Kedua bola angin itu menerjang Razen. Tepat satu senti sebelum benar-benar menghantam tubuhnya bola angin itu berhenti. Razen yang awalnya memejamkan mata mulai membuka matanya. Tatapan mata Yuan kepadanya, tatapan sayu dan lembut.
“Dia memang raja kegelapan yang sebenarnya, dia tidak akan menyakitiku salah satu rakyatnya,” batin Razen.
Rasa senang dan keinginan menjadi salah satu orang yang siap mati demi sang raja, apapun yang terjadi. Dia ingin menjadi pengikut raja, raja kegelapan yang sangat dinantikan seluruh rakyat dunia bawah.
“Rajaku, aku tahu kalau kau tidak akan melukaiku. Aku percaya kalau kau ...,” ucapan Razen terhenti saat melihat Yuan membalik badannya berjalan ke arah gerbang dimensi. Tangannya menyentuh salah satu simbol huruf kuno dan simbol itu bersinar. Cahaya berwarna kuning dila
Yuan terbangun di kamarnya pada dini hari, matahari masih bermalas-malasan menampakkan diri. Dia mengingat kembali kejadian kemarin, tangan yang menyentuh tanah tandus itu masih terasa. Dalam hati kecilnya ada perasaan nyaman dengan tempat itu. Ada keinginan untuk kembali lagi ke dunia bawah. Segera dia tepis pikiran itu, itu bukan dunianya. “Krisan,” panggil Yuan. Roh angin itu keluar dalam wujud makhluk kecil seukuran telapak tangan Yuan. Pakaian dan rambutnya berwarna putih dengan sepasang sayap berbentuk bulan sabit. “Pangeran, Anda memanggil saya?” “Ya, apa kau pernah ke dunia bawah? Seperti apa dunia bawah yang dulu?” Yuan memandang makhluk kecil yang duduk di kusen jendela. “Sangat indah, waktu i
Krisan memandang Yuan lekat-lekat, dia berusaha mengingat sesuatu yang terlupakan. “Hari itu aku mengingatnya dengan jelas, raja keempat menemuiku, dia ingin melepaskan rantai di kakiku namun gagal. Kekuatannya tak mampu menggores rantai yang membelengguku. Lalu dia minta maaf dan kembali ke permukaan,” ucap Krisan, ada keraguan dalam ucapannya dia seperti masih menimbang-nimbang kebenaran. “Raja keempat menghilang dan sampai hari ini itu sudah 200 tahun yang lalu,” sahut Yuan. Dia mengambil secarik kertas dan menuliskan urutan raja pertama hingga keempat. Krisan terbang dan melihat coretan Yuan di atas kertas. “Kau benar, ada yang salah. Dalam ingatanmu harusnya saat ini masih masa raja keempat,” Krisan memperhatikan tulisan Yuan dan berpikir. “Apa kau tidak ingat sesuatu seperti ada yang membuatmu tertidur atau menghapus ingatan?” tanya Yuan karena tidak mungkin roh angin lupa begitu saja. “Raja keempat, dia menemuiku. Ku
Yuan berlatih bersama Krisan dalam wujud manusianya. Ia sangat pandai menggunakan pedang ganda. Ren dan Yuan menyerang Krisan bergantian, keduanya membuat formasi menyerang dan bertahan. Ren menggunakan barrier untuk bertahan dan elemen petir untuk menyerang sedangkan Yuan menggunakan air untuk bertahan dan menyerang. Penguasaan elemen air Yuan mulai berkembang, dia secara leluasa menggunakan air dalam berbagai variasi. Kadang dibekukan, dicairkan bahkan dibuat menjadi kabut untuk mengecoh lawan. Waktu berlalu begitu cepat, kabar tentang kepulangan pangeran pertama terdengar di telinga Yuan. Saat itu Yuan tidak bisa berkonsentrasi dia terus saja melihat ke arah gerbang. Hingga serangan Krisan luput dari pengamatannya. Tubuh Yuan terhempas dan berguling di tanah. “Kau tidak apa-apa?” tanya Archilles yang segera memeriksa keadaan Yuan.
