Share

44. Tekad

Sinar mentari dan aroma jelaga membangunkan Arya. Aswabrama sudah lebih dahulu mencari makanannya sendiri. Pemuda itu menggeliat, tubuhnya terasa pegal-pegal. Belum lagi semalaman terguyur hujan, membuatnya sedikit tak sehat. Namun ia tetap harus bangun, desa ini tak berpenghuni lagi.

Tanah pusara ibundanya masih merah dan basah. Arya terpekur lama di samping pusara itu. Ia gagal menyusul ayahandanya karena jalanan terputus akibat Sasra Sayaka-Cundhamani. Arya menyesali, akibat ulahnya sendiri jalan menuju markas ayahandanya menjadi tak bisa dilalui.

Masih begitu segar di ingatan Arya bagaimana ibundanya bersikukuh memintanya untuk pergi saat prajurit-prajurit Astagina itu mengambil paksa para pemuda desa. Namun ia begitu keras kepala dan terlalu percaya diri. Hingga akhirnya ibundanya turun tangan dan terpaksa mengeluarkan Suji Pati.

“Kalau saja aku turuti Ibu....” Arya menghela napasnya. Semalam pasti ibundanya dikeroyok banyak orang, hingga Suji Pati tak mampu mengimbangi. Penyes
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status