Rara POV.
Hari ini ada kegiatan kunjungan ke kesatuan yang entah aku gatau kesatuan mana yang pasti akan banyak sekali para tentara disitu. Untungnya aku ga ikut jadi aku bisa santai di sini menunggu pasien datang.
"Selamat pagi Dokter Rara, dokter diharuskan ikut kami ke kesatuan karena Dokter Rita sedang berhalangan untuk hadir" Ucap salah satu suster yang tiba tiba masuk ke ruanganku.
"Baiklah tunggu." Ucapku ramah.
Kenapa harus aku? Hah males sekali rasanya akun ingin menolak tapi ini sudah tugas. Aku dan kawan - kawan naik mobil ambulance, saat diperjalanan sepertinya aku tau ini arah ke kesatuan tempat dimana Papa dan Alvin bertugas.Yap lagi - lagi aku harus bertemu Alvin. Saat sampai di kesatuan para suster dan suster yang sedang magang pun berbisik - bisik melihat tentara yang mondar - mandir kesana - kemari. Alay batinku . Kami disambut oleh Papaku dengan beberapa bawahannya. Mataku berusaha mencari keberadaan Alvin. Kemana dia? Biarlah syukur kalo gaada dia wkwkwk.
"Saya baru tau kalau anak saya ikut kunjungan di kesatuan kami." Kata Papa tiba - tiba yang bikin semua suster saling pandang.
"Maharani Revita Wibowo adalah anak saya dan calon tunangan salah satu Lettu di kesatuan ini." Ucap Papa bangga, semua orang melihatku dengan tatapan ada yang kagum, ada juga yang melihat dengan tatapan tak suka. Apa apaan Papaku ini selalu saja seperti ini. Aku hanya tersenyum saat yang lain melihatku. Wajar saja mereka terkejut dengan ucapan Papa, aku memang sangat tertutup dengan kehidupan pribadiku, baik itu tentang keluarga maupun tentang percintaan.
Saat acara penyambutan selesai, aku dan yang lain dibawa ke tempat dimana kita akan memeriksa para tentara. Aku melihat Alvin bersama bawahannya tapi kenapa wajahnya berbeda? Wajahnya sangat dingin, angkuh, garang, bahkan sangat tegas berbeda sekali saat dia bersama keluarganya dan tentunya bersamaku. Alvin menoleh ke arahku dan langsung melambaikan tangan. Aku balas dengan senyuman dan lanjut menuju tempat pemeriksaan. Semua sibuk dengan pekerjaan masing masing. Aku hanya mengontrol dan memeriksa suster yang sedang magang. Setelah hampir 3 jam disini tugas kami pun selesai.
"Ra aku antar pulang ya? Sekalian makan siang. Kamu udah selesai shift kan?" Alvin tiba - tiba datang membuat semua orang melihat ke arah kami
"Em iya aku sudah selesai shift, tapi aku harus ke RS lagi soalnya kasian mereka kalau ngurus sendiri Vin." Jawabku tak enak dengan yang lain.
"Gapapa dokter biar semua saya yang urus semua sudah selesai kok dok, Dokter Rara pulang bareng calon tunangan dokter aja." Jawab Suster Sita.
“Jangan gitulah, ini kan tugas saya.” Ucapku tak enak.
“Gapapa dok, lagian Dokter Rara cuma dokter pengganti aja. Bukan sepenuhnya tugas dokter juga, biar sisanya kami yang urus dok.” Jawab Suster Sita lagi.
"Ah em baiklah, kalau ada apa apa hubungi saya aja ya. Saya permisi dulu terimakasih." Ucapku tak enak.
"Terimakasih Suster Sita anda memang jos, nanti kalo butuh apa – apa kabarin saya juga ya, biar nanti saya suruh temen saya yang lain bantu angkat - angkat." Ucap Alvin.
“Em saya butuh jodoh pak.” Kata Suster Sita yang mengundang tawa orang – orang disini.
