Home / Thriller / Cruel Boy / 05. Masa Lalu (Keluarga)

Share

05. Masa Lalu (Keluarga)

Author: Nurul Haruna
last update Last Updated: 2021-03-27 20:50:55

12 tahun yang lalu ...

Alexander, menurut banyak orang adalah keluarga harmonis. Juga keluarga terpandang, karena terkenal dalam dunia bisnis. Keluarga Alexander pemilik perusahaan Xander Corp, yang begitu diminati para pebisnis lain, untuk melakukan kontrak kerja sama.

Saat itu Risa sedang mengandung. Dokter melakukan USG awalnya satu anak laki-laki, tapi saat kehamilannya menginjak usia sembilan bulan, di mana anaknya akan lahir, ternyata terlahir kembar.

Mereka hanya menginginkan anak tunggal sebagai penerusnya, karena terlahir kembar mereka tetap menerimanya, lalu diberi nama Rafan dan Refan. Akan tetapi, mereka mulai dibutakan oleh keinginannya. Terbukti, mereka lebih memilih merawat dan diperkenalkan pada publik hanya anak bungsu saja yaitu Refan Alexander.

Sedangkan Rafan Alexander sebagai anak sulung tidak, sejak lahir pun langsung diasuh oleh pembantunya. Hingga, Rafan baru menginjak umur empat tahun. Tidak lama kemudian, kabar buruk datang, yaitu pembantu yang mengasuh Rafan meninggal karena sakit.

Namun, mereka tetap tidak ada niat untuk merawatnya, akhirnya Rafan mengurus dirinya sendiri, terkadang Rafan suka iri melihat adik kembarnya disayang. Lambat laun, Rafan mulai mengabaikan keluarganya dan menjadi pribadi tertutup.

****

Akibat tidak dianggap oleh keluarganya sendiri, Rafan mulai mengalami depresi ringan, selalu mencoba menenangkan dirinya dengan cara self injury. Rafan suka melukai tubuhnya, seperti mengores pisau ke setiap lengannya hingga banyak darah yang menetes. Awalnya memang menyakitkan, tetapi perlahan tidak. Bahkan bisa membuatnya tenang, saat depresi kembali dialaminya. Hal itu, membuatnya mulai menyukai darah. Rafan seperti memiliki sisi gelap atau mungkin mengerikan yaitu—psikopat.

Bisa dibilang, sudah amat membahayakan dan bisa saja ada hasrat untuk melukai keluarganya sendiri. Namun, Rafan langsung menahan hasrat haus darahnya. Yang tahu Rafan mengalami depresi ringan yang perlahan menjadi depresi berat—hanya dirinya sendiri. Sedangkan orang tuanya tidak tahu apapun, begitu juga dengan adik kembarnya.

Jika rumah sepi, tidak ada rekan kerja Rivo yang berkunjung. Rafan akan keluar dari kamarnya, sekadar duduk di halaman belakang rumah untuk menghilangkan bosan—akibat terkurung. Saat menikmati ketenangannya, dan mencoba menghilangkan rasa bosan. Tiba-tiba Refan mendatanginya.

“Kau kakakku, ‘kan?” tanya Refan pelan, bahkan mulai mendekati Rafan. Selama ini, Refan hanya menatap Rafan dari jauh. Mencoba untuk tidak takut, karena Rafan menatap dingin dirinya. Refan perlahan mendudukkan dirinya di sebelah Rafan.

Rafan masih diam saja, melihat kehadiran Refan. Setelahnya, mengabaikan Refan yang duduk di sebelahnya.

Refan menghela napas pasrah, karena diabaikan. Malah semakin, mencoba untuk akrab. “Buktinya, wajah kita mirip, Kenapa di—”

“Refan sedang apa di sini? Cepat masuk!” panggil Risa, langsung menarik paksa Refan. Bahkan seperti, tidak menyadari keberadaan Rafan.

“Mau bersama kakak, Bu. Lepas!” bantah Refan, sambil berusaha melepas tangan Risa yang terus menarik paksa dirinya, tapi tetap gagal.

