Beranda / Romansa / DARI KONTRAK TURUN KE HATI / Bab 6. Terlalu Jauh Melangkah

Share

Bab 6. Terlalu Jauh Melangkah

Penulis: Xerin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-30 13:33:03

Tempat yang nyaman ternyata sama sekali tidak membuat Inka tidur dengan nyenyak. Ia sering terbangun dan memeriksa kembali keadaan di sekitarnya. Dalam pikirannya Candra akan datang dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Inka dalam mode waspada.

Rasa kantuk yang tak tertahan itu terpaksa dilawannya dengan serangan kafein. Ia baru saja menghabiskan satu gelas kopi dan akan menambah lagi. Saat di sana, bertemulah ia dengan Giselle.

“Hei, Inka. Selamat pagi!” sapa Giselle dengan riang. “Kenapa tidak membalas pesanku? Semalam aku sampai tidak bisa tidur karena memikirkan bantuan apa yang bisa kuberikan.”

“Ah itu ….” Jika sudah begini, ia tak tahu hars menjawab bagaimana. Bantuan yang diinginkannya telah dipenuhi orang lain. “Aku ingin pinjam uang tetapi tak jadi.”

“Astaga! Maafkan aku. Seharusnya aku segera membalas. Kamu pasti butuh sekali ya kemarin?”

“Tidak apa-apa. Aku mengerti kalau Anda sibuk.”

“Ah iya, ini memang masih pagi. Um … Pak Presdir memanggilmu.” Giselle menepuk bahu Inka. “Tenang saja, tidak akan ada hal buruk,” imbuhnya lagi.

Inka lalu ke ruangan Candra. Saat tiba di sana, pria itu tidak sendiri. Ada orang lain dengan pakaian yang sangat rapi juga berdiri di sana.

“Dia adalah pengacaraku—maksudnya untuk menjadi saksi juga tentang kesepakatan kita,” jelas Candra meski belum mendapatkan pertanyaan. “Duduklah.”

Inka seketika menjadi sadar jika semua ini sangatlah serius.

“Satu tahun saja,” ucap Candra lagi. “Aku akan menyewa orang lain untuk berpura-pura menjadi orang tuamu. Tenang saja, tidak akan ada yang tahu tentang ini.”

“Aturlah saja. Aku bahkan belum memikirkan tentang mereka.”

Ucapan yang menarik perhatian Candra.

“Bagaimana bisa kamu tidak memikirkan itu? Apa kamu ini lari dari rumah?”

“Hm. Ya. Tepat seperti dugaanmu.”

Candra tidak menyangka akan mendapatkan balasan seperti itu.

“Tulislah jika penambahan di sini. Ingat, ini adalah kontrak yang sangat rahasia. Setelah itu, kamu harus bersiap-siap. Sebentar sore akan ada perayaan ulang tahun keponakanku di rumah. Kamu harus datang. Aku akan memperkenalkanmu pada keluargaku. Dan juga tentang pernikahan kita.”

“Secepat itu?”

“Lebih cepat, lebih baik. Dengan begitu usai kontrak ini akan lebih cepat, ‘kan?”

“Baiklah.”

Gadis itu membacanya sekali lagi isi kontrak kemudian menanda-tanganinya. Pernikahan kontrak ini adalah dosa. Namun, ini lebih baik dibandingkan menyetujui pilihan Neneknya di sana. Pada akhirnya ia akan menikahi pria yang tidak dicintainya. Jadi, untuk apa menolak ajakan sang presdir.

“Tidak ada kontak fisik jika tidak diperlukan. Artinya kita hanya berpura-pura mesra ketika ada orang di sekitar saja,” terang Candra.

“Boleh aku tanya sesuatu padamu?”

“Apa itu?”

“Apa kamu gay?”

“Jangan sembarangan!” Candra membenarkan dasinya setelah merasa gerah dengan pertanyaan Inka. “Setelah ini banyak hal yang harus kamu persiapkan. Aku ingin tahu tentang keluargamu.”

“Keluargaku tinggal di Prancis. Ayah, tante, nenek, adik lalu sepupuku—haruskah aku menjelaskan semua?” Ia berhenti sejenak. Kemudian berpikir. Lalu berkata lagi, “Aku sudah memutuskannya. Aku akan memberitahukan keluargaku. Mungkin akan menyakitkan ketika mereka tahu tentang perceraian di tahun depan. Tidak apa-apa. Lagipula, Ayahku juga tidak akan datang.”

