Saat ini adalah ektrakulikuler pramuka dan disinilah mereka, duduk di bangku koridor sambil menunggu waktu jam pramuka dimulai. Karena mereka memutuskan untuk tinggal di sekolah, sebab bagi mereka jika pulang ke rumah akan membuang-buang waktu dikarena jarak waktu pulang dan pramuka tak terlalu lama.
Mereka membahas apa saja yang bisa di bahas. Sampailah di pembahasan masalah sekolah ini.
"Em, aku mau bicara" kata Disa dengan tiba-tiba.
"Apa?" kata Fia dengan raut wajah masih datar.
"Mau bicara apa Dis?" tanya Yara dengan antusias.
"Aku penasaran sama sejarah sekolah ini, gimana ya jelasinnya?" kata Disa sambil menggaruk kepalanya bingung. Bingung ingin memulai dari mana.
"Setelah mendengar cerita dari beberapa guru dan kakak kelas, aku ngerasa aneh aja" lanjut Disa dengan tatapan menatap ke depan.
"Terus" kata Fia dengan raut wajah tenang.
"Aku mau cari kebenarannya, emang bener di sini ada siluman harimau?" kata Disa dengan nada bertanya.
"Entah" kata Fia sambil mengangkat bahu tak tahu.
"Lu yakin Dis? Gue gak mau, takut" kata Yara dengan raut wajah takut.
"Lu yakin gak mau?" tanya Fia kepada Yara dengan senyum misteriusnya.
"Gak! Bahaya tau, entar kalau mereka gak terima gimana?" kata Yara lagi dengan nada suara takut.
"Kita cuma nyari tahu, udah itu doang kok Ra" kata Disa menyakinkan.
"Tapi gue takut" kata Yara masih dengan nada tak mau.
"Gue jamin keselamatan lu" kata Fia tiba-tiba.
"Yakin lu?" kata Yara sambil menatap Fia serius.
"Hm" jawab Fia dengan tenang.
"Ya udah gue ikut, tapi inget kalau ada yang aneh-aneh kita harus berhenti nyelidiki" kata Yara dengan nada suara serius.
"Oke" kata Disa dengan senyum mengembang.
"Mulai kapan?" tanya Yara dengan antusia.
"Sekarang?" tanya Fia dengan raut wajah bertanya.
"Boleh tuh 'kan masih 30 menit lagi masuknya" balas Disa dengan raut wajah bahagia.
"Oke, ayok" kata Yara sambil menarik tangan Fia dan Disa dengan semangat.
"Tadi katanya takut" kata Disa dengan senyum jahilnya.
"Ck! Gue semanget lu pada kek gitu" ucap Yara dengan nada tak suka.
"Iya-iya untuk hari ini kita cuma ngeliat suasana sekolahan" kata Fia dengan nada serius.
"Oke, yuk jalan" kata Disa sambil mendorong tubuh Yara. Yara yang merasa tak suka tubuhnya di dorong oleh Disa secara tiba-tiba menarik tangan Fia ke depan tubuhnya.
"Gue tengah" kata Yara setelah tubuh Fia berada di depannya.
"Hm" balas Fia dan mulai berjalan mengelilingi lingkungan sekolah dengan langkah tenang.
"Gila kalau sepi gini nakutin ya" kata Yara tiba-tiba dan pegangan di baju Fia bertambah kencang. Posisi mereka, seperti orang yang sedang main kereta api, saling berpegangan di ujung baju temannya.
"Hm" jawab Fia sekenanya.
"Dis, jangan lepasin tangan lu dari baju gue" kata Yara sambil menarik tangan Disa yang tadi ingin di lepas.
"Kalau kayak gini gak enak Ra, mending satu di lepas aja" kata Disa memprotes.
"Gak, gue gak mau" kata Yara.
"Ini masih siang Yara gak akan ada apa-apa" kata Disa sambil melepaskan tangannya dari baju Yara dan berjalan di sisi Fia.
"Gue gak mau di belakang" kata Yara dan tiba-tiba tubuhnya menyelinap di tengah-tengah Fia dan Disa.
"Fia jangan cepet-cepet dong jalannya" keluh Yara dan memeluk tangan Fia dengan erat.
"Tangan gue pegel, lepas" kata Fia dan melepaskan tangan Yara dengan paksa.
