Share

31. Bulan Sabit

Kami sedang mengistirahatkan diri di atas sofa setelah permainan panjang dan panas itu berakhir selepas dini hari. Aku duduk di dalam pangkuannya sambil memeluk dada Xaferius yang selalu terasa nyaman, seolah-olah tubuhnya memang diciptakan untukku. Kami saling bertukar cerita dari hal-hal remeh hingga hal-hal di luar nalar yang terjadi selang beberapa waktu terakhir.

“Apa kau sudah memutuskan nama toko bungamu?”

“Belum. Maksudku, ada dua pilihan yang menjadi kandidat, tetapi aku masih belum memutuskan.”

“Dua? Beritahu aku,” serunya antusias.

“Berjanjilah untuk tidak menertawakannya.”

Satu alis Xaferius terang

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status