"Kevin sangat menderita Mbak. Jadi aku mohon batalkan saja perceraian ini, demi putra putri kita," pinta Rita yang matanya semakin berlinang. "Lihat Mbak." Nala meminta besannya untuk melihat pergelangan tangan putrinya. Dea pasrah ketika ditarik mamanya, sedari tadi kepala wanita itu terasa kosong. Rita memerhatikan tangannya dengan mata melebar. "Ini gara-gara anakmu! Anakku hampir mati!" Nala mengatakannya dengan terisak. Rita membeku mendengar ucapan tersebut, ia menatap menantunya penuh rasa bersalah. Gito yang ada di belakang segera membuang muka menyembunyikan kesedihan yang menggerogoti dirinya. Perlahan KEvin mendekat. Setiap langkah lelaki itu mengeluarkan suara pedih. Dea meliriknya sendu. Semua orang terdiam. "Dik," pinggil Kevin lembut. Ia mengulurkan tangannya tetapi Dea segera menjauh. Tubuhnya meremang, pelipisnya berdenyut, napasnya mulai terengah. Nala segera mendekap tubuh putrinya. Dia menuntun Dea untuk menenangkan diri. Sedangkan David menepuk lembut pundak Gi
Rita menampar pipi putranya sangat keras. Matanya menatap nyalang dan napas memburu bak banteng menubruk matador dalam arena. "Anak tidak tau diuntung! Berani sekali kamu membohongi Mama!" Kekecewaan meraup harga dirinya hingga dasar. Tangan wanita itu sekali lagi melayang dan berteriak, "Pergi kamu dari sini! Jangan sekali-sekali menemui Mama! Mama tidak sudi punya anak sepertimu!"Wanita paruh baya tersebut berjalan cepat meninggalkan Kevin yang tersungkur di lantai. Ia menangis tersedu-sedu menerima akhiran yang menyedihkan. Wanita itu tak sanggup menjukkan wajah di depan besannya. Gito yang baru bercengkerama dengan pengacara segera mengampirinya dengan wajah datar. "Kemasi barang-barangmu dan jangan menunjukkan diri pada kami. Kamu bukan tanggung jawabku lagi. Mengerti?" tanya Gito dengan pupil bergetar. Di akhir babak argumentasi di ruang persidangan, pengara istrinya memberikan buti terbaru di mana Icha istri mudanya mengirim foto mesra mereka. Kevin merasa kecolongan karena t
Icha mengikuti suaminya dari kejauhan. Dia melajukan mobilnya perlahan tak peduli dengan pengendara lain yang mengumpat padanya karena memperlambat arus lalulintas kota. Kepuasan hatinya tercetak jelas pada raut wajahnya. Sudut bibirnya tak mau turun dari tadi. Ia membiarkan Kevin meluapkan amarah di pinggir jalan. Bahkan lelaki itu beberapa kali meraung kesetanan akibat kehilangan istri pertamanya. "Sekarang giliranku mengambil alih. Kamu jadi milikku seutuhnya Mas," puas Icha menghentikan mobil lalu menghampiri suaminya. "Ayo pulang Mas. Henyikan kesedihanmu itu, ada aku di sinii. Aku akan mengembalikan semua hartamu." Wanita itu menarik lengan suaminya tetapi tak diidahkan. Kevin masih saja tersedu-sedu merasakan rasa sakit yang tak terbendung. "Aku harus ke mana?" Tanya lelaki itu pada dirinya sendiri. Mendengar itu Icha langsung menghela napas. "Ayo pulang ke rumah! Kamu masih punya rumah!" Ia memberikan kode pada anak buah Seno yang mengintai. "Seret dia ke dalam mobilku!" Per
Dada Dea bergemuruh hebat mendapati noda lipstik di kerah baju suaminya. Ini sudah ketiga kalinya dia melihat noda yang sama. Pertama kali noda itu muncul ia langsung menanyakan pada Kevin.“Mas, ini kok ada noda lipstik?” tanya Dea dengan menunjukkan baju berkerah itu.Dengan santai suaminya menjawab, “tadi ada salah satu siswi yang pingsan. Mungkin bibirnya menyentuh baju Mas.”Pada awalnya Dea mempercayai alasan itu, karena suaminya berprofesi sebagai guru olahraga di salah satu SMA Negeri Surabaya. Ditambah kini sudah banyak siswi yang mengenakan make-up saat ke sekolah.Ketika noda kedua datang, ia kembali menanyakan pada suaminya, dan jawaban lelaki itu adalah, “itu lipstik Mama, kemarin aku kan nginap di rumah orangtuaku Dik.”Kini Dea sadar jika ada yang tak beres. Ditelitinya baju hingga celana itu. Ketika merogoh saku, terdapat sebuah cincin emas berbentuk swan.‘Apa ini untukku?’ batin Dea yang sedikit kegirangan. Namun, ketika ia melirik kerah baju Kevin, kebahagiaanya son