“Masuk!” Risa kesal, semakin menarik paksa Refan, hingga masuk ke dalam rumah.

Rafan hanya diam melihat Refan ditarik paksa untuk masuk ke rumah oleh Risa, perlahan beranjak dan berjalan masuk ke rumah lewat pintu belakang dan pergi ke kamarnya. Seperti biasa, mengurung diri dan melampiaskan depresinya.

Depresinya hampir saja terlihat, ketika Risa datang bahkan seperti sengaja tidak menyadari dirinya. Apabila Rafan tidak menahan depresinya, bisa gawat dan malah akan menyerang mungkin?

Terkadang Rafan berpikir, apabila depresinya terlihat di depan mereka. Apa mereka akan merawat dan memberi semangat untuk sembuh dari depresinya?

Itu, tidak mungkin. Lagi pula, mereka tidak mengharapkan kehadiranku. Haha!

****

Beberapa hari kemudian, di kediaman keluarga Alexander. Rivo sedang mengadakan rapat bisnis lagi, mengenai keuntungan perusahaan.  Setiap ada rekan kerja Rivo datang ke rumah, sekadar untuk berkunjung atau rapat, Rafan kembali mengurung diri di kamarnya. Atau bisa dibilang, Rivo memang mengurungnya.

Hingga masalah pun terjadi, salah satu rekan kerja Rivo yaitu Bram Revaldo tanpa sengaja melihat Rafan yang kebetulan ada di dapur, dan ingin kembali ke kamarnya.

Di rumah, kebetulan baru Bram Revaldo saja yang datang untuk rapat. Sedangkan yang lain masih dalam perjalanan.

“Tuan Rivo dia siapa? anakmu itu tunggal atau kembar?” tanya Bram, sambil menunjuk ke arah Rafan.

“Itu hanya anak pembantu,” balas Rivo cepat, bahkan kesal karena Rafan tidak terkurung di kamar.

Rafan yang mendengarnya, hanya diam saja. Tanpa ada niat untuk membela diri, lagi pula percuma saja bila melakukan pembelaan.

“Tapi kenapa mirip dengan Ref—” ucap Bram terpotong.

“Bukan! Sebaiknya kembali ke ruang tengah, sepertinya yang lain sudah sampai," potong Rivo cepat, semakin kesal.

Bram kembali ke ruang tengah, tapi sebelum itu dia sempat melihat Rivo saat membentak Rafan.

****

Rafan masih terdiam, saat Rivo mulai membentaknya.

“Sudah kubilang jangan keluar kamar!” bentak Rivo, lalu menarik Rafan dengan kasar.

“Hanya ingin ke dapur sebentar ayah,” jelas Rafan singkat meskipun dibentak, bahkan membiarkan dirinya ditarik kasar.

“Diam cepat masuk!” bentak Rivo, sambil mendorong Rafan masuk dan menguncinya. Setelah itu pergi ke ruang tengah dan memulai rapat mengenai peningkatan keuntungan perusahaan.

Sedangkan Rafan, karena sudah biasa dibentak bahkan dikurung. Sekarang dia hanya duduk di balkon kamarnya, sambil menatap kosong ke arah  langit.

“Haha! Hidupku menyedihkan sekali ya?” ucap Rafan lirih, lalu menoleh ke arah balkon sebelahnya karena merasa ada yang menatapnya.

Refan sejak awal melihat Rafan dari balkon kamarnya, yang kebetulan bersebelahan.

“Kakak,” panggil Refan, mencoba untuk mengakrabkan diri lagi.

Rafan hanya diam, lalu beranjak masuk ke kamarnya tanpa membalas panggilan Refan. Menutup rapat jendela kamarnya, kemudian mengambil salah satu pisau lipat yang diam-diam disimpannya di dalam lemari, mulai menggoreskan pada lengannya.

