Home / Rumah Tangga / DALAM DEKAP LUKA / BAB 18 - RAHASIA KECIL

Share

BAB 18 - RAHASIA KECIL

Author: Sally Diandra
last update Huling Na-update: 2025-09-16 23:24:31

Agra melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. Ia menatap Hyra dengan tatapan penuh perhatian dan kerinduan.

"Apa kabar, Hyra? Aku baru datang pagi tadi, dan seharian aku coba hubungi kamu, tapi nggak bisa. Aku khawatir."

Hyra hanya terdiam dan melirik ke ponsel yang ada di meja, selama seharian ini ia memang tidak membuka ponsel tersebut. Gadis itu memang sengaja membisukan nada dering atau pun pesan yang masuk, ia tidak ingin diganggu.

Laki-laki itu lalu duduk di kursi di depan meja Hyra, tatapannya tak lepas dari wajah gadis yang masih disayanginya hingga saat ini. “Ada apa, Hyra? Kamu kenapa?”

Hyra menggeleng, berusaha menyembunyikan surat pengunduran diri yang dia buat dengan menutup laptop. “Nggak ada apa-apa, Agra. Aku hanya sedikit lelah.”

“Lelah?” Agra tersenyum miris. “Atau sedang menyembunyikan sesuatu?” tanya Agra penuh selidik.

“Menyembunyikan apa? Rasanya kamu udah tahu semua,” sela Hyra datar tanpa emosi.

Agra tersenyum seraya berkata, "Sebelum ke sini, aku mamp
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 23 - RAHASIA KELUARGA

    Hiruk pikuk suasana rumah sakit masih terdengar di lorong-lorong yang memanjang, bau antiseptik juga masih menguar di udara, memenuhi atmosfer setiap ruangan. Termasuk ruang tunggu keluarga untuk pasien yang melakukan operasi. Tampak keluarga Sumitra masih terlibat sebuah percakapan yang cukup serius tentang kejadian di pesta pernikahan putra.“Ghaidan, kami menghargai perasaanmu,” ujar Pak Sumitra pelan. Namun, nadanya tidak bisa disanggah. “Tapi kamu harus tahu, kami, Mama dan Papa nggak suka kalau ada rahasia di antara keluarga. Kami ingin Hyra menceritakan semuanya, sekarang.”Hyra merasakan jantungnya berdetak kencang, nyaris melompat keluar dari dadanya. Gadis itu memejamkan mata, membayangkan betapa hancurnya perasaan kedua orang tua angkat Ghaidan ini jika ia harus mengungkap satu per satu detail kehancuran keluarganya. Ayah yang korupsi, ibu yang meninggal karena syok, dan adik yang kecanduan narkoba. Semua itu terlalu berat. Rasanya ingin sekali ia menghilang saja dari san

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 22 - PENGORBANAN SANG NENEK

    “Cukup, Herman!” Ghaidan meraung, suaranya penuh ancaman. “Aku nggak akan membiarkan siapa pun menghina istriku di depan mataku. Apa pun masa lalunya, apa pun keluarganya, itu adalah bagian darinya. Dan aku menerima Hyra seutuhnya, apa adanya. Sekarang, keluar sebelum aku benar-benar hilang kesabaran!” Herman tersentak mundur, terkejut dengan raut wajah Ghaidan yang menakutkan. Namun, matanya yang merah karena pengaruh obat justru memancarkan kilatan putus asa yang berbahaya. Pemuda itu tidak mau pergi. Ia merasa dunia memperlakukannya tidak adil, dan Hyra adalah target yang sempurna untuk melampiaskan semua kekesalannya selama ini. “Kamu membela dia?” Herman berteriak lagi, lebih keras. “Kamu nggak tahu bagaimana dia membuangku! Bagaimana dia nggak pernah peduli sama aku! Dia hanya peduli pada dirinya sendiri dan uangmu! Dia— ” Tiba-tiba, Herman menarik sesuatu dari balik pinggang celananya. Sebuah pisau dapur yang mengilat di bawah cahaya lampu ballroom. Mata semua orang mem

