Beranda / Romansa / DENDAM SANG PUTRI / Bab 4. SEBUAH RENCANA BALAS DENDAM

Share

Bab 4. SEBUAH RENCANA BALAS DENDAM

Penulis: Vanessa_nesa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-07 16:25:13

"Pengumuman! Pengumuman! Kami dari Kerajaan Strong saat ini sedang mencari seorang perawat kuda untuk merawat kuda-kuda Pangeran Alden, Putra Mahkota Kerajaan Strong. Ini tak terbatas untuk siapapun, pria atau wanita, tua atau muda, yang terpenting adalah ia memiliki keahlian merawat kuda dengan baik. Mulai besok akan dimulai test untuk itu. Upah yang akan diberikan pihak kerajaan adalah sebesar 20 koin emas setiap bulannya untuk siapa yang menjadi perawat kuda Pangeran Alden. Sekian dan terima kasih!”

Lalu rombongan utusan dari Kerajaan Strong langsung meninggalkan pasar.

Keriuhan pun mulai terjadi.

“Aku akan mencobanya!” Lelaki tua berhidung bulat berteriak lantang dengan penuh percaya diri kepada orang-orang di sekitarnya.

“Kau bisa apa, Jerry? Urus saja daganganmu!” Wanita tua berambut keriting terlihat kesal terhadap lelaki itu.

“Aku juga ingin mencobanya, karena upahnya sangat menggiurkan sekali," terdengar suara lainnya.

“Jangan bermimpi untuk itu! Memegang seekor kucing kecil saja kau tak berani, apalagi harus memegang seekor kuda yang tubuhnya jauh lebih besar dari seekor anak kucing.” Pemuda bernama Megan tertawa mengejek.

Alice dan Putri Kimberley hanya tersenyum saja mendengar keriuhan itu.

“Ayo, sekarang kita pulang! Gaun dan sepatumu sudah kita dapatkan!”

“Baik, Bu!” Putri Kimberley menepis tangan Alice, dan langsung berlari meninggalkan ibunya.

“Ibu, maaf aku harus segera sampai ke hutan, karena aku sangat merindukan dua sahabatku, Jessy dan Rury. Mereka pasti sedang menantiku!” teriaknya lagi sambil terus berlari sambil mengangkat gaunnya, terlihat ia kepayahan mengayuhkan langkahnya karena sepatu yang dikenakannya kebesaran.

“Hati-hati Kim!”

Bruuuukkk!

“Kim! Kamu kenapa?" 

***

“Biar Ibu obati lukamu!” Alice membaluri luka di kedua lutut putrinya.

“Auuww, sakit, Bu!” Putri Kimberley meringis menahan sakit.

“Kau tidak mendengar kata Ibu tadi!"

“Maaf, Bu, tadi aku ingin cepat-cepat sampai di tempat kita, karena aku sudah sangat merindukan Jessy dan Rury. Aku pun tadi sudah sangat bosan berada di pasar itu.”

“Kenapa?”

“Banyak orang-orang aneh di sana!” jawab gadis itu.

“Orang-orang memang seperti itu, sering bertingkah aneh. Sekarang coba kau kenakan gaun dan sepatu yang baru kita beli tadi!”

Putri Kimberley dengan semangat mencoba gaun dan sepasang sepatu cantik yang mereka beli tadi.

“Wow, betapa cantiknya kau, Sayang! Kau dengar ucapan Deke si pedagang pakaian tadi, katanya kau lebih cantik dari Putri Juliette anak si selir licik itu.

“Terima kasih, Bu! Ya, tadi aku memang mendengar ia berbicara seperti itu.” Putri Kimberley terlihat bangga mendengar pujian dari ibunya.

“Kim, sekarang duduklah di dekat Ibu. Ibu ingin berbicara padamu!” 

Putri Kimberley langsung mendekat pada ibunya.

“Ada apa, Bu?” 

“Kim, kau harus ikut tes pemilihan untuk menjadi perawat kuda Pangeran Alden.” 

