Share

02 - Rencana Cerai

Author: Kaitani_H
last update Last Updated: 2023-01-06 12:10:27

IRIN tidak tahu harus ngapain saat ia bangun tidur. Biasanya, pelayan keluarga akan menyiapkan semua keperluannya. Dimulai dari pakaian, make up, sarapan, dan di luar rumah, sopir sudah siap mengantar dia pergi ke mana pun jika diminta.

Namun, kali ini dia tinggal di apartemen Rein. Tinggal berdua bersama teman masa kecilnya yang sekarang telah menjadi suami sahnya.

Irin menggigit bibir. Mengingat hal itu lantas membuat jantungnya bergemuruh.

Semalam, dia naik ke atas ranjang laki-laki itu dengan takut-takut. Pasalnya, mereka sudah sah, tapi Irin tidak mau memberikan hak yang seharusnya Rein dapat darinya.

Tidak ... dia hanya tidak siap melakukannya dengan Rein. Mereka dulu dekat, sangat dekat sampai keduanya SMA dan mulai mengenal yang namanya cinta pertama.

Dan jelas-jelas, cinta pertama Irin bukanlah Rein.

Jadi, jelas, pernikahan atas dasar perjodohan ini tanpa cinta. Mereka hanya saling mengenal dulu, sampai keduanya lulus SMA, karena setelah itu mereka kuliah di Universitas berbeda. Keduanya hanya saling ingat dulu pernah berteman akrab, tapi setelahnya, hubungan mereka putus begitu saja.

"Lo bisa masak?"

Irin menoleh cepat. Dia melihat Rein sedang mengusap rambutnya yang basah dengan handuk mandi warna biru gelap. Lalu menyampirkan handuk basah itu di bahu kanannya yang tegap.

Irin tersenyum canggung. "Menurut lo?"

"Nggak, sih. Nggak yakin gue kalau lo bisa masak." Rein mengedikkan bahu. "Toh, di sini juga nggak ada alat-alat masak sama sekali, nggak ada bahan makanan juga."

Irin sudah melihatnya sendiri semalam. Sewaktu dia membuka pintu kulkas dan hanya menemukan minuman kalengan. Dia juga menemukan beberapa mie dalam kemasan cup yang hanya perlu air panas saja untuk memasaknya.

Benar-benar tidak bisa memasak. Dia jelas tahu itu, karena Rein dari dulu memang membenci dapur.

"Terus gimana sarapan kita pagi ini?"

Rein mengangkat bahunya. "Pesan aja," jawaban santai itu disusul sebuah ponsel yang diserahkan padanya. "Pakai ponsel gue, sandinya kayak yang dulu."

Irin mengernyitkan dahi. "Lo yakin ngasih ponsel lo ke gue, nih? Nggak takut cewek lo telepon dan gue yang angkat?"

Rein mendelik. "Gue nggak punya pacar."

"Beneran jomlo gitu?" tanya Irin dengan nada tidak percaya. "Bertahun-tahun gitu lo masih jomlo?"

Rein mendelik. "Cek aja kalau nggak percaya. Banyakan jejeran mantan lo daripada mantan gue."

"Iya, tapi banyakan rentengan cewek ONS lo daripada jumlah mantan gue ke mana-mana."

Rein hanya tertawa hambar. "Mau gimana lagi? Udah jadi kebiasaan kayak gini, susah diubah, kecuali kalau udah nikah, udah punya lawan main yang sah." Rein mengedipkan sebelah matanya.

Irin langsung membuang muka. "Ngarep banget lo bisa tidur sama gue? No! Ntar pas kita cerai, ternyata gue ketularan penyakit kelamin dari lo, bahaya banget, kan?"

"Gue aman kali, lo sendiri gimana?" Rein bertanya dengan nada santai.

"Iya, pasti amanlah. Gue selalu ingetin lawan main gue buat selalu pakai pengaman."

"Iya udah, kita sama-sama aman." Rein mengangkat bahunya santai, dalam hati dia merasa sedikit lega mendengarnya. "Pesan makan, gih! Abis itu kita jalan-jalan bentar."

Irin mengernyit. "Mau ke mana emang?"

"Ke kelab malam," jawab Rein ngasal. Pagi-pagi begini memangnya kelab sudah buka?

"Dih, mendingan gue buka-bukain kado daripada ikut lo ke sana."

Rein hanya tertawa terbahak-bahak. "Jangan kaget kalau nemu kado yang aneh-aneh."

"Emang isinya apa?" Irin menatapnya tidak paham.