Brrmmm... Suara motor itu memaksa Dea berdiri, meninggalkan segala huru-hara bukti pengkhianatan suaminya. Dia buru-buru membukakan pintu. Nampak suaminya dengan raut wajah tertekuk dan bibir mengerucut sedang menunggunya di teras.“Mas tumben hari ini pulang cepat,” ucapnya basa-basi saat membuka pintu. Lelaki itu tak mengeluarkan sepatah katapun dan langsung meninggalkannya.‘Lagi-lagi dicuekin,’ batin Dea yang terenyuh. Hatinya terasa sakit, sikap Kevin selama dua bulan ini memang tak beres. Dan kenyataannya lelaki itu memang melakukan perbuatan bejat di belakangnya.Jam dinding menunjukkan pukul 21.00 WIB, ini adalah waktu tercepat suaminya pulang ke rumah. Biasanya Kevin sampai di rumah pada 23.00 WIB atau 01.00 WIB.‘Pasti dia habis dari selingkuhannya,’ terka Dea dalam hati. Pesan itu masih terlekat di dalam pikirannya. Ditambah adanya foto mesra Kevin dengan wanita lain membuatnya terus-terusan berpikir negatif pada suaminya. Wanita mana yang tak sakit hati mendapati lelaki ya
Kevin terkejut mendengar suara perempuan itu. Dea mendekati suaminya yang nampak sibuk di meja rias miliknya. Tatapan penuh curiga ditujukan pada suaminya. Kevin nampak gusar dan langsung menaruh benda yang sebelumnya ia pegang. “Lagi cari apa Mas?” tanyanya penasaran. “Lagi nyari minyak kayu putih, Mas tiba-tiba masuk angin,” kelit Kevin. Lelaki itu langsung membalikkan tubuhnya menghadap Dea. Mata lelaki itu bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Itu adalah salah satu tanda orang sedang berbohong, Dea mengetahui hal itu. Dipindainya leher Kevin, bercak itu sudah hilang. Bukan hilang melainkan ditutup oleh bedak, terlihat sangat berantakan. ‘Sepertinya dia buru-buru sampai bedak itu tidak rata,’ pikir Dea. “Minyak kayu putihnya habis Mas, pakai balsem aja ya,” tawar Dea. “I-iya,” jawab Kevin gelagapan. Lelaki itu beberapa kali terlihat menggaruk telinganya guna menutupi bercak yang ada di lehernya. Dea sangat mengetahui tingkah suaminya. Perempuan itu langsung berjalan ke
Dea tersenyum dan langsung memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Meskipun sempat ragu jika ada racun dalam makanan ini, tapi melihat suaminya yang lahap mengunyah nasi goreng itu membuatnya percaya.“Bagaimana?” tanya Kevin penasaran. Dea memberikan seutas senyum pada lelaki itu.“Enak,” jawabnya.“Benarkan! Mas memang jago kalau masak nasi goreng,” ujar Kevin yang terlihat sangat bangga pada dirinya sendiri. Dea hanya tersenyum melihat suaminya yang penuh semangat.“Besok masakin lagi ya Mas,” pinta Dea.“Siap Sayang, Mas akan masakin kamu lagi,” jawab Kevin yang melanjutkan sarapannya.Ketika mereka selesai sarapan dan bersiap diri untuk berangkat kerja. Kevin tak memberikan salam hangat sedikitpun. Sebelumnya lelaki itu akan mencium keningnya beberapa kali sebagai penyemangat. Namun, beberapa minggu ini rutinitas tersebut telah menghilang.“Mas!” panggil Dea. Lelaki itu sontak menoleh ke sumber suara. Dea bergegas menutup pintu rumah tanpa menguncinya.“Ada apa?” tanya Kevin
Detak jantungnya bekerja cepat mendapati dirinya dipandang rendah oleh wanita tak tahu diri itu. “Surprise!!?” teriak Icha gembira. “Bagaimana Mbak Dea?! Apa kamu terkejut!” lanjut perempuan itu. Tangan Dea menggengam erat, kepalanya terasa nyut-nyutan. Dengan dada yang beritme tak teratur, Dea bertanya, “Apa yang ingin kamu bicarakan Icha! CEPAT KATAKAN!” Icha langsung berdiri dan mendekati Dea, bibirnya tersungging ke atas menunjukkan seberapa besar kemenangan yang telah ia cetak. “Haa...” Ia menghela nafasnya dengan anggun. Kemenangan ini benar-benar Icha nikmati dengan sangat baik. Setelah bersusah payah menggoda Kevin. Ini adalah waktu yang pas untuk merasakan kebahagiaanya. Dia segera mendekatkan wajahnya dan menatap mata intens Dea. Tak ingin kalah, lawannya pun menatap kedua maniknya dengan tajam. “Kamu sudah tahu hubunganku dengan Mas Kevin kan?” tanya Icha. “Ya, lalu?” jawab Dea santai. “Memang apa hubunganku dengan Mas Kevin?” tanya Icha yang ingin mengoreksi jawaba