“Bisa dibicarakan nanti, masalah gampang itu mah. Yaudah lanjut nanti ya, kasian calon saya kelamaan nunggu” Ucap Alvin sambil menyenggol bahuku.
“Apasih.” Jawabku malu.
Aku dan Alvin pun meninggalkan tempat pemeriksaan, dan menuju parkiran tempat Alvin memarkir mobilnya.
"Vin aku lupa, mobilku kan ada di rumah sakit, kita ke rumah sakit dulu ya ambil mobilku." Ucapku.
"Gausah Ra biar bawahanku yang ngambil mobilmu terus antar ke rumahmu, masa sekarang kita ke satu tujuan beda mobil lucu kamu."
"Lah Vin emang gapapa gitu? Mohon maaf emang saya lucu tuan." Jawabku.
"Gapapa santai aja kaya sama siapa, ngomong - ngomong mau makan dimana? Di resto deket taman itu aja ya?"
"Iya Vin terserah yang penting makan laper nih."
"Siap calon persitku" Jawab Alvin sambil mengacak rambutku.
Aku hanya tersenyum biarlah selalu seperti ini, aku akan berusaha membuka hati untukmu Vin. Saat sampai di resto kita memesan makanan sesuai dengan keinginan kita.
"Oh iya Ra nanti malam aku Papa Mama kerumahmu bahas soal pertunangan kita, apa kamu udah siap? Kalau belum biar nanti aku cari alasan biar kita gajadi ke rumahmu Ra." Ucap Alvin.
"Gaperlu Vin, aku udah siap kok kan kamu sendiri yang nyuruh aku buat terima perjodohan ini." Kataku.
"Jadi kamu terima ini karena terpaksa? Aku gapapa Ra kalau kamu belum siap. Aku bakal nunggu kamu sampai kamu bener - bener siap." Ucap Alvin sambil menggenggam tanganku.
"Vin ini bukan karena aku terpaksa, aku cuma mau buka hati buat kamu, aku cuma mau kamu bener - bener bisa bikin aku bahagia. Terimakasih Vin udah mau nunggu aku." Ucapku sambil menggenggam tangan Alvin.
“Makasih ya Ra, aku akan terus selalu berusaha bikin duniamu berwarna lagi. Dan gaakan aku biarkan air matamu jatuh, kecuali air mata bahagia nanti.”
“Aku yang makasih Vin, kita mulai semua dari awal bareng – bareng ya? Bantu aku buat bangkit dari semua ini.”
“Pastinya Ra.”
Makanan sudah datang, dan kita sibuk dengan makanan masing masing. Setelah selesai makan, aku memutuskan untuk langsung pulang karena rasanya kaki aku pegel. Sekitar setengah jam akhirnya kami sampai dirumah.
"Vin gamau mampir dulu?"
"Gausah Ra, aku mau balik ke rumah dinas terus langsung jemput mama papa dirumah. Tunggu aja nanti malem kalo masih kangen." Goda Alvin.
"Ih apaan sih yaudah sana buruan pulang. Aku mau nonton NCT Dream, NCT Dream lagi comeback Hello Future."
“Hai juga future.” Jawab Alvin yang membuat aku tertawa.
“Lah kenapa ketawa?” Tanyanya heran.
“Hah apasih, orang judul albumnya Hello Future.”
“Ya bilang dong yang lengkap.”
“Nah ini udah bilang.”
“Telat.”
“Yeuuu, yaudah sana pulangg hati – hati yaa.”
"Iyaa ini pulang, Assalamualaikum sayang. I love u Ra."
"Waalaikumsalam Alvin, I love me too"
“Ya terserah, daah sampai ketemu nanti.”
“Bye Vin, hati – hati di jalan.”
Setelah Alvin pergi, aku masuk ke dalam rumah dan ternyata dari tadi Mama melihat aku dan Alvin dari sini.
“Eh mama, Assalamualaikum ma.”
