Share

Bab 7. MENUJU KE ISTANA KERAJAAN STRONG

“Wilona, inilah Istana Kerajaan Strong. Aku hanya bisa mengantarkanmu sampai di sini, karena orang yang tidak berkepentingan tidak bisa masuk ke dalamnya. Jaga dirimu baik-baik Wilona. Suatu saat datanglah ke rumah kami lagi!” Lalu Fredy menghentakkan cemeti kudanya, lalu kuda itu pun berlari membawa kereta yang ditumpanginya itu dan meninggalkan Putri Kimberley sendirian.

Putri Kimberley lalu memberanikan diri melangkah menuju pintu gerbang istana itu.

“Nona, ada kepentingan apa kau datang ke istana ini?” Seorang pengawal kerajaan yang sedang berjaga di pintu itu mendekati Putri Kimberley.

“A-a-a-aku ingin mengikuti tes untuk menjadi seorang perawat kuda Pangeran Alden. Apa aku bisa masuk?” Putri Kimberley menunduk tak berani menatap wajah pengawal itu.

“Apa kau yakin? Semua yang mengikuti tes tadi adalah lelaki. Tak ada satu orang pun yang wanita.” Pengawal itu menatap heran pada wajah cantik Putri Kimberley.

“Yakin!” jawab gadis itu cepat.

“Biarkan dia masuk, Hugo! Beri juga dia kesempatan. Karena belum ada satu peserta pun yang berhasil lolos dalam tes itu, mereka semua tidak sesuai dengan kriteria Pangeran Alden. Ayo masuklah kau nona cantik! Biar aku antarkan kau. Sebentar lagi peserta terakhir selesai mengikuti tes nya.” Seorang pengawal mendekat pada Putri Kimberley, dan membawa gadis itu masuk ke dalam gerbang istana.

“Itu tempatnya! Mudah-mudahan kau berhasil. Kalau kau berhasil mendapatkan pekerjaan itu, jangan lupa kau berikan aku sedikit koin emasnya.” Pengawal itu menatap Wilona sambil tersenyum.

“Tentu! Tapi siapa namamu?” tanya Putri Kimberley dengan ramah.

“Haven, dan kau ...?”

“Aku, Wilona.” Putri Kimberley terus berjalan mengikuti langkah Haven menuju ke samping istana.

“Maaf, Tuan Chaiden, apa masih ada kesempatan lagi?” Haven mendekat pada salah seorang panitia yang ditugaskan untuk menyeleksi para peserta test.

“Masih, untuk satu orang lagi! Bawa dia kesini!” perintahnya dengan suara keras.

“Tapi, ini dia orangnya, Tuan Chaiden!” Haven menunjuk Putri Kimberley yang berdiri tepat di sampingnya.

“Ha ... ha ... ha ... ini katamu?” Chaiden terus tertawa sambil memegangi perutnya.

Haven memandang wajah Putri Kimberley yang terlihat malu.

“Suruh dia kembali ke rumahnya. Aku takut nanti dia menangis saat aku minta dia membersihkan kotoran kuda yang banyak menumpuk di dalam kandang itu!”

“Tapi Tuan …?!"

Chaiden langsung pergi meninggalkan keduanya. Putri Kimberley pun berlari kecil mengikuti langkahnya.

“Tuan Chaiden, tolong beri kesempatan ...” teriak Haven.

“Pria sombong, berhentilah dan dengarkan dia!” teriak Haven lagi, hingga membuat Chaiden lelaki yang sombong itu menghentikan langkahnya.

Chaiden berbalik badan dan menatap Haven yang mengejar dirinya bersama Putri Kimberley.

“Haven, kau tak perlu mengaturku. Di sini kau hanya pengawal kerajaan yang tak terlalu diandalkan. Tapi, karena aku kasihan, aku akan beri kesempatan pada gadis kumal ini.” Haven mencibirkan bibirnya kepada keduanya.

“Ayo, tunjukkan kemampuanmu. Ikut aku sekarang. Tapi kalau kau gagal cepat-cepatlah menyingkir dari tempat ini. Dan jangan berani menunjukkan batang hidungmu lagi!” Chaiden mengibaskan tangannya kasar ke udara.

Lalu ia berjalan menuju kandang kuda yang tak terlalu jauh dari tempat itu.

Putri Kimberley ragu saat hendak mengikuti langkah lelaki bertubuh tinggi besar itu, ia menatap Haven. Haven tersenyum tipis dan mengangguk kecil.

“Ikutlah dengannya, Wilona! Mulutmu diam saja saat mulut besarnya itu memaki atau memarahimu. Sekarang aku pergi dulu!" Haven pun meninggalkan Putri Kimberley sendiri.

“Hai, gadis kumal, apa lagi yang kau pikirkan?!” Mulut besar Chaiden mulai lagi dengan kata-kata sampahnya itu.

“Baik, Tuan Chaiden!” Dengan kepayahan Putri Kimberley menyeret langkah kakinya dengan sepatu kebesaran milik ibunya.

Saat sampai di depan kandang kuda itu, Chaiden menatap Putri Kimberley yang masih berjalan menghampirinya.

“Apa yang bisa dilakukannya di sini?” pikir Chaiden sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Chaiden mulai berubah pikiran, saat dilihatnya jemari lentik putri Kimberley yang sangat indah dengan kukunya yang panjang dan terawat bersih itu membuatnya menjadi ragu.

Chaiden terus saja memperhatikan gadis itu.

"Apa mungkin gadis secantik dia bisa merawat kedua kuda kesayangan milik Sang Pangeran?" Chaiden menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak terasa gatal. 

"Apakah aku bisa menjadi perawat kuda Pangeran Alden?" Mata indah itu kian membesar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status