Rein menyeringai. "Siapa tahu, ada yang iseng dan ngado boneka sex, karena punya istri galak yang nggak mau ngasih jatah ke suaminya, kan?"

Irin mengambil pisau, lalu melemparkannya ke arah Rein yang untungnya menghindar tepat pada waktunya.

"Bahaya banget, sih, lo! Baru juga hari pertama, gue udah dilemparin pisau aja. Hari kedua lo bakal ngelemparin gue pakai apa?"

"Yang jelas, di hari terakhir gue bakal lemparin surat cerai ke muka lo."

Rein mendengkus, ia lantas membuang muka, menghindar dari tatapan Irin yang kini tengah memandangi sosoknya.

"Nggak bisa apa, lo mikir-mikir dulu sebelum ngomong cerai di depan suami sendiri?"

Irin mengernyitkan dahi. Memangnya kenapa? Toh, dia tahu kalau mereka sama-sama tidak mau menerima pernikahan ini. Mereka sama-sama tidak saling mencintai.

Rein mau menikah, hanya karena perjanjian tololnya dengan Syila diketahui keluarga besarnya. Dia dipaksa menikah atau namanya akan dicoret dari daftar warisan keluarga Gunawan yang terkenal kaya raya.

Sedangkan Irin menikahi Rein, karena dia telanjur berkata pada orang tuanya yang sedang gencar mencarikan pasangan hidup untuknya.

Kata-kata yang menjadi bumerang dan melahirkan pernikahan mereka.

"Maaf!"

___

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   49 - Reuni Teman Lama

    REIN datang ke restoran itu dengan penuh semangat, karena jarang sekali dia bisa makan bersama istrinya siang-siang begini. Padahal mereka sudah menikah selama satu tahun lebih, tapi kenyataannya mereka memang belum pernah makan siang bersama kecuali saat Rein sedang libur kerja.Rein memasuki restoran itu dan tatapannya langsung tertuju ke arah Irin juga seorang pria yang saat ini sedang duduk di depannya. Seperti menyadari kedatangannya, pria itu menoleh ke arahnya, mata pria itu memejam kemudian mengembuskan napas berat.Rein menghentikan langkahnya. Dia jelas tahu siapa pria itu hanya dalam sekali lihat saja, karena tidak ada banyak hal yang berubah darinya. Dia masih terlihat sama, dengan wajah awet muda yang membuatnya tampak menggemaskan di depan mata siapa pun yang mengaguminya.Akram Hardiansyah Putra. Kenapa pria yang kabarnya menghilang dan masuk ke dunia gelap mendadak muncul di sekitar istrinya? Kenapa dia bisa ada di sana? Sedang apakah dia? Apakah dia memang selalu meng

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   48 - Pertemuan Tak Terduga

    "LO lagi di mana?" Adalah tanya pertama begitu telepon di antara mereka terhubung.Irin baru saja meninggalkan rumah Jake dan Syila. Dia izin pulang setelah menolak diajak makan siang bersama. Bukan karena dia tidak nyaman berada di sana, melainkan karena merasa tidak enak lantaran nyaris setiap hari dia mengunjungi rumah adik iparnya dan makan siang bersama mereka.Sudah seperti tamu yang datangnya hanya untuk makan siang saja.Selama ini Irin memang tidak punya kerjaan. Dia tidak punya kesibukan. Setiap hari dia mencari kegiatannya sendiri dan menyibukkan dirinya sendiri dengan cara berpindah tempat ke sana kemari.Namun, karena akhir-akhir ini dia tertarik pada Syila dan kehamilannya, makanya Irin selalu datang mengunjungi adik ipar sekaligus teman baiknya itu."Baru aja naik taksi buat nyari tempat makan siang. Emang kenapa, Rein?" Irin menoleh ke luar jendela, taksi sudah dia dapat dan mulai merayap memasuki jalan utama meninggalkan kediaman Adytama."Hm ... kalau lo lagi ada di

