Share

Bagian 6

Rara POV.

Hari ini ada kegiatan kunjungan ke kesatuan yang entah aku gatau kesatuan mana yang pasti akan banyak sekali para tentara disitu. Untungnya aku ga ikut jadi aku bisa santai di sini menunggu pasien datang.

"Selamat pagi Dokter Rara, dokter diharuskan ikut kami ke kesatuan karena Dokter Rita sedang berhalangan untuk hadir" Ucap salah satu suster yang tiba tiba masuk ke ruanganku.

"Baiklah tunggu." Ucapku ramah.

Kenapa harus aku? Hah males sekali rasanya akun ingin menolak tapi ini sudah tugas. Aku dan kawan - kawan naik mobil ambulance, saat diperjalanan sepertinya aku tau ini arah ke kesatuan tempat dimana Papa dan Alvin bertugas.Yap lagi - lagi aku harus bertemu Alvin. Saat sampai di kesatuan para suster dan suster yang sedang magang pun berbisik - bisik melihat tentara yang mondar - mandir kesana - kemari. Alay batinku . Kami disambut oleh Papaku dengan beberapa bawahannya. Mataku berusaha mencari keberadaan Alvin. Kemana dia? Biarlah syukur kalo gaada dia wkwkwk.

"Saya baru tau kalau anak saya ikut kunjungan di kesatuan kami." Kata Papa tiba - tiba yang bikin semua suster saling pandang.

"Maharani Revita Wibowo adalah anak saya dan calon tunangan salah satu Lettu di kesatuan ini." Ucap Papa bangga, semua orang melihatku dengan tatapan ada yang kagum, ada juga yang melihat dengan tatapan tak suka. Apa apaan Papaku ini selalu saja seperti ini. Aku hanya tersenyum saat yang lain melihatku. Wajar saja mereka terkejut dengan ucapan Papa, aku memang sangat tertutup dengan kehidupan pribadiku, baik itu tentang keluarga maupun tentang percintaan.

Saat acara penyambutan selesai, aku dan yang lain dibawa ke tempat dimana kita akan memeriksa para tentara. Aku melihat Alvin bersama bawahannya tapi kenapa wajahnya berbeda? Wajahnya sangat dingin, angkuh, garang, bahkan sangat tegas berbeda sekali saat dia bersama keluarganya dan tentunya bersamaku. Alvin menoleh ke arahku dan langsung melambaikan tangan. Aku balas dengan senyuman dan lanjut menuju tempat pemeriksaan. Semua sibuk dengan pekerjaan masing masing. Aku hanya mengontrol dan memeriksa suster yang sedang magang. Setelah hampir 3 jam disini tugas kami pun selesai.

"Ra aku antar pulang ya? Sekalian makan siang. Kamu udah selesai shift kan?" Alvin tiba - tiba datang membuat semua orang melihat ke arah kami

"Em iya aku sudah selesai shift, tapi aku harus ke RS lagi soalnya kasian mereka kalau ngurus sendiri Vin." Jawabku tak enak dengan yang lain.

"Gapapa dokter biar semua saya yang urus semua sudah selesai kok dok, Dokter Rara pulang bareng calon tunangan dokter aja." Jawab Suster Sita.

“Jangan gitulah, ini kan tugas saya.” Ucapku tak enak.

“Gapapa dok, lagian Dokter Rara cuma dokter pengganti aja. Bukan sepenuhnya tugas dokter juga, biar sisanya kami yang urus dok.” Jawab Suster Sita lagi.

"Ah em baiklah, kalau ada apa apa hubungi saya aja ya. Saya permisi dulu terimakasih." Ucapku tak enak.

"Terimakasih Suster Sita anda memang jos, nanti kalo butuh apa – apa kabarin saya juga ya, biar nanti saya suruh temen saya yang lain bantu angkat - angkat." Ucap Alvin.

“Em saya butuh jodoh pak.” Kata Suster Sita yang mengundang tawa orang – orang disini.

“Bisa dibicarakan nanti, masalah gampang itu mah. Yaudah lanjut nanti ya, kasian calon saya kelamaan nunggu” Ucap Alvin sambil menyenggol bahuku.

“Apasih.” Jawabku malu.

Aku dan Alvin pun meninggalkan tempat pemeriksaan, dan menuju parkiran tempat Alvin memarkir mobilnya.

"Vin aku lupa, mobilku kan ada di rumah sakit, kita ke rumah sakit dulu ya ambil mobilku." Ucapku.

"Gausah Ra biar bawahanku yang ngambil mobilmu terus antar ke rumahmu, masa sekarang kita ke satu tujuan beda mobil lucu kamu."

"Lah Vin emang gapapa gitu? Mohon maaf emang saya lucu tuan." Jawabku.

