Kinara berharap cemas, ketika mendengar suara langkah kaki beriringan yang semakin mendekati ruangannya. Tubuhnya terasa kaku untuk sekedar berdiri meminta pertolongan. Jahitan di bawah perut masih terasa begitu nyeri hingga menusuk tulang."Mbak Risa, tolong segera panggil Dokter. Arka pingsan," ucapnya dengan suara serak ketika mendapati seorang wanita yang ia kenal baru memasuki ruangan. Nampak seorang wanita cantik yang tengah menggendong anak laki-laki berusia dua tahun. Dua pria bertubuh besar di belakangnya pun ikut panik. Mereka berlari keluar ruangan untuk mencari bantuan dari tenaga medis yang bertugas di sana.Selang beberapa menit, ketiga orang itu kembali dengan seorang Dokter pria yang tengah mengekor di belakang mereka."Tolong bantu baringkan Pasien di tempat tidur, untuk memudahkan saya dalam memeriksa," ujar sang Dokter dengan nada panik.Kedua Pengawal Arka segera membaringkan tubuh atasannya di atas tempat tidur rumah sakit di samping Kinara. Setelahnya mereka berd
Tawa itu seketika menghilang, menyisakan kesunyian yang begitu mencekam. Raut wajah panik menyoroti seorang pria yang tengah terdiam, masih duduk di atas tempat tidur pasiennya. Sorot mata tajam itu terasa begitu mengiris, menatap lekat lantai rumah sakit yang berada di bawah tubuhnya."Sayang, ikutlah denganku besok, aku hanya ingin Nathan melihat wajah Ayah kandungnya untuk yang terakhir kali. Tidak ada maksud lain," ucap Kinara. Dirinya berusaha meyakinkan sang Suami yang masih meragukan kesetiaannya.Arka seketika mendongak. Menatap Kinara dengan wajah tak percaya. Mulut itu terasa kaku untuk sesaat, sampai akhirnya memutuskan sesuatu yang tidak dipercayai oleh semua orang. "Baiklah, besok kita pergi ke sana."Saking tidak percayanya, kedua Pengawal dan Risa saling bertukar pandang. Dengan tatapan penuh kebingungan.***Keesokan harinya. Setelah keluar dari rumah sakit. Arka dan Kinara segera berangkat menuju rumah sakit jiwa yang sebelumnya merawat Bayu. Mereka meninggalkan buah
"Mas, kenapa hari ini pulang larut sekali?" tanya seorang wanita pada sang suami yang baru saja memasuki rumah, sehabis pulang bekerja."Lembur!" jawab suaminya dengan nada sedikit meninggi, membuat sang istri seketika tertunduk.Pernikahan yang telah mereka bina bertahun-tahun lamanya, semakin hari semakin terasa hambar, tiada kemesraan lagi di antara mereka, namun sang buah hati yang mereka miliki satu tahun yang lalu membuat mereka terpaksa harus bertahan."Kinara! pergi ambilkan aku handuk!" perintah sang suami tanpa menoleh sedikitpun ke arah istri yang tengah mengikuti langkah kakinya."Baik Mas," jawab singkat sang istri yang di panggil Kinara oleh suaminya.Kinara hanya menurut, tak ada niatan dalam hatinya sama sekali untuk menolak setiap permintaan sang suami, terlebih, Bayu sang suami merupakan orang yang kasar, dia tidak segan-segan untuk memukul atau menjambak rambut Kinara jika dia tidak menuruti perintah."Ini Mas." Kinara menyodorkan handuk yang baru saja dia ambil pada
"Sayang, aku kangen," rengek Intan, sembari memainkan rambut ikal milik Bayu.Bayu yang sedang bekerja di kejutkan dengan kedatangan Intan yang secara tiba-tiba memasuki ruangannya, tanpa basa-basi Intan segera memeluk sang pujaan hati yang telah di rindukannya."Aduh Sayang, kangen-kangenannya jangan di sini, kalau orang kantor pada lihat bagaimana?" Bayu panik ketika mendapati perlakuan Intan padanya, sementara pintu ruangan masih terbuka lebar."Tck!" decak kesal Intan sembari melepaskan pelukannya, berjalan perlahan menuju pintu dan menguncinya."Beres! nggak akan ada yang lihat," ucapnya penuh keyakinan, Bayu hanya menyeringai kecil melihat tatapan nakal kekasih gelapnya.Pertempuran mereka pun di mulai, mereka saling menikmati sentuhan-sentuhan dari lawannya, desahan-desahan terus terlontar dari mulut keduanya, tak mempedulikan terdengar atau tidaknya suara mereka dari luar, tubuh keduanya di penuhi peluh yang terus mengucur akibat adegan panas yang mereka lakukan.Namun mereka
