Punya utang, tidak kaya dan sebatang kara. Bagaimana mungkin bisa menjadi istri seorang presdir tampan dan kaya? Siapa pun yang melihat pasangan itu akan mulai bertanya-tanya. Sebuah pernikahan kontrak yang berakhir cinta akan dimulai di sini. Semua terlihat indah. Namun, masa lalu sang presdir mulai terungkap. Apakah Inka akan memilih bertahan atau pergi dan mengakhiri pernikahan kontrak itu?
View More“Inka, aku tidak menyangka jika kamu yang selemah ini ingin bermain-main dengan para pria bertubuh kekar.”
Kata demi kata yang keluar dari mulut Pak Candra semakin membuatnya gelisah. Kali ini tentang apa lagi? Inka mulai berpikir dengan jantung yang berdegup sangat kencang. Sampai ia teringat dengan satu hal yang mengganggunya akhir-akhir ini.
“Aku tidak mengerti maksud perkataan Pak Candra,” tepisnya bohong.
Candra adalah seorang presdir perusahaan. Wajah tampan tetapi kejam sudah menjadi hal yang membuatnya terkenal. Inka, seorang pegawai biasa yang baru 3 bulan bekerja. Sebuah laporan tentang pelanggaran karyawan telah sampai ke telinga Candra. Tentu saja, ia tidak membiarkan semua itu.
“Berani juga kamu berbohong. Jadi, siapa yang mengambil pinjaman online sampai dua puluh juta dan tidak membayarnya lebih dari dua bulan?” sindir Candra dengan santai. Ia menatap intens mata Inka membuat gadis itu tak berkutik. “Bagaimana?” imbuhnya lagi.
“Itu ….”
“Tapi aku akan memberikanmu satu solusi.”
Ada harapan tentang ini. Ya, semula Inka merasa senang. Apalah daya, setelah mengetahui keinginan Sang Presdir ia kembali berpikir 2 kali.
“Bagaimana? Kamu menyanggupinya?”
“Tapi, Pak. Permintaan Pak Candra terlalu berlebihan.”
“Ya sudah kalau kamu tidak mau. Aku berikan kamu waktu untuk berpikir. Tiga hari lagi datanglah ke sini dan berikan jawabanmu.”
Masih dengan pikiran yang sangat kalut, Inka keluar dari ruangan sang presdir. Permintaan—bukan, ini adalah perintah yang sama sekali tak menguntungkan.
“Aish, aku sama sekali tidak menyangka mendapatkan kesulitan seperti ini!” gerutu Inka begitu sampai di meja kerja.
Admin media sosial adalah jabatan Inka saat ini. Memang pada kenyataannya PT. Luxing tidak kekurangan karyawan untuk menangani atau bahkan sibuk hanya untuk mengurus media sosial milik mereka. Divisi ini juga baru ada sekitar 1 tahun saat sang presdir sadar bila perusahaan mereka juga perlu memperkenalkan diri mereka lebih jauh.
“Inka, apa yang terjadi di ruangan sana? Apakah gosip yang beredar itu ….”
“Sssttt!! Diamlah, Sha. Kita hanya akan mendapatkan kesulitan bila membahas hal yang belum tentu benar. Well, aku mendapatkan 1 tawaran khusus.” Ia lalu berhenti di sana dan tidak ingin membahas permintaan Candra.
“Apa itu? Jualan di platform joget-joget?”
“Heh!!”
Dua pasang mata itu memandang pada keberadaan sosok yang membuat mereka langsung terdiam.
“Oho! Jadi itukah pekerjaan Divisi Kreatif? Rupanya kalian senang sekali membicarakan hal-hal yang tak penting? Sejak awal, aku memang tak pernah setuju dengan Divisi ini.”
‘Tai! Suka sekali bicara sembarangan!’ umpat Inka dalam hati.