"Gapapa santai aja kaya sama siapa, ngomong - ngomong mau makan dimana? Di resto deket taman itu aja ya?"

"Iya Vin terserah yang penting makan laper nih."

"Siap calon persitku" Jawab Alvin sambil mengacak rambutku.

Aku hanya tersenyum biarlah selalu seperti ini, aku akan berusaha membuka hati untukmu Vin. Saat sampai di resto kita memesan makanan sesuai dengan keinginan kita.

"Oh iya Ra nanti malam aku Papa Mama kerumahmu bahas soal pertunangan kita, apa kamu udah siap? Kalau belum biar nanti aku cari alasan biar kita gajadi ke rumahmu Ra." Ucap Alvin.

"Gaperlu Vin, aku udah siap kok kan kamu sendiri yang nyuruh aku buat terima perjodohan ini." Kataku.

"Jadi kamu terima ini karena terpaksa? Aku gapapa Ra kalau kamu belum siap. Aku bakal nunggu kamu sampai kamu bener - bener siap." Ucap Alvin sambil menggenggam tanganku.

"Vin ini bukan karena aku terpaksa, aku cuma mau buka hati buat kamu, aku cuma mau kamu bener - bener bisa bikin aku bahagia. Terimakasih Vin udah mau nunggu aku." Ucapku sambil menggenggam tangan Alvin.

“Makasih ya Ra, aku akan terus selalu berusaha bikin duniamu berwarna lagi. Dan gaakan aku biarkan air matamu jatuh, kecuali air mata bahagia nanti.”

“Aku yang makasih Vin, kita mulai semua dari awal bareng – bareng ya? Bantu aku buat bangkit dari semua ini.”

“Pastinya Ra.”

Makanan sudah datang, dan kita sibuk dengan makanan masing masing. Setelah selesai makan, aku memutuskan untuk langsung pulang karena rasanya kaki aku pegel. Sekitar setengah jam akhirnya kami sampai dirumah.

"Vin gamau mampir dulu?"

"Gausah Ra, aku mau balik ke rumah dinas terus langsung jemput mama papa dirumah. Tunggu aja nanti malem kalo masih kangen." Goda Alvin.

"Ih apaan sih yaudah sana buruan pulang. Aku mau nonton NCT Dream, NCT Dream lagi comeback Hello Future."

“Hai juga future.” Jawab Alvin yang membuat aku tertawa.

“Lah kenapa ketawa?” Tanyanya heran.

“Hah apasih, orang judul albumnya Hello Future.”

“Ya bilang dong yang lengkap.”

“Nah ini udah bilang.”

“Telat.”

“Yeuuu, yaudah sana pulangg hati – hati yaa.”

"Iyaa ini pulang, Assalamualaikum sayang. I love u Ra."

"Waalaikumsalam Alvin, I love me too"

“Ya terserah, daah sampai ketemu nanti.”

“Bye Vin, hati – hati di jalan.”

Setelah Alvin pergi, aku masuk ke dalam rumah dan ternyata dari tadi Mama melihat aku dan Alvin dari sini.

“Eh mama, Assalamualaikum ma.”

“Waalaikumsalam Ra, kok bisa sama Alvin?”

“Oh itu, tadi aku ada tugas di kesatuan Papa jadi yaudah pulangnya sama Alvin. Nanti mobilku katanya dibawa kesini kok sama bawahannya Alvin”.

“Iya sudah itu ada di dalam garasi, nih kuncinya.”

“Widiw gercep cekaleeee, yaudah ma Rara ke kamar dulu ya?”

“Eh bentar Ra, nanti keluarganya Alvin kesini.”

“Udah tau ma, mau bahas pertunangan kan?”

“Kamu udah siap? Mama sadar, papa mu terlalu egois, kalau kamu belum siap biar nanti mama coba bilang ke papa.”

“Rara siap kok, Rara sadar Rara terlalu lama larut dalam kesedihan. Rara bakalan nyoba buka hati buat Alvin ma, toh kata Alvin kalau kita ga berjodoh, akan banyak cara Tuhan untuk menjauhkan kami. Sekarang Rara nyoba buat ikhlas, buat sabar nerima takdir yang Tuhan kasih ke Rara ma, Rara mau damai sama Rara sendiri. Rara mau mengikuti alur scenario yang Tuhan kasih buat Rara ma.”

“Anak mama udah dewasa, ga bakalan nyesel Alvin dapetin kamu.”

“Bukan Alvin yang nyesel ma, tapi Rara yang nyesel kalo Rara nyia – nyiain cowo sebaik dan sedewasa Alvin. Yaudah ma, Rara ke kamar dulu ya mau istirahat.”

“Jangan lupa ya nanti malam.”

“Siap ma!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status