“Haha!” Rafan mulai tertawa depresi, lalu menyentuh darahnya yang menetes di lantai, kemudian mengoleskannya pada dinding kamarnya. Rafan selalu bermain-main dengan darahnya yang menetes di lantai.

****

Refan yang masih berada di balkon, hanya menghela napas pasrah, melihat Rafan masuk, Refan juga masuk ke kamarnya.

Kenapa kakak selalu diam, apa kakak membenciku?

Refan merebahkan diri di tempat tidur, tapi masih memikirkan Rafan. Ingin sekali, bisa akrab dengan kakak kembarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cruel Boy   Ekstra Part : 02 (END)

    Menjelang berakhirnya liburan sekolah, Asya terlihat berada di kediaman Alexander. Bisa dibilang, sejak dua hari yang lalu. Karena orang tua mereka sedang keluar kota, keluarga Alexander menawarkan agar Asya dan Aksa menginap. Takut terjadi sesuatu lagi, itu sebabnya keluarga Alexander menawarkan mereka untuk menginap, selama ditinggal keluar kota beberapa hari.Di ruang tengah, Asya duduk diam di sofa. Matanya, amat fokus ke novel yang sedari tadi dibacanya. Di sebelah sofa yang diduduki Asya, ada Rafan sedang asik berbaring. Sebenarnya, hanya mereka berdua saja. Para pelayan selama libur sekolah, Diberi cuti semua, jadi hanya ada si kembar dan kedua anak keluarga Adriano.Sekarang, hanya Rafan dan Asya saja. Refan keluar rumah, katanya mau jalan dengan Vio. Aksa, entahlah sejak pagi sudah lebih dulu pergi."Biasanya, kau diam-diam kabur ke hutan gitu?" Asya mendelik heran ke arah Rafan, yang asik berbaring di sofa panjang."Hm, lagi malas saja." Rafan b

  • Cruel Boy   Ekstra Part : 01

    Tidak terasa, waktu telah berlalu begitu cepat, kini sedang ada waktu luang. Lebih tepatnya, sedang libur sekolah. Setelah melaksanakan ujian kenaikan kelas, si kembar hanya menghabiskan waktu liburan sekolah di rumah. Berbeda sekali dengan yang lain, pastinya jalan bersama keluarga entah ke mana.Sayangnya, si kembar dan keluarganya tidak pergi ke manapun. Kalau diperhatikan lebih jelas, hanya Refan yang terlihat diam di rumah. Terkadang, jalan sebentar keluar rumah sebagai penghilang bosan dan itu—sendirian.Karena, selama liburan sisi liarnya semakin menjadi. Setiap pagi buta, keberadaan Rafan sudah hilang dari rumah. Rafan pergi ke hutan. Hingga siang tiba, masih betah di alam liar. Memang dasarnya, malas untuk pulang. Kalau Refan bosan, pasti jalan sendiri entah ke mana. Lain halnya dengan Rafan, ketika bosan melanda memilih melatih kemampuannya. Sekaligus, berkeliaran secara bebas.Kini Rafan, terlihat berbaring tanpa peduli tanah atau kotoran lain m

  • Cruel Boy   Epilog

    Semenjak kejadian itu, keluarga Alexander hanya bisa pasrah dan menunggu. Karena Rafan pergi dan sama sekali belum kembali, meskipun rasa khawatir terus menghampiri mereka. Ditambah rasa takut, kalau Rafan melakukan self injury lagi.Refan terdiam, senang karena masalah selesai. Tetapi, takut Rafan tidak kembali. Lagi-lagi, Refan hanya bisa menunggu, seperti dulu yang dilakukannya."Kakak," ucap Refan lirih, ingin sekali melihat Rafan pulang.Selama sekolah, Refan benar-benar tidak fokus karena memikirkan Rafan. Begitu juga, dengan Asya yang sudah mulai sekolah lagi. Asya sempat takut keluar rumah, hingga memutuskan izin tidak sekolah untuk beberapa waktu. Di satu sisi, Asya khawatir saat dapat kabar dari Aksa. Kalau Rafan tidak pulang.Arvian, tidak menyangka kalau ada satu anak didiknya lagi yang melakukan hal kejam. Bahkan, yang lebih parah. Arion anak dari Orion mafia yang dulu meneror keluarga Alexander, sekaligus hampir membuat Rafan sekara