“Waalaikumsalam Ra, kok bisa sama Alvin?”
“Oh itu, tadi aku ada tugas di kesatuan Papa jadi yaudah pulangnya sama Alvin. Nanti mobilku katanya dibawa kesini kok sama bawahannya Alvin”.
“Iya sudah itu ada di dalam garasi, nih kuncinya.”
“Widiw gercep cekaleeee, yaudah ma Rara ke kamar dulu ya?”
“Eh bentar Ra, nanti keluarganya Alvin kesini.”
“Udah tau ma, mau bahas pertunangan kan?”
“Kamu udah siap? Mama sadar, papa mu terlalu egois, kalau kamu belum siap biar nanti mama coba bilang ke papa.”
“Rara siap kok, Rara sadar Rara terlalu lama larut dalam kesedihan. Rara bakalan nyoba buka hati buat Alvin ma, toh kata Alvin kalau kita ga berjodoh, akan banyak cara Tuhan untuk menjauhkan kami. Sekarang Rara nyoba buat ikhlas, buat sabar nerima takdir yang Tuhan kasih ke Rara ma, Rara mau damai sama Rara sendiri. Rara mau mengikuti alur scenario yang Tuhan kasih buat Rara ma.”
“Anak mama udah dewasa, ga bakalan nyesel Alvin dapetin kamu.”
“Bukan Alvin yang nyesel ma, tapi Rara yang nyesel kalo Rara nyia – nyiain cowo sebaik dan sedewasa Alvin. Yaudah ma, Rara ke kamar dulu ya mau istirahat.”
“Jangan lupa ya nanti malam.”
“Siap ma!”
Author POVVina dan Vano sudah tidak bisa menahan tangisnya, mereka semua berada di dalam mobil untuk segera ke rumah sakit. Tak lupa Vano juga sudah memberi kabar Dika dan juga Reno, pikiran Alvin sangat kalut dan dia juga tak bisa menahan tangisnya, istri yang sangat ia sayangi pergi meninggalkan Alvin sendiri.“Om biar aku aja ya yang nyetir?” tawar Akbar kepada Alvin.“Gapapa nak, biar om aja.”“Hati – hati pa.”“Iya kak.”Dika dan juga Reno yang mendengar kabar tersebut langsung bergegas menuju rumah sakit. Dalam perjalanan pun, mereka semua sama – sama tak bisa kuasa menahan tangis.“Ngga Ra, kamu ga boleh pergi dulu. Kamu ga boleh nyusulin Arga, ngga Ra.” Gumam Dika yang dapat di dengar 3 orang yang ada di dalam mobil itu.“Mas, tenang dulu. Aku yakin Rara pasti sadar.” Kata Putri menangkan suaminya.“Oh ya, kita ke tempat ke
Author POVPagi ini, Alvin, Vina, Vano, Akbar, dan juga Cinta sudah berada di rumah sakit dan menunggu Rara untuk diperiksa keadaannya oleh dokter. Sesuai permintaan Rara, mereka semua akan pergi ke pantai pagi ini. Setelah selesai Rara di periksa, Rara diizinkan dokter untuk pergi ke pantai dengan syarat tidak boleh banyak beraktivitas dan tidak boleh terlalu lama di pantai.Mereka semua berada di mobil, dengan Alvin yang menyetir dan Rara yang berada di samping Alvin. Awalnya Alvin tak mengizinkan Rara untuk duduk di depan, namun Rara tetaplah Rara si egois yang tak bisa diganggu gugat. Sesampainya di pantai, sama seperti biasanya Rara menaiki kursi roda yang di dorong oleh Alvin. Mereka duduk di bawah pohon kelapa agar tidak terlalu kena sinar matahari, walaupun pagi ini matahati tidak terlalu menyengat.Sambil duduk – duduk, mereka meminum kelapa muda dan berbincang – bincang, bahkan Vano yang tertawa terbahak – bahak atas lelucon yang Akba