Yuan segera bangkit saat teringat dengan janjinya. Dia mengenakan pakaian biasa, kaos, celana dan jaket. Setelah itu segera menuju ke gerbang utama, sepanjang jalan Yuan terus memikirkan tentang dirinya yang bukan anak kandung. Rasanya memang pantas jika ayahanda memperlakukan dirinya dan kakaknya berbeda, karena mereka memang berbeda. Yuan bukan lah anak dari Raja Edward jadi sangat wajar jika sang raja tidak menyayanginya sepenuh hati. Saat melihat Rainsword yang sudah menunggu, ditepisnya semua kegalauannya. Untuk apa dipikirkan jika masih ada kakak yang begitu menyayanginya. Ia berlari ke arah kakaknya. “Kamu kangen sekali dengan kakak ya,” ucap Rainsword mencubit pipi Yuan dengan gemas. “Iya donk, kangen banget. Jadi mau ke mana sekarang?” “Jalan-jalan saja, sudah lama tidak melihat Silverstone.” Mereka memilih berjalan kaki, melewati ramainya penduduk yang sedang beraktifitas. Tidak ada yang memperhatikan mereka berdua. Keduanya sengaja
Hutan Onyx. Yui berlatih bersama Byakko dan Seiryu kemampuannya meningkat pesat. Hari itu Kakaknya datang ke rumah Rafael. Kakaknya datang dengan keadaan yang tidak biasa, dia seperti telah melakukan perjalanan jauh. Baju dan tubuhnya terlihat kotor dan penuh luka. Yui belum sempat menyapa, Kakaknya langsung mengistirahatkan diri di kamar. Hari berikutnya, Yuasa terlihat lebih baik. Dia mencari vas dan meletakkan sekuntum bunga mawar berwarna merah delima. “Cantik sekali, apa ini bunga mawar dari pegunungan Jade?” ucap Yui mengagumi bunga yang sedang dipandangi kakaknya dengan penuh cinta. “Ya, ini mawar dari pegunungan Jade,” jawab Yuasa tanpa menoleh ke arah Yui. Light yang melihat Yui memandangi mawar itu tak kuasa tidak berkomentar. “Kau juga mau, Yui? Petik saja sendiri. Monster pegunungan Jade sudah kabur begitu melihatmu,” celetuk Light. “Apa maksudmu, tidak romantis kalau memetik sendiri, suatu saat nanti pasti ad
Semalaman Rafael membaca kembali buku tentang Ergions. Dia tertidur di ruang tamu dengan buku masih berada tak jauh dari tempatnya berada. Sebuah pena dan kertas berisi coretan tulisan tangan di sebelah buku besar bergambarkan pohon dan elf. “Apa Paman tidak tidur semalaman, dia terlihat baru saja tertidur,” gumam Yui memperhatikan Rafael yang tertidur di ruang tamu. Awalnya Yui ingin membangunkan Rafael, tetapi mengurungkan niatnya melihat Rafael yang masih tertidur pulas. dia mengambil selimut dari kamar terdekat dan menyelimuti tubuh kekar Rafael. “Yui, kenapa belum ada sarapan?” suara Light dari arah dapur yang melihat tidak ada apapun yang bisa dimakan disana. “Tunggu, biar aku yang masak,” sahut Yui meninggalkan Rafael yang masih terlelap. Mereka be
Kota Blue Amethyst, selalu ramai dengan banyaknya pengunjung dari segala penjuru. Kota ini tidak pernah sepi mulai dari terbit matahari hingga rembulan menggantung di langit malam. Rasanya mata selalu dimanjakan dengan segala yang ada, hal kecil hingga besar ada di sini. Sesuatu yang remeh hingga barang langka juga ada di sini. Para pengunjung yang bukan hanya dari bangsa kristal, melainkan bangsa lain seperti elf, manusia hingga mereka yang merupakan perpaduan setengah manusia setengah yang lain. Semua berbaur dalam harmoni tanpa ada pertengkaran, karena saling membutuhkan dan saling menghormati satu sama lain. Di tempat inilah kami berada, sebuah toko pakaian yang sepertinya jarang dikunjungi dengan display pakaian yang bisa dibilang ketinggalan jaman. Entah kenapa Paman Rafael membawa kami ke sini. “Rentangkan tanganmu, Nona,” pinta seorang wanita paruh ba
Kereta kuda mulai bergerak, jalanan mulus mulai berganti menjadi jalanan berbatu yang tidak rata. Mereka mulai memasuki wilayah pegunungan menuju kota Avari. Kota itu dikelilingi pegunungan yang membuat kota Avari terisolir. Meskipun terisolir kota Avari tidak kekurangan apapun, peri memiliki semua yang mereka perlukan untuk memenuhi kehidupannya. "Kalau tahu akan melewati jalanan seperti ini lebih baik tadi naik kuda saja," keluh Yui, rasa tidak nyaman setiap kali roda kereta terhantuk jalanan berbatu. "Tidak perlu mengeluh nikmati saja perjalanannya, lihat pemandangannya sangat indah," sahut Light mengalihkan perhatian Yui dengan indahnya deretan gunung dan pepohonan. Memang benar pemandangan sangat indah di luar sana. Akhirnya Yui mengabaikan ketidaknyamanan jalanan berbatu dengan pemandangan yang indah.