  • Cruel Boy   61. Cruel Boy (END S2)

    Sejak Raskal memberitahu, kalau anak Orion yang mengawasi dan menculik Asya. Rafan langsung pergi ke markas lama milik Orion dulu, saat dirinya dijadikan kelinci percobaan. Sebenarnya, Rafan sudah menebak kalau anak Orion yang mengintai. Tidak lain, adalah Arion.Saat berusaha mendekati Asya. Rafan awalnya biasa, tetapi mulai familier dengan wajah Arion. Namun, Rafan sengaja mendiamkannya dan pergi. Walau sebenarnya, Rafan terus waspada dengan rencana Arion terhadapnya.Rafan mulai menyerang brutal anak buah Arion, juga membantainya satu persatu. Meskipun, dengan tangan kosong. Mulai dari menangkis serangan, menangkap dan mematahkan anggota tubuh mereka, dengan menariknya amat kuat hingga terputus dari tubuh mereka.Rafan mengabaikan teriakan kesakitan mereka, terus menyerang brutal atau lebih tepatnya kembali melakukan pembantaian. Buktinya, perlahan anak buah Arion yang disuruh berjaga, terkapar di mana-mana. Bahkan, darah juga ikutan berceceran. Rafan kembali

  • Cruel Boy   60. Anak

    Di kediaman Alexander, Rafan masih terdiam di ruang tengah. Pikirannya yang tadi kacau sekarang sudah agak tenang, tetapi firasat itu kembali dirasakannya. Rafan memegangi kepalanya dan bergumam pelan."Mereka sudah memulainya ya?"Refan yang mendengar gumaman Rafan, kembali bingung dan khawatir. "Mulai apa, Kak?" Dengan spontan, Refan bertanya. Namun, Rafan tidak menjawab, malah semakin memegangi kepalanya. Hal itu, membuat Refan dilanda kepanikan lagi. Rafan terpejam dan berusaha tenang lagi.Mereka benar-benar membawanya.Rafan membuka matanya, terlihat sekali tatapannya begitu kosong. Refan benar-benar dilanda kepanikan amat besar, terlebih lagi melihat Rafan beranjak dari sofa, melangkah menuju pintu. Refan langsung mengekor dan bertanya."Mau ke mana?" Refan semakin khawatir.Rafan tidak menjawab, terus berjalan keluar dari rumah."Kakak!" panggil Refan lagi."Ada apa? Kakakmu mau ke mana?" Rivo dan Risa, i

  • Cruel Boy   59. Dimulai

    Sudah terhitung 30 menit berlalu kegiatan sekolah usai. Kali ini, semua siswa tumben masih betah berada di sekolah. Termasuk, Rafan. Entah kenapa, masih ingin berada di sekolah. Buktinya, terlihat duduk sembari melamun di kelas. Tatapan Rafan yang sejak tadi tertuju pada luar jendela, kini beralih pada Aksa yang baru ingin pulang.Aksa merasa diperhatikan, langsung mendelik aneh Rafan. Hingga kembali teringat sesuatu, sekarang ingin memastikan lagi dengan benar. "Kau sedang bermasalah ya?" Aksa spontan berkata begitu, tetapi matanya menatap amat serius."Ya, sejak kemarin.” Pada akhirnya Rafan menjawab. “Kau merasa aneh denganku, ‘kan? Bisa dibilang, sedang waspada dengan sekitar. Untuk mencari tau, siapa orang itu dan antek-anteknya terus mengikutiku sejak kemarin." Rafan menjelaskannya sesuai fakta, pada Aksa.Rafan sengaja membeberkannya, biasanya selalu disembunyikan. Namun, merasa ada sesuatu yang direncanakan oleh orang yang mengikutinya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status