“Tapi, Bu, bagaimana dengan kau dan teman-temanku di sini?” Wajah Putri Kimberley tampak cemas.

“Tidak usah kau pikirkan itu. Hutan sudah menjadi bagian dari hidup kita. Jadi tak ada yang perlu kau khawatirkan terhadap diriku!” Dengan tegas Alice menolak alasan sang putri.

“Tapi, untuk apa aku harus menjadi perawat kuda Pangeran Alden, Bu?”

“Agar kau pelan-pelan bisa kembali ke istana ayahmu. Nanti akan ibu tunjukkan caranya.”   

“Aku ...”  

“Tak usah membantah, Kim! Dengarkan Ibu. Ibu lebih tahu soal itu!”

Putri Kimberley hanya mampu menundukkan kepalanya, sebenarnya ia berat sekali jika harus meninggalkan kehidupannya di hutan, yang baginya sangat menyenangkan. Tapi ia tak mungkin menolaknya, karena melihat mimik wajah sang ibu yang kini tampak menyeramkan.

“Dengar, Kim, besok pagi-pagi sekali kau harus bangun, kenakan gaun sederhana untuk menutupi kecantikanmu. Ingat tak boleh ada yang tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Tetap katakan namamu Wilona, dan katakan pada mereka bahwa kau anak seorang petani miskin. Tunjukkan kemampuanmu dalam merawat kuda. Saat kau memenangkannya, bekerjalah dengan keras. Sampai kerja kerasmu itu bisa membawamu masuk ke dalam kerajaan ayahmu kembali, Kerajaan White Tiger.” Alice mendekatkan wajahnya ke wajah Putrinya. Tatapannya tajam penuh kebencian dan dendam di masa lalu.

"Tapi, Bu?" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 41. Siapa Mereka?

    Putri Kimberley terus nekat menuruni anak tangga untuk mendatangi kandang Jessy dan Rurry, dua hewan kesayangannya.Teriakan sang ibu tak lagi digubrisnya. Selama seminggu tidak pernah bertemu dengan keduanya membuat kerinduan di hati Sang Putri kian membuncah."Jessy! Rurry! Aku datang!" teriak Putri Kimberley memecah kesunyian malam.Dengkuran binatang malam pun seakan ikut berpacu mengisi kesunyian malam itu. Namun sedikit pun tidak membuat nyali Putri Kimberley menjadi ciut. Tak ada ketakutan yang menghinggapi hatinya saat itu."Ngghhhiiik! Ngghhhiiik!" ringkikan Jessy kuda kesayangan Sang Putri pun terdengar seolah ingin menyambutnya. Kreeeiiikkk …Tangan gadis cantik itu pun terlihat tak ragu saat membuka pintu kandang keduanya."Heiiii … apa kalian sudah tidur?" Bola matanya ia besarkan mencoba menembus pekatnya malam."Ngghhhiiik …" "Kau kah itu Jessy?" tangannya meraba-raba ruangan tempat tinggal kedua hewan kesayangannya itu, mencoba meraih keduanya.Haaaappp …Tiba-tiba a

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 40. Jangan Ada Yang Tahu Kalau Kita Masih Hidup

    "Kim, dari mana kau kenal dengan Dorothy?""Saat aku pertama kali hendak pergi mengikuti tes menjadi perawat kuda Pangeran Alden waktu itu, Bu. Aku beristirahat di rumahnya," jelasnya sambil bermanja memeluk tubuh ibunya. Kerinduannya pada sang ibu membuatnya ingin selalu dekat pada wanita ini."Oh, aku rasa Dorothy yang kau maksud adalah Dorothy yang aku kenal itu. Apa kau pernah menceritakannya padaku?" Lagi-lagi ia mencoba mengingat soal Dorothy."Sepertinya belum, Bu. Tapi, entahlah. Aku sering lupa dengan apa yang pernah aku katakan, mungkin karena kesibukan ku merawat kuda-kuda Pangeran Alden. Oh, ya, dua kesayanganku, Rury dan Jessy mana Bu?""Mereka ada di bawah. Besok kau bisa menemuinya." Permaisuri Alice masih penasaran dengan wanita bernama Dorothy tadi."Iya, Bu, aku sanga

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab. 39. Nyonya Dorothy?