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 21 - HERMAN MEMBUAT ONAR

    Di ballroom yang dihias dengan berbagai macam bunga dan tirai berjuntai tampak begitu megah dan mewah. Gema janji suci masih menggantung di udara, meresapi setiap sudut ruangan yang dipenuhi aroma bunga lili dan kemewahan. Warna putih gading mendominasi dekorasi ruangan tersebut, memancarkan aura kesucian yang kontras dengan gejolak batin kedua mempelai. Hyra, dalam balutan gaun pengantin putih bersih rancangan desainer ternama, terlihat bagai seorang bidadari. Rambutnya disanggul rapi, menyisakan beberapa helai yang membingkai wajah cantiknya yang dipoles tipis, memancarkan pesona alami yang memukau setiap mata yang memandang perempuan muda itu. Gadis itu berdiri di samping Ghaidan yang tinggi menjulang, pria yang kini resmi menjadi suaminya, seorang CEO muda yang aura protektifnya tak mampu menyembunyikan kerapuhan masa lalu. Laki-laki tampan itu mengenakan tuksedo hitam yang pas di tubuh tegapnya. Sorot matanya, yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, kini memancarka

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 20 - SENDIRI

    Waktu pun terus berlalu, hingga akhirnya menjelang hari "H" sehari sebelum pernikahan Ghaidan dan Hyra. Di sebuah perumahan sederhana, tampak sebuah mobil hitam memperlambat jalannya dan berhenti di depan rumah Oma Dayana. Tak lama kemudian, tampak seorang laki-laki keluar dari mobil dan bergegas menuju ke rumah perempuan tua itu. Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu rumah Oma Dayana. Hyra yang sedang melamun di ruang keluarga, memaksakan seulas senyum saat membukakan pintu. Di ambang pintu, tampak Lukman, asisten pribadi Ghaidan, berdiri dengan senyum hormat. Pria itu mengenakan setelan yang rapi, berupa kemeja dan celana panjang kain, menatap Hyra dengan tatapan yang tenang."Selamat pagi, Dokter Hyra," sapa Lukman, suaranya sopan. "Saya datang untuk menjemput Anda, sesuai instruksi Tuan Ghaidan.” Hyra hanya mengangguk sebagai tanda mengerti. “Hotel tempat acara pernikahan sudah disiapkan."Jantung Hyra berdesir. Hari telah tiba. Ia mengangguk, mencoba menyembunyikan getar gugu

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 19 - DUA LAKI-LAKI

    Hari pemilihan gaun pengantin pun tiba. Di butik mewah yang didominasi warna krem dan emas, Hyra berdiri di depan cermin raksasa, dibalut gaun putih gading berpotongan klasik yang memeluk tubuhnya dengan anggun. Ghaidan tampak duduk di sofa tidak jauh dari gadis itu, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun, Hyra bisa merasakan intensitasnya. Senyum tipis tampak mengembang di bibir Ghaidan yang berwarna pink alami, sebuah ekspresi langka yang membuat jantung Hyra berdesir. "Bagaimana menurutmu?" tanya Hyra, berputar perlahan di depannya. Ghaidan berdiri, mendekat, lalu mengulurkan tangannya untuk merapikan sedikit lipatan di bahu gaun Hyra. Sentuhan singkat itu mengirimkan gelenyar aneh di kulitnya. "Sangat cantik," bisik Ghaidan, suaranya dalam dan pelan. "Kamu... tampak memesona, Hyra." Hyra merasakan pipinya menghangat, mungkin berwarna merah muda. Gesturnya sedikit canggung. Namun, momen manis yang canggung itu terganggu oleh dering ponsel Ghaidan. Pr

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 18 - RAHASIA KECIL

    Agra melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. Ia menatap Hyra dengan tatapan penuh perhatian dan kerinduan. "Apa kabar, Hyra? Aku baru datang pagi tadi, dan seharian aku coba hubungi kamu, tapi nggak bisa. Aku khawatir." Hyra hanya terdiam dan melirik ke ponsel yang ada di meja, selama seharian ini ia memang tidak membuka ponsel tersebut. Gadis itu memang sengaja membisukan nada dering atau pun pesan yang masuk, ia tidak ingin diganggu.Laki-laki itu lalu duduk di kursi di depan meja Hyra, tatapannya tak lepas dari wajah gadis yang masih disayanginya hingga saat ini. “Ada apa, Hyra? Kamu kenapa?”Hyra menggeleng, berusaha menyembunyikan surat pengunduran diri yang dia buat dengan menutup laptop. “Nggak ada apa-apa, Agra. Aku hanya sedikit lelah.”“Lelah?” Agra tersenyum miris. “Atau sedang menyembunyikan sesuatu?” tanya Agra penuh selidik. “Menyembunyikan apa? Rasanya kamu udah tahu semua,” sela Hyra datar tanpa emosi.Agra tersenyum seraya berkata, "Sebelum ke sini, aku mamp

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status