Jika saja Inka mengambil hati tentang semua itu, hal ini akan menjadi runyam. Sasha lalu memberikan topik lain yang bisa mereka bicarakan. Menghadapi senior di kantor ini bukanlah hal yang tepat.
“Betewe, aku sangat penasaran. Apakah yang diminta oleh Pak Presdir sampai membuatmu sedikit khawatir?” Sasha kembali bertanya pada Inka.
“Oh itu. Hm … itu … nanti saja akan kukatakan.” Ia lalu berhenti di sana dan tidak ingin membahas permintaan Candra.
Ting!
Sebuah pesan masuk dalam ponsel Inka.
Inka, pastikan tidak ada seorang pun yang tahu tentang ini. Ah, aku berubah pikiran. Hari Rabu pagi pukul 8 aku mengharapkan jawaban.
Gadis itu hanya bisa menghela napas. Semua ini tidak akan mudah. Jam perlahan berlalu dan akhirnya ia bisa menghirup udara segar setelah pulang kerja. Bisa saja ia mengeluarkan uang untuk langsung naik ojek online. Namun, demi penghematan, ia memilih berjalan kaki sebentar sebelum mendapatkan angkot. Lokasi PT. Luxing tidak begitu menguntungkan baginya. Tidak ada angkot yang melewati kompleks itu.
“Seandainya saja aku punya banyak uang,” ucapnya pelan.
Inka menuju tempat tinggalnya. Lalu, dilihatnya saat hendak masuk lorong, dua orang pria di sana. Samar, ia mendengar percakapan mereka dari sana.
“Kamu mengenal gadis ini? Katanya sekarang ia tinggal di sini.”
“Aku tidak pernah melihatnya. Kos di sini sangat banyak jumlah kamarnya. Siapa yang mau berkenalan dengan banyak orang?”
“Baiklah.”
Beberapa detik kemudian, salah seorang dari pria itu melihat keberadaan Inka. Ia mencocokan foto yang dipegangnya dan mulai berjalan dengan cepat.
“Berhenti!!” teriak salah seorang dari mereka.
Inka mulai berlari. Ada sebuah tempat yang bisa dijadikannya untuk bersembunyi. Sayang sekali, jika bergerak ke sana sekarang, ia pasti ketahuan. Tidak ada pilihan lain, Inka memilih menuju jalan besar. Setidaknya jika memanggil taxi atau angkot yang mungkin kebetulan akan lewat bisa menolongnya. Ya, itu yang ada di pikirannya.
Bugh!
“Awh! Sakit,” ringisnya.
Ia kembali berdiri dan mencoba untuk berjalan. Perih—perih sekali. Di saat seperti ini ada saja yang semakin menghalanginya untuk melarikan diri.
Tiit!
Bunyi klakson mobil membuatnya kaget. Saat kaca mobil diturunkan, Inka langsung memilih untuk masuk ke dalam sana. Mobil itu lalu bergerak dan meninggalkan lingkungan tempat tinggal Inka.
“Syukurlah,” ucapnya pelan.
“Untung aku mengikutimu. Keadaanmu sedang tidak aman. Siapa suruh berurusan dengan pinjaman online.” Wajah datar sang presdir tetap sama menatap gadis itu.
“Jadi, Pak Candra sengaja mengikutiku?” tanyanya.
“Aku kenal beberapa orang yang terjebak dengan scam semacam itu. Ternyata, kamu termasuk wanita bodoh yang—sudahlah, untuk sementara, jangan pulang ke tempat itu. Aku juga sudah katakan kepada satpam untuk tidak mengatakan apa pun jika ada yang mencarimu di kantor.”
Inka tidak bisa membela dirinya. Semua perkataan itu benar. Ia memang bodoh sampai mengambil pinjaman ilegal. Awalnya ia berpikir bisa cepat untuk melunasinya. Sayang sekali, meski sudah bekerja, uang yang didapatkannya tidak cukup. Tentu saja bunga dari pinjaman ilegal itu sangat memberatkan.