    Putri Kimberley menunduk. Gadis itu bingung harus melakukan apa. Mengaku tentang siapa dia sebenarnya, atau terus menyimpan semuanya rapat-rapat sampai saatnya tiba ia bisa mengungkapnya.“Wilona, seperti ada yang kau sembunyikan padaku. Apa kau tidak menganggap aku ini sebagai orang yang kau sayangi?” suara Dorothy mulai merendah, ia tak ingin gadis cantik yang membuatnya jatuh hati ini merasa takut mendengar suaranya yang keras.“Heeem, Nyonya boleh aku habiskan susu ini?” Putri Kimberley berusaha mengalihkan pembicaraan, padahal susu dalam gelasnya sudah habis.Dengan tersenyum tipis, Dorothy mengangguk kecil.“Tapi, susu dalam gelasmu itu sudah habis, Sayang,” ucapnya sambil menahan rasa gelinya melihat tingkah canggung gadis itu,“Oh…” mu

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 38. Sebuah Kebingungan

    “Sebentar, Nyonya Dorothy, biar aku lihat Tuan Freddy. Semoga tidak terjadi apa-apa dengannya,” ujar gadis itu, dan langsung bangkit dari duduknya.Setelah berada di luar kamar, Putri Kimberley, mengedarkan pandangannya, matanya mencari-cari arah sumber suara lelaki itu. Akhirnya, ia mendapatkannya.Putri Kimberley, melangkahkan kakinya menuju ke luar arah depan rumah itu.“Ada apa Freddy?” tanyanya saat ia sudah berada di dekat lelaki itu.“Lihat Wilona, rombongan prajurit istana baru saja lewat!” jawabnya, sambil tangannya menunjuk ke arah jalanan.Ekor mata Putri Kimberley melihat apa yang dikatakan lelaki itu barusan.Dilihatnya memang banyak sekali para prajurit dari istana Kerajaan White Tiger di sana, mereka menunggangi

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 37. Kedatangan Tamu Istimewa

    Bab 37. Kedatangan Tamu Istimewa “Dorothy coba lihat siapa yanga datang!” Freddy menggerakkan tubuh istrinya itu. Matanya membuka sedikit, lalu membesar setelah tahu siapa yang datang. “Freddy, apakah aku tidak salah lihat?” “Nyonya Dorothy … apa kau tidak suka aku datang?” Wilona alias Putri Kimberley mendekat dan duduk di sisi ranjang. “Ooooohhhhh … Wilona, sungguh aku mengharapkan kau datang. Dari tadi malam aku dan Freddy hanya membicarakanmu dan berharap kau datang mengunjungi kami di sini,” mata itu mulai berair, dan jatuh di kedua pipinya yang keriput. “Betulkah, Nyonya Dorothy?” tangannya langsung memeluk tubuh itu. Dorothy hanya mengangguk, mulutnya tak mampu untuk bicara, hanya isakannya saja yang kini mulai terdengar.

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 36. Kerinduan Dorothy

    "Bukan … bukan aku sok tahu, Freddy, tapi itu hanya dugaanku saja.""Sama saja, Dorothy!" Bibir tebal lelaki itu mencibir pada sang istri.Dorothy hanya diam, ia tak ingin menanggapi lagi ucapan Freddy, lelaki yang sedikitpun tak pernah bersikap romantis pada dirinya."Ayo, kita pulang! Matahari sudah mulai meninggi!" Lelaki itu bangkit dan berjalan menuju sapi-sapinya.Dorothy yang masih terlihat diam, akhirnya mengikuti juga langkah sang suami."Ayo, kita pulaaaang!" Freddy dengan suaranya yang melengking meminta pada sapi-sapinya itu untuk kembali ke kandang mereka.Dorothy pun membantunya.Setelah selesai memasukkan sapi-sapinya masuk ke dalam kandang, lalu keduanya pun masuk ke dalam rumah mereka yang sederhana namun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status