Share

Bab 8. BERTEMU DENGAN PUTRI JULIETTE YANG SOMBONG

"Sabar dulu …" jawab Chaiden sambil mendengus. Lalu kembali berucap.

“Siapa namamu gadis kumal?”

“Wilona, Tuan!” 

“Wah, namamu indah sekali! Seindah paras wajahmu!” 

Wilona menatap tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ternyata lelaki bermulut besar itu bisa juga memuji dirinya.

“Terima Kasih, Tuan!” 

“Wilona coba kau masuk ke kandang! Bawa Ruby dan Daren keluar. Buat mereka tidak ketakutan saat kau menyentuhnya!”

Kali ini tanpa ragu Putri Kimberley langsung masuk ke kandang kuda itu. Kemudian dengan penuh kasih sayang ia mengelus-elus tubuh kedua kuda itu bergantian. Ruby dan Daren langsung menggesek-gesekkan kepala mereka ke pipi Putri Kimberley yang putih mulus. Putri Kimberley bukannya jijik, ia malah tertawa hangat sambil terus mengelus-elus tubuh kedua kuda itu. Lalu perlahan-lahan ia bawa keduanya keluar dari kandang itu.

Tuan Chaiden menatap kagum melihat apa yang dilakukan gadis itu. Namun tak hanya sampai di situ saja, lelaki itu terus menguji kemampuan Putri Kimberley, dari cara memberi makan dan minum, memandikan, membersihkan kandang dan menunggangi kuda itu, semua dapat dilakukannya dengan baik.

Ploook ... ploooook ... ploooook ...

Terdengar suara tepukan tangan Tuan Chaiden. Ia merasa puas dengan apa yang dilihatnya tadi.

“Selamat, kau berhasil, Wilona si gadis kumal!” Sepasang mata Putri Kimberley langsung berbinar-binar saat mendengar itu.

“Benarkah, Tuan Chaiden?” 

“Sudahlah, jangan banyak bertanya! Sekarang ayo ikut aku menghadap Pangeran Alden.” Bukan main senangnya hati Putri Kimberley mendengar itu, tanpa sadar ia pun melompat-lompat di hadapan Tuan Chaiden.

“Hentikan kelakuan bodohmu itu Wilona! Ha ...ha ...ha!" Lelaki itu pun tertawa melihat kelakuan gadis kumal yang kini membuatnya kagum itu.

“Ayo!”

Putri Kimberley pun mengikuti langkah Tuan Chaiden. Ia masih saja terlihat kesulitan saat melangkah, karena gaun usang dan sepatu kebesaran milik ibunya yang ia kenakan.

Sreeek ... sreeeek ... sreeeek...

Suara seretan sepatunya membuat seisi istana menatap ke arahnya.

Sampai di dalam istana, Tuan Chaiden langsung menghadap sang pangeran.

“Maaf, Pangeran Alden, saya sudah berhasil mendapatkan seorang perawat kuda yang sangat baik untuk menjadi perawat kuda-kuda Pangeran.” Tuan Chaiden membungkukkan badannya dalam-dalam, sebagai tanda hormatnya pada sang pangeran. Putri Kimberley pun langsung mengikutinya.

“Baiklah. Siapa orangnya, Chaiden?” Pangeran Alden terlihat mencari-cari.

“Maaf, Pangeran. Ini orangnya. Namanya Wilona. Ia gadis yang pandai sekali membuat Ruby dan Daren merasa nyaman. Ia bisa melakukan hal apa saja yang kuperintahkan untuk merawat kuda-kuda Pangeran. Tidak seperti Gabriel yang selalu berlaku kasar pada Ruby dan Daren.” Tuan Chaiden menjelaskan tentang Putri Kimberley yang pandai merawat kuda-kuda milik Pangeran Alden.

“Baiklah, aku ...”

“Pangeran, apa kau tidak salah menerima gadis yang terlihat sangat kotor ini menjadi perawat kuda-kudamu? Aku yakin ini hanya akal-akalan Chaiden saja, agar gadis kumal ini bisa masuk ke dalam istana ini. Aku tak setuju kalau dia kau terima sebagai perawat kuda-kudamu, Pangeran! Karena ini tidak masuk akal!” suara teriakan dari seorang wanita yang duduk di sebelah Pangeran Alden terdengar mengejutkan seisi istana, termasuk Tuan Chaiden dan Putri Kimberley, dan membuat pangeran tampan itu tak dapat melanjutkan ucapannya.

“Putri Juliette, aku percaya kalau Chaiden benar. Chaiden adalah orang kepercayaanku. Jadi aku percaya dengan setiap ucapannya.” Dengan tenang si pemilik wajah tampan itu menatap Putri Juliette.

Ucapan sang pangeran membuat lega hati Tuan Chaiden dan Putri Kimberley, tapi tidak dengan Putri Juliette yang tampak semakin kesal mendengar pembelaan Pangeran Alden, lelaki yang sudah menjadi tunangannya itu.

Putri Kimberley berbisik kepada Tuan Chaiden.

“Tuan, siapa wanita itu?”  

“Putri Juliette. Putri Raja Rehard dari Kerajaan Tiger White, tapi Putri Juliette hanya terlahir dari seorang selir bernama Zelena.” Tuan Chaiden merendahkan suaranya agar tak terdengar oleh yang lainnya.

Suasana menjadi gaduh saat dengan suara keras Putri Juliette berteriak seperti orang tak waras.

“Aku tetap tidak setuju, Pangeran! Atau kita akhiri saja hubungan kita!” Putri Juliette yang sombong itu lalu berdiri dan melangkah dan meninggalkan istana.

Seisi istana memandang kepergian Putri Juliette. Namun ia tak peduli, ia terus berlari.

Dan tiba-tiba sebuah tangan mencengkram lengannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status