Mendengar ucapan Inka, Candra sedikit iba. Keluarga seperti apa yang dimiliki Inka?

“Akan kupastikan mereka semua datang. Tidak masalah dengan uang tiket.”

Inka ingin tertawa saat mendengar ucapan Candra. Ia bukanlah gadis yang sangat miskin. Mungkin benar jika di kota ini ia sangat miskin bahkan punya banyak hutang. Namun, keluarganya tidak kekurangan uang.

Pembicaraan itu berhenti di sana dan Inka diperbolehkan pulang. Tentu saja ada banyak hal yang perlu dipersiapkannya nanti. Ini tentang perubahan penampilan untuk ke pesta sore nanti.

Saat pulang, ia melihat satu kotak berwarna merah—lengkap dengan sebuah tulisan tangan di sana. Inka memeriksa isi dan terpana. Gaun yang sangat indah.

“Memangnya acara seperti apa di rumahnya sampai aku harus berpakaian seperti ini?’

Ting tong!

Gadis itu membuka pintu dan lebih terkejut lagi. Ada beberapa wanita di sana. Mereka datang dengan koper yang besar.

“Hari ini kami akan membuat Anda bersinar!”

Meski tidak mengerti apa yang mereka ucapkan, Inka mengikuti saja. Ini pasti tentang menjadi gadis yang sempurna di hari spesial. Dan tentu ini keinginan Candra.

***

Sebuah pesta meriah sama sekali tidak ada dalam bayangan Inka. Untuk acara ulang tahun anak kecil, acara ini terlalu mewah. Ia mulai berjalan perlahan—mencoba terlihat anggun.

Candra menangkap kedatangan Inka. Beberapa detik ia tidak bisa memalingkan pandangannya. Gadis itu sangat cantik. Ia tidak menyangka bila Inka bahkan lebih cantik dari semua gadis yang ada di acara ini.

“Inka, kemarilah,” katanya saat mendekat. “Tanganmu,” tambahnya lagi. Ia meminta Inka untuk menggandengnya. “Kita akan ke sana. Akan kukenalkan kamu pada banyak orang.”

Candra benar-benar melakukannya. Satu per satu ditemui Inka sampai ia mulai lelah.

“Ini Bella teman kuliahku di Sydney. Dan ini Roby kekasihnya.”

“Halo, senang berkenalan.”

“Ini Inka.” Candra lalu mengenalkan Inka pada Bella dan Roby.

“Aw, aku pikir kamu Giselle—ah, maafkan aku.”

Muncul banyak tanya dalam benak Inka. Namun, pada saat itu ia memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Giselle adalah nama anak perempuan yang dimiliki banyak orang. Tidak mungkin jika Giselle yang dimaksudkan adalah sekretaris Pak Candra.

Hanya sebentar saja setelah itu, lalu Inka dibawa untuk berkenalan dengan orang tua dan keluarga Candra. Jantung gadis itu berdetak sangat kencang. Bagaimana pun bertemu dengan orang yang lebih tua adalah hal yang menegangkan.

“Saya Inka, Om,” sapanya dengan ramah dan ditutup dengan senyuman paling manis.

“Jadi, apa yang kamu sukai dari anak saya?” Tanpa basa-basi, pria itu langsung memberikan pertanyaan.”

“Um … apa aku boleh mengatakan yang sejujurnya?” tanya Inka. Ia mulai memikirkan kalimat yang bagus. “Anak Anda sangat kurang ajar dan suka seenaknya.”

“Apa? Hei jangan berbicara sembarangan tentang keponakan saya!” Bi Desti yang mendengar itu langsung angkat bicara.

Suasana menjadi tegang. Inka tahu ini tidak akan berjalan dengan mudah. Meski hanya pernikahan kontrak, tetap saja ia harus bisa meyakinkan pihak keluarga Candra.

“Gadis ini hanya mengatakan hal yang sejujurnya. Itu bagus, hahaha!”

Inka sedikit lega setelah mendengar tanggapan dari ayah Candra. Wajah seram dan suaranya yang keras ternyata tidak seburuk yang dipikirkan. Setidaknya ia sudah cukup ‘mengenal’ keluarga Candra. Sepanjang perjalanan pulang, Inka tidak bisa berpikir tenang. Semua sudah terlanjur. Tidak ada celah jika ingin mengembalikan keadaan.

