Share

Bagian 7

Alvin POV.

Malam pun tiba, aku mama dan papa sudah berada dirumah Om Wibowo rumah yang sangat luas dan dipenuhi dengan tanaman yang berwarna hijau. Di ruang tamu kita semua berkumpul.

"Bagaimana Alvin Rara pertunangan kalian akan diadakan lusa apa kalian siap?" Tanya Om Wibowo aku tak langsung menjawab aku melirik ke arah Rara terlebih dahulu. Rara tersenyum padaku sambil mengangkat kedua alisnya, apa maksdunya?

"Rara pribadi udah siap Pa, gatau kalo Alvin." Jawab Rara langsung melirik ke arahku. Aku kaget dengan jawaban Rara, Rara benar – benar mencoba buka hati untukku. Aku janji ga akan mengecewakan kamu Ra.

"Siap Om, saya siap." Ucapku semangat

"Nah kalo seperti ini kan enak, yasudah besok kalian beli gaun pertunangannya Rara, beli cincin pertunangan juga, terus ah iya jasnya Alvin harus senada dengan Rara ya." Ucap Mama Rara.

"Tapi Ma, Alvin bukannya besok harus kerja ya? Kalau aku sih besok libur Ma." Jawab Rara.

"Tenang Ra, biar besok Alvin Papa izinkan untuk libur." Jawab Papa.

"Oh iya untuk undangan biar yang tua yang mengurus kalian tinggal tulis saja nama teman yang akan kalian undang di pertunangan kalian. Pertunangannya agak sedikit mewah karena Alvin anak satu satunya Om, begitupun dengan kamu Ra kamu anak satu satunya papa mamamu." Jelas Papa.

"Baiklah Pa diatur bagaimana enak aja, Alvin ngikut." Jawabku.

"Permisi boleh Rara ajak Alvin ke depan?" Tanya Rara ke Papa dan Om Wibowo.

"Boleh silahkan kalian berbincang bincang dulu." Jawab Papa.

Tiba – tiba Rara mengajakku ke halaman depan rumah Rara, ada apa ya?

"Ada apa Ra? Kangen ya sama aku?" Tanyaku heran.

"Enak aja huh! Ga lah aku pengen liat bintang." Rara melihat bintang di atas.

"Ra kamu yakin?" Tanyaku tiba - tiba

"Soal?" Jawab Rara yang masih melihat ke langit.

"Pertunangan ini."

"In Syaa Allah aku yakin Vin, entah kenapa aku merasa nyaman saat ada didekatmu, sama kaya dulu aku sama Arga." Rara tersenyum.

"Bukan hanya kalimat penenang kan?"

"Bukan Vin, aku yakin ini udah pilihanku. Waktu itu Arga dateng ke mimpiku, dia bilang kalau kamu lelaki yang pas buat aku." Tak ada kebohongan di mata Rara.

"Ra aku janji akan jaga kamu sebisaku, akan membahagiakan mu semampuku."

"Vin, makasih ya." Rara memelukku.

"Sama sama Ny. Alvin harusnya aku yang berterima kasih ke kamu Ra." Aku membalas pelukannya.

Rara POV.

"Ra ayo buruan ini Alvin udah nungguin dibawah." Teriak mama.

"Bentar ma ini Rara turun."

"Udah lama Vin? Maaf ya tadi aku bangun kesiangan abis nonton drakor."

"Gapapa Ra, udah siap? Ayo udah siang nih."

"Iya ayo, ma Rara pamit ya."

"Iya sana pilih gaun cincin jas yang pualing bagus ya."

"Iya ma siap."

"Tante, Alvin pamit ya."

"Iya hati hati Vin."

Setibanya di butik terkenal milik teman Mama Alvin, kami disambut dengan wanita berumur 30tahunan yang masih cantic dengan kulit yang eksotis.

"Wah cantik ya calon Alvin, dokter lagi beruntungnya Alvin dapet kamu." Ucapnya ramah.

"Ah tante bisa aja, harusnya aku yang beruntung dapetin Alvin. Kenalin aku Rara tante."

"Rara aja nih yang dipuji? Alvin ngga te?" Ucap Alvin sedikit tak terima.

"Udah bosen liat kamu Vin."

Aku hanya tertawa, muka Alvin terlihat sedikit kesal. HAHAHA beda sekali saat ia sedang bertugas kemarin.