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   47 - Bumil

    "GUE sebenernya heran, deh! Kalian itu aslinya belum dikasih momongan atau emang sengaja mau nunda buat punya anak sekarang?"Pertanyaan dari adik iparnya langsung membuat Irin tersedak minuman yang baru saja dia telan dengan perlahan. Kepalanya menoleh, menatap wajah Syila yang kini mulai terlihat bulat lantaran berat badannya terus bertambah setiap bulannya."Kalau emang sengaja mau nunda nggak masalah sih, asal jangan kelamaan aja. Ntar anak gue udah mau enam, lo berdua baru mau punya anak pertama, kan nggak lucu juga buat gue jadinya, kan?"Irin sontak memelototi adik iparnya yang mulutnya sungguh tidak tahu aturan itu. "Hah, anak keenam? Emang lo mau lahiran tiap tahun apa?"Syila sekarang sedang hamil anak pertama, tapi malah mikir soal kelahiran anak keenamnya. Memangnya dia mau beranak tiap tahun atau bagaimana? Apa nggak takut suaminya macam-macam di luar sana, lantaran istrinya selalu menjadi bola setiap tahunnya?Lagian mana mungkin mereka bakal menunggu sampai selama itu u

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   46 - Manisnya Rumah Tangga

    TIDAK mungkin. Irin menggelengkan kepala dan menatap Rein dengan tatapan tidak percaya."Nggak mungkinlah! Ngapain coba dia ngawasin gue? Apa untungnya buat dia? Temen akrab bukan, pacar bukan, apalagi bininya. Mana mungkin dia ngawasin gue sampai sekarang? Ngaco banget sih lo, Rein!"Rein menatap istrinya dengan wajah serius. "Alea yang bilang kayak gitu."Irin terkejut, dahinya mengernyit dan menatap Rein dengan ekspresi menyelidik. "Emang kapan lo ketemu sama Alea? Perasaan lo nggak pernah deket sama dia, kenal aja enggak, kan? Jadi, lo nggak mungkin tiba-tiba aja bisa ngobrol berdua sama dia, kan?"Rein mematung sejenak, kemudian menarik napas panjang dan mengembuskan napasnya secara perlahan. "Lo inget kejadian beberapa bulan yang lalu waktu kita di restoran dan nggak sengaja lihat Alea sama orang lain di sebelahnya?"Irin mengangguk. "Hm, kayaknya gue masih inget.""Waktu itu ada Freya di sana. Dia nanya sama kita, apa cowok yang lagi sama Alea beneran Akram atau bukan dan lo ja

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   45 - Memicu Perlahan

    IRIN terkejut saat mendapati layar ponselnya remuk. Walaupun masih bisa menyala, tapi keadaan ponsel yang hancur jelas membuatnya bertanya-tanya.Irin mengecek kotak pesan juga riwayat panggilan dan ia menemukan kata 'Intel' di riwayat panggilan."Kapan gue nerima panggilan dia?"Perasaan Irin selalu meninggalkan ponselnya, lalu kenapa panggilannya sudah terjawab dan terhubung selama satu menit lebih oleh orang yang dia bayar untuk mencari segala sesuatu tentang Akram dulu?Irin menoleh ke arah pintu kamar yang baru saja terbuka, tampak Rein tengah berjalan masuk ke kamar mereka. Saat itulah Irin sadar, kenapa suaminya malam ini terlihat berbeda.Rein pasti mengangkat panggilan itu sebelumnya? Jadi, dia sudah tahu semuanya. Namun kenapa dia hanya diam saja? Kenapa dia tidak bertanya atau bahkan marah padanya karena diam-diam Irin telah mencari tahu soal pria lain di belakangnya?"Rein," panggilnya pelan."Hm?" Rein mendongak, menatap wajah Irin tanpa ekspresi. "Kenapa?""Lo yang udah

  • Crazy Marriage (Pernikahan Gila)   44 - Awal Mula

    TANPA sadar setahun telah berlalu. Irin tidak menyangka bisa melewati satu tahun pernikahannya dengan Rein tanpa masalah apa pun. Semuanya masih berjalan baik-baik saja, tanpa masalah maupun kendala dan tentunya mereka sama-sama merasa bahagia."Gue tadi ketemu Syila, perut dia udah gede banget masa? Bukannya baru hamil enam bulan, ya?" Irin berkata pada Rein secara tiba-tiba.Syila memang dikabarkan hamil empat bulan setelah pernikahannya dengan Jake. Kabar kehamilan itu sempat menyudutkan Irin dan Rein. Mereka menikah lebih dulu, tapi belum juga ada tanda-tanda Irin hamil.Rein memang bisa menjawab semua pertanyaan dengan santai, tapi Irin merasa sedikit terpojokkan saat mendengarnya. Terutama alasan kenapa mereka belum juga memiliki momongan, alasannya karena Irin belum siap dan belum mau punya anak sekarang.Rein baru pulang kerja, dia belum mandi, kemejanya bahkan masih basah karena keringat yang mengeluarkan aroma tidak sedap. Terlebih lagi bahasan soal Syila dan Jake memang aga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status