Author POVHari ini sudah tiba waktunya Vina wisuda, sama seperti Vano kemarin, Rara kekeh untuk ikut menghadiri acara perpisahan Vina pagi ini. Rara masih tetap berada di kursi roda dengan Vano yang mendorong kursi roda milik Rara dan Alvin yang berada di sampingnya.Sama seperti Vano, Vina meraih juara 1 nilai tertinggi Ujian Nasional se – kota Bandung. Perasaan bangga dan sedih yang dirasakan oleh Alvin dan Rara. Alvin dan Rara sangat bangga terhadap kedua anaknya, mereka berhasil membuktikan kepada Alvin dan Rara bahwa mereka bisa dan mampu untuk meraih cita – citanya. Baik Alvin maupun Rara, mereka sangat yakin bahwa kedua anaknya mampu dan bisa meraih cita – citanya. Mereka juga yakin bahwa kedua ankanya juga akan mencapai kesuksesan bersama – sama.Vina menaiki podium, untuk membari ucapan terimakasih atas prestasi yang ia raih. Senyum mengembang di bibir Vina. Vina bahagia karena didepannya ada orang – orang yang ia cintai,
Author POVHari ini sudah tiba waktunya Vano wisuda, kondisi Rara sama sekali tidak ada perubahan, bahkan sering kali kondisi Rara menurun dan drop. Vano sudah meminta Rara untuk diam di rumah sakit, namun Rara tetap kekeh ingin menghadiri acara perpisahan anaknya itu. Mau tak mau, Alvin, Vina, dan Vano hanya bisa pasrah dan berujung Rara ikut bersama mereka.Rara menaiki kursi roda yang di dorong oleh Vina dan Alvin yang ada di samping mereka, walau dalam keadaan sakit Rara masih bisa tersenyum lebar saat melihat Vano naik ke atas panggung sebagai juara 3 nilai tertinggi Ujian Nasional di Kota Bandung. Rara terlihat sangat bangga kepada anaknya itu. Vano berhasil membuktikan bahwa ia anak yang bisa membanggakan kedua orang tuanya.“Assalamualaikum Wr. Wb pertama – tama saya ucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, kepada guru – guru saya, dan terutama kepada kedua orang tua saya dan juga kepada kembaran saya. Saya berdiri di sini berkat k
Author POVKini giliran Dika dan juga Putri yang masuk ke ruangan Rara. Lagi – lagi Dika menangis melihat keadaan Rara yang sangat pucat dan lemas di atas kasur rumah sakit. Rara hanya bisa tersenyum melihat Dika dan Putri saat masuk menghampiri Rara.“Dik, masa cowo nangis.” Kata Rara sambil tertawa.“Kamu jangan tertawa ya Ra, bisa – bisanya kamu kaya gini masih bisa ketawa.” Protes Dika.“Ra, gimana keadaanmu? Udah membaik?” tanya Putri khawatir melihat keadaan Rara.“Alhamdulillah, maaf ya bikin kalian semua khawatir.”“Ga usah minta maaf, maafin kita udah gagal jadi sahabat yang baik buat kamu Ra.” Ucap Putri sambil menggenggam tangan Rara.“Ra, pasti di atas sana Arga marah sama aku. Arga nitipin kamu ke aku, dan saat kamu punya penyakit yang kaya gini aku baru tahu. Maafin aku Ra, maafin aku udah gagal jadi sahabat yang baik buat kamu, maafin aku ga p
