Share

Bab 5. MEMULAI SEBUAH PERJALANAN

"Tidak usah membantahku!" teriak Alice.

***

“Jessy, antarkan Putri Kimberley sampai ke tepian hutan! Baru setelah itu kau harus kembali!” Alice mengelus-elus punggung kuda putih itu.

“Ngiiiiiikkkk ... ngiiiiikkkk ...” Jessy meringkik seolah mengerti perintah Alice.

Meski berat, akhirnya Putri Kimberley naik ke punggung Jessy, kuda putih yang manis, yang selalu setia padanya.

Putri Kimberley pun melambaikan tangan pada Alice. Alice membalas lambaian tangan putrinya itu sambil matanya tampak berkaca-kaca.

Haaaap ... haaaaap ... haaaaap ... si gendut Rury pun ikut mengejar tuannya.

Sampai di tepi hutan, Jessy menghentikan larinya, Putri Kimberley pun langsung melompat turun dari punggung kuda itu.

“Terima kasih Jessy, Sayang! Doakan aku bisa berhasil menjadi perawat kuda Pangeran Alden, agar suatu hari kelak aku bisa membawa kau dan Rury hidup di dalam istana ayahku. Dan kau, Rury, jangan nakal! Sekarang naiklah ke punggung Jessy! Ingat jaga baik-baik ibuku!” 

“Ngiiiikkk ... ngiiiiikkk ...” Jessy meringkik sambil mengangkat kedua kaki depannya dan langsung berputar sebelum akhirnya pergi meninggalkan Putri Kimberley. Di punggungnya, Rury berjongkok dan matanya masih terus memandang Putri Kimberley yang melambaikan tangan ke arah mereka.

“Jessy, Rury, aku pasti akan selalu merindukan kalian!” Putri Kimberly menahan tangisnya.

Jessy terus berlari. Ia enggan menoleh kebelakang. Jessy juga mencoba menahan air matanya, namun itu tak bisa ia lakukan. Akhirnya, air matanya pun jatuh, dan angin-angin menerbangkan tetesan air mata itu.

Si gendut Rury pun menangis. Ingin rasanya ia ikut bersama tuannya yang cantik dan baik hati itu, tapi ia takut Alice akan mencarinya.

Di balik rimbunnya hutan, Jessy dan Rury berusaha menyembunyikan kesedihannya. Namun Jessy terus berlari, ia ingin mereka segera sampai untuk menemani Alice yang saat ini pasti sedang menangis dalam kesendiriannya.

***

“Maaf, Nyonya, bisakah kau tunjukkan kepadaku di manakah Istana Kerajaan Strong?” Putri Kimberley memberanikan diri untuk bertanya kepada seorang wanita paruh baya yang terlihat sedang menemani sapi-sapinya merumput.

“Terus saja kau berjalan, nanti kau akan jumpai bangunan paling megah dan indah, yang dikelilingi oleh benteng-benteng tinggi. Untuk apa kau ingin ke sana?” tanya wanita itu pada Putri Kimberley dengan heran.

“Aku ingin ikut tes untuk bisa bekerja menjadi seorang perawat kuda Pangeran Alden, Nyonya," jawabnya lembut.

“Kau ...?”

“Ya, Nyonya!”

“Tapi kau terlalu cantik untuk menjadi seorang perawat kuda. Kau lebih cocok menjadi Permaisuri Pangeran Alden, ketimbang menjadi perawat kudanya.” Wanita itu terus menatap kearah Putri Kimberley dan sepertinya ia takjub sekali dengan pesona kecantikan gadis itu.

“Terima kasih. Tapi itu tak mungkin, Nyonya ...”

“Panggil aku Nyonya Dorothy.”

“Itu tak mungkin, Nyonya Dorothy, karena aku hanya anak seorang petani miskin yang hidup di hutan.” 

“Oh, maafkan aku! Tapi siapa namamu gadis cantik?” 

“Aku Wilona, Nyonya,” jawab Putri Kimberley sambil menunduk.

“Wilona, ayo beristirahat dulu di rumahku! Aku akan suguhkan kau steak daging rusa dan segelas susu murni hangat untukmu. Kau sepertinya lelah sekali.”

“Terima kasih, Nyonya! Tapi aku harus melanjutkan perjalanan, aku takut tidak bisa mengikuti tes itu.” Putri Kimberley menolak halus tawaran Dorothy.

“Kau tidak usah khawatir Wilona, aku akan minta Fredy, suamiku yang akan mengantarkanmu nanti.” Putri Kimberley berdiri mematung sambil menahan perutnya yang sudah terasa lapar.

Tangan keriput Dorothy menarik halus lengan Putri Kimberley. Membuat Putri Kimberley tak dapat menolaknya.

“Fredy, dengarkan aku, tolong selesaikan pekerjaanmu dulu! Kita kedatangan tamu, seorang gadis cantik. Aku akan menyuguhkan sajian istimewa untuknya!” teriak Dorothy pada seorang lelaki tua yang terlihat sedang memerah susu sapi.

“Baiklah, perempuan cerewet!” Lelaki itu tampak melambai-lambaikan topinya ke arah Dorothy dan Putri Kimberley.

“Ayo, Wilona!” Dorothy menggandeng tangan gadis itu, tampak ia bahagia sekali melakukannya.

Lima menit kemudian, mereka pun sampai di depan sebuah rumah kayu yang terlihat sangat bersih dan apik sekali.

“Nah, ini rumah kami, Wilona! Rumah kami sederhana, tapi semoga menyenangkan untukmu.” Putri Kimberley tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

“Ayo, masuk!”

Keduanya pun melangkah masuk ke dalam rumah kayu itu.

“Kau tunggu dulu di sini Wilona. Aku akan siapkan steak daging rusa dan susu hangat untukmu.” Dorothy langsung menuju ke belakang dan meninggalkan Putri Kimberley sendirian di ruang tamu rumahnya.

“Baik sekali dia! Beruntung aku bertemu dengannya. Kebetulan tubuhku sudah lelah sekali, dan perutku pun sudah lapar.” Sambil memegang perutnya, Putri Kimberly mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan yang tak terlalu luas itu.

“Ibu!” suaranya tercekat saat matanya melihat sesuatu. Matanya pun kian membesar, dan terus memperhatikan sebuah benda yang ternyata mampu mencuri perhatiannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status