"Untuk sekarang saya masih tidak bisa memberitahu tentang itu, yang pasti Mbak Kinara suatu saat pasti bertemu dengannya."Atasan Risa melarangnya untuk memberi tahu Kinara tentang identitasnya, Risa juga tidak mengetahui alasan si bos yang suka bermain tebak-tebakan dengannya."Menurut Mbak Kinara, siapa orangnya?"Risa mengajak Kinara untuk sekedar berbasa-basi, untuk menghilangkan kecanggungan di antara mereka."Apa itu Ibuku?" ucap kinara dengan memaksakan senyum kecutnya."Kenapa Mbak Kinara menganggap Ibu Mbak yang melakukan ini?"Risa penasaran, ketika ia menanyakan hal itu, kenapa Kinara spontan menjawab bahwa itu semua perbuatan ibunya?"Karena Dia adalah satu-satunya orang yang selalu peduli padaku, tapi sayangnya Ibu sudah meninggal, jadi pasti bukan Ibu orangnya."Kinara kembali memaksakan senyumnya, dengan air mata yang kembali mengalir dari pelupuk mata.Risa yang menyadari itu hanya bisa menghela nafas, kenapa ia malah bertanya pertanyaan bodoh seperti itu, itu semakin
Arka menyadari Kinara yang sedari tadi terbengong melihatnya dari ambang pintu, Arka hanya tersenyum tipis dan mengelengkan kepalanya."Kinara pasti terkejut melihat penampilanku yang sekarang," pikir Arka.Kinara merasa terhipnotis hingga tak menyadari Arka yang telah berdiri di depannya.Arka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Kinara, berharap Kinara akan segera tersadar dari lamunannya."Oh, maaf-maaf."Kinara gelagapan, ia sangat malu dengan sikapnya kepada Arka saat ini.Arka yang menyadari sikap canggung Kinara padanya hanya tersenyum, jujur saja, ia masih belum siap untuk bertemu dengan Kinara saat ini, terlebih lagi, dulu Kinara yang selalu memblokir nomornya ketika Arka mencoba menghubunginya, masih ada sedikit kecanggungan di antara mereka."Si-silahkan masuk Ka!"Kinara yang salah tingkah melihat senyuman Arka pun mempersilakannya untuk masuk ke dalam rumah, ia tidak ingin orang lain melihat Arka yang berada di rumahnya, Kinara takut semua itu akan menjadi fitnah u
"Ini bukannya mantan pacar Mas Bayu?" batin Kinara.Mata Kinara terbelalak seketika, ketika mengingat wajah mantan pacar suaminya."Kamu kenal?" tanya Arka.Arka sedikit penasaran melihat ekspresi wajah Kinara saat ini, ia sudah lama mempertegas gambar dalam layar itu, namun ia tak kunjung bicara hingga saat ini."Itu mantan pacar Mas Bayu," ucap pelan Kinara, ia seakan tidak percaya dengan semua ini, ia beberapa kali pernah bertemu dengannya, dan menurutnya Intan adalah orang yang baik, bagaimana mungkin Intan adalah selingkuhan suaminya?"Apa kamu tidak salah?" lanjutnya, dia takut Arka salah mengenali orang, mungkin saja selingkuhan Bayu itu hanya sedikit mirip dengannya."Astaga Kinara! apa aku pernah salah ketika mencari informasi seseorang?"Arka tidak percaya jika Kinara meragukan kemampuannya.Kinara terdiam sejenak, ia mulai berfikir, Arka memang tak pernah salah ketika mencari informasi tentang seseorang, mungkin Intan ini memang benar berselingkuh dengan suaminya."Ya, bera
Arka terkekeh, ia ingin menggoda Kinara dengan sedikit candaannya, agar Kinara melupakan masalah rumah tangganya untuk sejenak.Kinara hanya tertawa sembari menyubit pelan lengan Arka dari balik jas hitamnya."Aduh! sakit."Arka berpura-pura kesakitan dengan cubitan pelan Kinara, mereka pun tertawa renyah dengan itu, akhirnya kecanggungan mereka perlahan menghilang."Sudah-sudah, sini! biar ku tidurkan Nathan di kamarnya."Lagi-lagi Arka menepis tangan Kinara yang akan mengambil Nathan dari gendongannya."Nanti terbangun! di mana kamarnya? biar aku yang menidurkannya," ucap Arka.Kinara meminta Arka untuk mengikutinya, sampai di ruangan berpintu biru yang merupakan kamar milik Nathan.Arka meletakkan Nathan perlahan di atas kasur, diikuti Kinara yang berada di belakang mereka.Deg!Jantung Kinara seperti akan berhenti seketika, Arka tidak mengetahui jika Kinara terus mengikutinya dari belakang, ketika Arka berbalik badan, wajah mereka pun bertemu dalam jarak beberapa centi saja, merek