“Hei, kamu itu dengar tidak sih, yang aku katakan?” tegur Candra saat melihat Inka tidak memperhatikan perkataannya.
“Ma-maafkan saya.”
“Jadi, bagaimana dengan penawaran saya?”
“Pak Candra ingin saya—”
“Ya.”
“Menikah?”
"Jangan terlalu percaya diri, Candra. Tidak semua yang kamu bayangkan akan kamu dapatkan." Inka menegaskan sekali lagi. Itu hanya di mulut saja. Kenyataannya, ia adalah orang yang perlu mendapatkan peringatan keras agar tidak jatuh cinta pada Candra. "Kamu lapar?" Candra menggunakan topik lain. "Ayo bersiaplah, kita makan di luar saja. Ah, ini adalah pemborosan di rumah tangga."Inka melipat tangan di depan dada lalu memasang wajah kesal. "Kamu ini sebenarnya punya banyak uang atau tidak, sih? Hanya makan di resto saja mengeluhnya sangat luar biasa!""Tetap saja jika menghamburkan uang, kita bisa jatuh miskin."Kata 'kita' begitu manis untuk diucapkan. Telinga gadis itu mulai panas. Bagaimana bisa Candra mulai menyatukan mereka dengan seenaknya. "Kalau memang keberatan, ya sudah ... aku akan masak sekarang," keluh Inka. Ia menuju dapur, membuka kulkas dengan kasar. Matanya mulai melihat-lihat bahan makanan di sana yang bisa dijadikan makanan. "Kalau tidak mau mengajak makan, ya ja
“Inka, kenapa harus bersembunyi, sih?” “Siapa yang bersembunyi? Aku hanya tidak mau berbicara denganmu!” “Memangnya susah ya tinggal di sini? Ini bagus untuk kita. Semakin sedikit orang yang kita temui, semakin baik. Kamu lupa soal kontrak itu?” “Terserah kamu saja! Lagipula, apa pun yang aku katakan tidak akan berpengaruh padamu!” Inka gusar. Ia tahu tidak memiliki power menghadapi Candra. Hidup terkurung selama 11 bulan tersisa hanyalah yang bisa ia lakukan. Kontrak sudah berjalan, tidak ada celah. Setelah dipikirkannya kembali, uang bulanan dari Candra cukup besar. Setidaknya, itu bisa menyembuhkan sedikit rasa kesalnya. “Jadi, kamu maunya kita tinggal di mana?” tanya Candra menahan emosinya. “Ayo bicarakan baik-baik. Yang perlu kamu tahu, kalau kita tidak tinggal di sini, maka pilihannya adalah bersama ayahku.” Itu keadaan yang sama menjengkelkan. Inka sudah membayangkan kehidupan seperti di film-film. Apakah ia menjadi menantu yang dikuasai mertua dengan segala kekejamannya?