"Pilih aja gaun yang cocok." perintah Alvin.

“Iya bos siap.” Jawabku.

Setelah setengah jam melihat gaun – gaun yang ada disini, aku memilih gaun berwarna putih dengan hiasan yang sedikit dan sederhana ini namun terlihat sangat elegan.

"Em tante kayanya ini aja deh putih kalem sederhana lagian ini cuma acara tunangan aja te." Aku sangat jatuh cinta dengan gaun ini.

“Kamu yakin Ra? Itu ada yang lebih bagus, lebih rame.” Saran Tante Yuli, pemilik butik ini.

“Ah ngga deh te, ini aja udah bagus banget kalem, anggun.” kataku.

"Pasti cocok sama kamu Ra, coba aja dulu sana.” Perintah Alvin lagi.

Setelah 5 menit berganti pakaian aku keluar, dan Alvin hanya bengong melihatku.

"Cantik sekali calonku ini, tapi ga kurang mewah nih?" Tanya Alvin.

"Gausah Vin ini udah cukup kok, lagian ini cuma tunangan nanti aja kalo udah nikah beli gaun yang lebih mewah lagi." Jawabku.

"Yaudah aku udah milih jas nih bagus mana putih atau hitam?" Tanyanya.

"Em aku lebih suka yang hitam Vin, biar cocok hitam putih hehe."

"Aku juga lebih suka yang hitam, ternyata kita satu hati Ra."

"Modus." Jawabku.

Setelah dari butik kita pergi ke toko perhiasan untuk membeli cincin pertunangan.

"Ra pilih yang mana nih?" Tanya Alvin.

"Yang ini aja gimana? Polos sederhana nanti kita kasih ukiran nama kita didalamnya."

"Pilihan bagus yaudah kita pesen yang ini ya."

"Mas kita pesen yang ini ya untuk yg cowo tulisan " Rara" yang cewe tulisan "Alvin" ya mas."

"Siap mas tunggu ya kita proses dulu."

10 menit kemudian cincin pertunangan kita sudah jadi dan kita memilih untuk makan di cafe deket toko cincin tadi.

"Ra kamu gamau beli sepatu atau ke salon gitu?" Tanya Alvin.

"Sepatu aku udah banyak yang pas sama gaunnya, terus buat ke salon aku males biar nanti malem aku maskeran aja." Jawabku, jujur memang aku malas jika harus ke salon aku lebih suka merawat tubuhku sendiri.

"Calon ibu rumah tangga yang baik, idaman semua cowo Ra. Ga salah pilih aku kalau gini."

"Bodo amat Vin." Jawabku.

"Judes banget, Love u ra."

"Love u too jangan?" Candaku.

"Iya dong harus."

"Pemaksaan yaudah I love u too kapten."

"Gitu dong hahaha, eh ra btw ke makan Arga yuk.” ajak Alvin tiba – tiba dan membuatku terkejut.

“Hah? Ngapain?”

“Pengen ngobrol aja sama Arga.”

“Oalah yaudah, nanti beli bunga dulu ya? Arga suka bunga mawar.”

“Okey siap.”

Setibanya kita di makan Arga, kita langsung berdoa. Dan Alvin terlihat sangat khusyuk saat berdoa.

“Ar, gua ambil alih ya? Mungkin rasa cinta gua ga sebesar rasa cinta lo ke Rara. Tapi gua janji, gua bakal jagain Rara sebisa gua, gua bakal bahagiain Rara semampu gua. Makasih ya, kemaren lo udah dateng ke mimpi Rara dan berusaha ngeyakinin dia, buat nerima perjodohan ini. Gua gabakalan ngecewain lo Ar.” Kata Alvin panjang lebar, yang membuatku menangis.

“Arga yang tenang ya disana, aku udah bahagia kok. Aku udah nepatin janjiku buat bahagia dan berusaha membuka lembaran baru bareng Alvin. Makasih ya Ar.” Kataku.

Jam sudah menunjukkan pukul 03:00 sore aku sudah berada di rumah aku capek dan langsung kurebahkan badanku di atas kasur. Semoga ini bukan pilihan yang salah, aku yakin ini tepat. Arga bagaimanapun aku memang harus benar benar ngelupain kamu, aku harus bahagia tanpa kamu. Terimakasih Arga kamu tetap punya ruang tersendiri dihatiku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status