Satu bulan lagi acara pernikahan itu akan diadakan. Inka sama sekali tidak pernah berpikir akan menikah karena sebuah perjanjian. Bermimpi pun tentang pernikahan tidak pernah.

Ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Ditariknya napas yang sangat dalam sebelum akhirnya memulai percakapan.

“Bagaimana kabar Ayah?”

“Senang sekali Ayah mendengar suaramu, Nak. Ayah baik-baik saja. Bagaimana denganmu?”

“Ayah, aku punya sebuah kabar bagus untukmu—tidak, ini untuk keluarga kita.”

“Katakanlah, Nak. Apakah akhirnya kamu mau pulang dan kerja di kantor Ayah saja?”

“Bukan. Aku akan menikah.”

“Apa? Menikah?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 51. Pernikahan Kami

    "Jangan terlalu percaya diri, Candra. Tidak semua yang kamu bayangkan akan kamu dapatkan." Inka menegaskan sekali lagi. Itu hanya di mulut saja. Kenyataannya, ia adalah orang yang perlu mendapatkan peringatan keras agar tidak jatuh cinta pada Candra. "Kamu lapar?" Candra menggunakan topik lain. "Ayo bersiaplah, kita makan di luar saja. Ah, ini adalah pemborosan di rumah tangga."Inka melipat tangan di depan dada lalu memasang wajah kesal. "Kamu ini sebenarnya punya banyak uang atau tidak, sih? Hanya makan di resto saja mengeluhnya sangat luar biasa!""Tetap saja jika menghamburkan uang, kita bisa jatuh miskin."Kata 'kita' begitu manis untuk diucapkan. Telinga gadis itu mulai panas. Bagaimana bisa Candra mulai menyatukan mereka dengan seenaknya. "Kalau memang keberatan, ya sudah ... aku akan masak sekarang," keluh Inka. Ia menuju dapur, membuka kulkas dengan kasar. Matanya mulai melihat-lihat bahan makanan di sana yang bisa dijadikan makanan. "Kalau tidak mau mengajak makan, ya ja

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 50. Jangan Jatuh Cinta

    “Inka, kenapa harus bersembunyi, sih?” “Siapa yang bersembunyi? Aku hanya tidak mau berbicara denganmu!” “Memangnya susah ya tinggal di sini? Ini bagus untuk kita. Semakin sedikit orang yang kita temui, semakin baik. Kamu lupa soal kontrak itu?” “Terserah kamu saja! Lagipula, apa pun yang aku katakan tidak akan berpengaruh padamu!” Inka gusar. Ia tahu tidak memiliki power menghadapi Candra. Hidup terkurung selama 11 bulan tersisa hanyalah yang bisa ia lakukan. Kontrak sudah berjalan, tidak ada celah. Setelah dipikirkannya kembali, uang bulanan dari Candra cukup besar. Setidaknya, itu bisa menyembuhkan sedikit rasa kesalnya. “Jadi, kamu maunya kita tinggal di mana?” tanya Candra menahan emosinya. “Ayo bicarakan baik-baik. Yang perlu kamu tahu, kalau kita tidak tinggal di sini, maka pilihannya adalah bersama ayahku.” Itu keadaan yang sama menjengkelkan. Inka sudah membayangkan kehidupan seperti di film-film. Apakah ia menjadi menantu yang dikuasai mertua dengan segala kekejamannya?

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 49. Tidak Mungkin Jatuh Cinta

    Andita berhenti dengan kegiatannya. Sayur yang sedang dipotong itu ditinggalkannya. Ia bergerak menuju Inka dan memeluknya erat.“Katakan padaku apa saja yang kamu rasakan. Perlukah aku mencarikan dokter yang hebat?”Saat mendengar suara halus Andita, Inka ingin tertawa keras.“Aku tidak apa-apa, Kak Andita. Aku hanya sedang berpikir saja seandainya ada hal yang buruk terjadi.”“Astaga. Kupikir kamu mau mengatakan kalau hasil pemeriksaan kesehatanmu—”Inka menggenggam tangan Andita. Ia menatap lalu tersenyum. “Kak, aku baik-baik saja. Rahimku sangat bagus. Lalu, Candra juga sangat sehat. Ini tidak ada hubungannya dengan mandul atau sejenisnya.”Satu hal penting tidak bisa diucapkan bibir itu. Perjanjian tanpa sentuhan fisik. Jangankan mau punya anak, tidur satu ranjang pun tidak terjadi.“Jangan membahasnya lagi. Besok ayah dan nenekmu akan kembali ke Paris. Apa boleh aku ikut? Lumayan numpang gratis.”“Tentu. Kenapa tidak? Aku akan bilang pada ayahku secepatnya.” Inka bahkan sudah si

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 48. Semangat Kakak Ipar

    "Jadi, bagaimana dengan malam pertamamu?"Blush!Pipi Inka merona. Pertanyaan dari Andita membuatnya salah tingkah. Meski tidak ada yang terjadi, tetap saja pertanyaan itu terlalu brutal. Apakah semua pengantin baru selalu mendapatkan pertanyaan ini? "Stt! Sudah, meski kamu tidak memberitahukannya, aku tahu apa yang sudah terjadi, hihihi.""Ti-Tidak, Kak. Antara aku dan Candra benar-benar tidak ada apa-apa. Kami langsung tidur begitu hari menjelang malam.""Oh, Inka. Aku sangat tahu Candra. Ia tidak akan membebaskanmu begitu saja." Andita malah menuju kamar mereka. "Uh, sepertinya hal yg brutal terjadi tadi malam." Inka semakin tersudutkan. Kamar yang berantakan karena Inka melempar bantal pada Candra tadi pagi kini membuatnya tidak bisa berkutik."Sumpah! Kami tidak melakukan apa-apa!" Inka sudah hampir gila untuk menjelaskan semua itu."Lupakan saja. Aku akan menganggap seperti itu."Mengelak, memberi alasan bahkan menjelaskan dengan detail pun hanya akan sia-sia. Pada akhirnya In

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 47. Status Baru

    "Kembali bekerja. Sepertinya aku terlalu baik padamu sampai kamu lupa kalau aku adalah bos di sini.""Aku mengerti."Rehan tidak berkutik saat Candra mulai menunjukkan kekuasannya. "Hubungi kembali Rani dan pastikan proyek kali ini berhasil. Aku tidak akn menyerah soal itu.""Itu yang ingin aku bicarakan padamu. Sebenarnya ada sesuatu yang mengganggu pikiranku."Candra memasukkan dua tangan ke dalam saku dan berjalan menuju Rehan yang sedang duduk di sofa. "Apa kamu mencurigai seseorang?" Satu alis mata Candra naik. Rehan mengangguk pelan. Pikirannya kembali pada peristiwa kemarin saat pesta pernikahan itu. Giselle yang tidak tahu jika ada seseorang yang mendengar pembicaraanya bersama orang lain."Kamu yakin mau melihat mantan terindahmu menikah? Bagaimana kalau kita hancurkan pesta ini."Rehan berusaha fokus dan menebak siap yang sedang bersama Giselle saat itu. "Aku hanya ingin menjadi saudara perempuan yang baik. Mengejutkan Inka sudah cukup bagiku.""Ayolah, hanya sekali keme

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 46. Cemburu Kecil

    “Ckckck, berani-beraninya menyebut nama pria lain di hadapan suamimu.”“Emang kenapa? Pernikahan ini hanyalah semu. Aku juga tidak mau menganggap serius perlakuanmu nanti. Tenang saja, aku profersional.” Inka terlalu percaya diri mengatakannya.“Dengan siapa pun tidak masalah. Tentang Rehan aku tidak suka!”Inka semakin terheran-heran dengan tingkah Candra. Mengapa membatasi ruang geraknya? Lagipula, Rehan adalah sepupu Candra. Kenapa ia malah melarangnya untuk dekat dengan pria itu? Sungguh hal yang sama sekali tidak masuk akal!“Meski dilarang, aku tidak peduli. Tidak ada semacam itu di kontrak kita. Aku akan melakukan apa yang kusuka.”Inka meninggalkan Candra di sofa dan naik ke atas ranjang.“Kamu bisa tidur di sofa, oke?” kata gadis itu dengan sangat santai. “Empuknya!”Candra berkacak pinggang. Panas hatinya melihat mantan karyawan yang terlalu berani padanya.“Di mana Inka yang selalu hormat padaku? Aku tidak percaya jika gadis itu sekarang bahkan bisa memerintahku seenaknya.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status