Andita berhenti dengan kegiatannya. Sayur yang sedang dipotong itu ditinggalkannya. Ia bergerak menuju Inka dan memeluknya erat.“Katakan padaku apa saja yang kamu rasakan. Perlukah aku mencarikan dokter yang hebat?”Saat mendengar suara halus Andita, Inka ingin tertawa keras.“Aku tidak apa-apa, Kak Andita. Aku hanya sedang berpikir saja seandainya ada hal yang buruk terjadi.”“Astaga. Kupikir kamu mau mengatakan kalau hasil pemeriksaan kesehatanmu—”Inka menggenggam tangan Andita. Ia menatap lalu tersenyum. “Kak, aku baik-baik saja. Rahimku sangat bagus. Lalu, Candra juga sangat sehat. Ini tidak ada hubungannya dengan mandul atau sejenisnya.”Satu hal penting tidak bisa diucapkan bibir itu. Perjanjian tanpa sentuhan fisik. Jangankan mau punya anak, tidur satu ranjang pun tidak terjadi.“Jangan membahasnya lagi. Besok ayah dan nenekmu akan kembali ke Paris. Apa boleh aku ikut? Lumayan numpang gratis.”“Tentu. Kenapa tidak? Aku akan bilang pada ayahku secepatnya.” Inka bahkan sudah si
"Jadi, bagaimana dengan malam pertamamu?"Blush!Pipi Inka merona. Pertanyaan dari Andita membuatnya salah tingkah. Meski tidak ada yang terjadi, tetap saja pertanyaan itu terlalu brutal. Apakah semua pengantin baru selalu mendapatkan pertanyaan ini? "Stt! Sudah, meski kamu tidak memberitahukannya, aku tahu apa yang sudah terjadi, hihihi.""Ti-Tidak, Kak. Antara aku dan Candra benar-benar tidak ada apa-apa. Kami langsung tidur begitu hari menjelang malam.""Oh, Inka. Aku sangat tahu Candra. Ia tidak akan membebaskanmu begitu saja." Andita malah menuju kamar mereka. "Uh, sepertinya hal yg brutal terjadi tadi malam." Inka semakin tersudutkan. Kamar yang berantakan karena Inka melempar bantal pada Candra tadi pagi kini membuatnya tidak bisa berkutik."Sumpah! Kami tidak melakukan apa-apa!" Inka sudah hampir gila untuk menjelaskan semua itu."Lupakan saja. Aku akan menganggap seperti itu."Mengelak, memberi alasan bahkan menjelaskan dengan detail pun hanya akan sia-sia. Pada akhirnya In
"Kembali bekerja. Sepertinya aku terlalu baik padamu sampai kamu lupa kalau aku adalah bos di sini.""Aku mengerti."Rehan tidak berkutik saat Candra mulai menunjukkan kekuasannya. "Hubungi kembali Rani dan pastikan proyek kali ini berhasil. Aku tidak akn menyerah soal itu.""Itu yang ingin aku bicarakan padamu. Sebenarnya ada sesuatu yang mengganggu pikiranku."Candra memasukkan dua tangan ke dalam saku dan berjalan menuju Rehan yang sedang duduk di sofa. "Apa kamu mencurigai seseorang?" Satu alis mata Candra naik. Rehan mengangguk pelan. Pikirannya kembali pada peristiwa kemarin saat pesta pernikahan itu. Giselle yang tidak tahu jika ada seseorang yang mendengar pembicaraanya bersama orang lain."Kamu yakin mau melihat mantan terindahmu menikah? Bagaimana kalau kita hancurkan pesta ini."Rehan berusaha fokus dan menebak siap yang sedang bersama Giselle saat itu. "Aku hanya ingin menjadi saudara perempuan yang baik. Mengejutkan Inka sudah cukup bagiku.""Ayolah, hanya sekali keme
“Ckckck, berani-beraninya menyebut nama pria lain di hadapan suamimu.”“Emang kenapa? Pernikahan ini hanyalah semu. Aku juga tidak mau menganggap serius perlakuanmu nanti. Tenang saja, aku profersional.” Inka terlalu percaya diri mengatakannya.“Dengan siapa pun tidak masalah. Tentang Rehan aku tidak suka!”Inka semakin terheran-heran dengan tingkah Candra. Mengapa membatasi ruang geraknya? Lagipula, Rehan adalah sepupu Candra. Kenapa ia malah melarangnya untuk dekat dengan pria itu? Sungguh hal yang sama sekali tidak masuk akal!“Meski dilarang, aku tidak peduli. Tidak ada semacam itu di kontrak kita. Aku akan melakukan apa yang kusuka.”Inka meninggalkan Candra di sofa dan naik ke atas ranjang.“Kamu bisa tidur di sofa, oke?” kata gadis itu dengan sangat santai. “Empuknya!”Candra berkacak pinggang. Panas hatinya melihat mantan karyawan yang terlalu berani padanya.“Di mana Inka yang selalu hormat padaku? Aku tidak percaya jika gadis itu sekarang bahkan bisa memerintahku seenaknya.”
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments