Share

45. Pamit

“Aku bahkan belum bertemu dengan Ibundamu, tapi beliau lebih dulu mangkat,” ujar Jenar sendu. Sang pujaan hati kini berada di hadapannya. Menatap kosong rumpun bambu yang sebagian hancur karena ulah mereka berdua tempo hari. Netranya mengembun, namun tak sampai meneteskan air mata.

“Hal itu lah yang menguatkan tekadku untuk pergi berperang, Jenar. Kematian Ibundaku tak boleh sia-sia. Seseorang harus bertanggung jawab!” Dendam di hati Arya sama sekali tak bisa disinggung, langsung tersulut seketika.

“Walaupun itu Ayahandamu sendiri?”

“Ya! Aku tak punya pilihan lain!” tandas Arya.

“Bagaimana bila bukan Baka Nirdaya pelakunya? Aku tak bisa menemukan alasan kuat untuk Ayahandamu menyerang dan menghancurkan desanya sendiri. Sedang yang ia tahu anak dan istrinya masih berada di sana.” Jenar mencoba menganalisa.

“Kekuasaan tak mengenal anak dan istri, Jenar! Apa lagi desa.” Kedua telapak tangan Arya mengepal keras. Ia seolah membutuhkan sesuatu yang bisa ia hantam demi melepaskan emosiny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status