Author POVSemua orang berada di rumah sakit, semuanya masih setia menunggu Rara siuman. Alvin berusaha menenangkan kedua anaknya, walaupun sebenarnya ia juga sangat merasa sedih dan shock atas kejadian hari ini yang menimpa Rara. Reno yang melihat itu, sangat merasa bersalah. Reno selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini.“Bukan salah lu Ren.” Ucap Dika tiba – tiba sambil memegang pundak Reno.“Coba aja waktu itu gua langsung kasih tau kalian Dik, semua ga bakaan seperti ini. Rara pasti sembuh, ini semua gara – gara gua.”“Ngga Dik, ini permintaan Rara sendiri kan? Ini bukan salah lu, ini jalan yang dipilih Rara.”“Bener mas, ini bukan salahmu. Ini sudah jalan yang dipilih Rara. Dan kamu disini, cuma menghargai jalan yang dipilih oleh Rara.” Ucap istrinya, Nesa.“Gua mau ke Alvin.” Kata Reno.“Yaudah sana.” Ucap Dika, mempersilahkan Reno m
Author POVVina dan Vano sudah menjalankan semua ujian – ujian yang sudah di jadwalkan oleh sekolahnya masing – masing. Sekarang mereka hanya menunggu nilai ujiannya keluar dan kelulusan sudah di depan mata. Namun mereka masih tidak bisa sesantai seperti hari – hari biasanya, Vina masih mendalami tentang kedokteran dan Vano yang masih melatih fisik dan mencoba mengerjakan soal – soal test untuk seleksi masuk tentara.Sedangkan Rara, kondisi tubuh Rara benar – benar semakin menurun. Rara merasa bahwa umurnya memang sudah tidak akan lama lagi.“Ya Allah, kuatkan hamba. Beri hamba kesempatan sedikit lagi, hamba ingin melihat kedua anak hamba wisuda nanti.”Entah mengapa hari ini Rara sangat merasa kesakitan. Rara tidak bisa menahan semua rasa sakitnya, Rara sudah meminum obat seperti biasanya, namun hasilnya nihil, Rara masih sangat merasa kesakitan. Rara mencoba menghubungi Dr. Riski berkali – kali namun tak a
Author POV.Malam ini, Rara, Alvin, Vina dan Vano sedang makan malam bersama di ruang makan. Mereka makan dengan nikmat, karena masakan Rara selalu menjadi makanan favorite bagi mereka bertiga.“Gimana anak – anak mama, sukses ga tadi ujiannya?”“Alhamdulillah ma, soalnya 11 12 sama detik – detik. Seneng banget deh kalau soal ujiannya mudah gitu.” jawab Vano.“Sama ma, Alhamdulillah. Vano juga bisa ngerjainnya. Gampang, kecil itu mah.”“Alhamdulillah, emang anak – anak papa nih pinter semua.”“Alhamdulillah kalau gitu, tapi kalian jangan seneng dulu. Masih ada besok dan beberapa hari lagi loh.”“Siap mama!”“Iya mama, tapi ini awal yang baik.”“Bener, yaudah ayo lanjut makan. Keburu dingin masaknnya.”“Okey, selamat makan semua!” kata Vano.“Selamat makan!” kata Rar
Author POV Hari ini, hari pertama Vina dan Vano Ujian Nasional. Raut wajah Vina sangat berbeda dengan raut wajah Vano. Raut wajah Vina sangat gelisah, berbeda saat Ujian Nasional waktu SMP kemarin, pasalnya Ujian Nasional saat ini menentukan masuk atau tidaknya ia di universitas yang ia idam – idamkan. Sedangkan Vano, dia sangat santai dalam menghadapi Ujian Nasional ini, bahkan pada pagi ini ia masih bermain game online kesukaannya. “Kak kok gelisah gitu? Sedangkan Vano malah asik main game tuh di ruang tamu.” Tanya Alvin tiba – tiba. “Itu mah Vano aja yang ga niat ujian.” “Dih kata siapa? Tadi habis sholat subuh aku belajar lagi loh. So tau tuh Vina pa.” “Dihhh??” “Udah – udah masih pagi kok udah berantem aja.” kata Rara melerai. “Yaudah ayo, berangkat cepet udah siang ini.” “Tuh pa, kakak ngajak berantem mulu, jadi siang kan.” “Dih ngapa jadi gua? Lu aja dari tadi main game.” “Kak kok gitu bahas