apa pun. Semuanya masih berjalan baik-baik saja, tanpa masalah maupun kendala dan tentunya mereka sama-sama merasa bahagia."Gue tadi ketemu Syila, perut dia udah gede banget masa? Bukannya baru hamil enam bulan, ya?" Irin berkata pada Rein secara tiba-tiba.Syila memang dikabarkan hamil empat bulan setelah pernikahannya dengan Jake. Kabar kehamilan itu sempat menyudutkan Irin dan Rein. Mereka menikah lebih dulu, tapi belum juga ada tanda-tanda Irin hamil.Rein memang bisa menjawab semua pertanyaan dengan santai, tapi Irin merasa sedikit terpojokkan saat mendengarnya. Terutama alasan kenapa mereka belum juga memiliki momongan, alasannya karena Irin belum siap dan belum mau punya anak sekarang.Rein baru pulang kerja, dia belum mandi, kemejanya bahkan masih basah karena keringat yang mengeluarkan aroma tidak sedap. Terlebih lagi bahasan soal Syila dan Jake memang aga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status