Yara yang tangannya di lepas secara paksa oleh Fia pun merasa cemberut dan beralir ke tangan Disa, tapi dia hanya mengenggamnya tak seperti yang tadi dia lakukan kepada Fia.
"Dis, jangan jauh-jauh" kata Yara sambil melihat ke sekelilingnya dengan sorot mata waspada.
Posisinya Disadan Yara berada di depan dan Fia di belakang mereka sambil melihat sekelilingnya dengan sorot mata tanpa emosi.
Sekarang mereka berada di lantai dua sekolah lebih tepatnya di depan perpustakaan.
Disa terus berjalan dan di ikuti oleh Yara di belakangnya. Fia juga masih berjalan dan melihat ke sekeliling dengan waspada. Jarak Fia dan kedua temannya cukup jauh.
Tiba-tiba langkah Fia terhenti di depan lab komputer dan tatapanya menajam ke dalam ruang lab komputer.
'Apa tadi?' batin Fia sambil menelisik kedalam ruangan lab komputer mencari sesuatu yang dia lihat tadi.
Tanpa di sadari ternyata jaraknya dengan Yara dan Disa semakin jauh.
Fia tak mempermasalahkan itu, dia masih mencari sosok tadi dengan teliti.
Sedangkan di sisi lain.
Yara masih mengenggam tangan Disa bahkan genggamannya semakin erat.
"Dis gue kok merinding ya" kata Yara dan semakin mengenggam erat tangan Disa.
"Sama aku juga merinding, auranya gak enak Ra" kata Disa sambil melihat ke sekeliling seperti mencari sesuatu.
"Dis jangan nakut-nakutin gue dong" kata Yara dengan nada suara ketakutan.
"Tapi bener Ra auranya gak enak dari..." kata Disa terhenti sambil melihat sekeliling.
"Dari sana Ra" kata Disa sambil menatap tajam ke ruangan di ujung koridor yang sepertinya gudang lantai dua, ruangannya bersebelahan dengan lab komputer 3.
"Disa..." kata Yara dengan tangan yang mengenggam lengan disa kencang. Disa tak perduli dengan panggilan Yara.
Disa mulai berjalan mendekati gudang tadi dengan perlahan dan hati-hati. Pintu gudang yang terbuka sedikt pun membuat Disa semakin penasaran karena semenjak dia masuk sekolah ini pintu gudang itu tak pernah dibuka atau terbuka seperti ini.
Disa masih berjalan dengan perlahan dan Yara mau tak mau juga mengikuti langkah Disa, karena tak mungkin baginya untuk melepaskan tangannya dari lengan Disa. Entah kenapa Yara merasa sulit melepaskan tangannya dari lengan Disa. Seperti ada lem yang membuat tangannya susah di lepaskan.
Masih beberapa langkah lagi untuk sampai di depan pintu gudang. Disa berjalan dan sampai di depan pintu, dia mulai membuka secara perlahan pintu gudang itu.
Dan saat Disa baru memperluas sedikit pintu tadi, dapat ia lihat sosok yang mengintip di balik rak-rak yang sudah usang, tiba-tiba sosok tadi merayap ke arah Disa dengan cepat. Dengan refleks Disa berlari meninggalkan Yara yang mematung di tempat.
"Akhhh!" teriak Disa dan berlari berbalik arah.
Fia yang mendengar teriakan dari Disa pun merasa terkejut dan melihat ke sumber suara. Di sana dia melihat sosok Disa yang berlari dengan raut wajah terkejut dan Yara yang masih diam mematung di tempat. Dengan terburu-buru Fia berlari ke arah Yara dan menutup pintu gudang tadi.
Saat Fia menutup pintu gudang, sempat ia melihat sosok tadi secara sekilas.
Yara masih berdiam diri di tempat dengan kaku. Sedangkan Disa sedang menetralkan deru nafasnya.
"Apa tadi? Aku baru lihat sosok seperti tadi" gumang Disa sambil menetralkan detak jantungnya.
Sedangkan di lain sisi, Fia sekarang sedang berusaha menyadarkan Yara dari rasa terkejutnya.
"Yara, hey" kata Fia sambil memukul pelan pipi yara.
"T-tadi..." kata Yara dengan wajah terkejut bercampur takut.
"Udah gak ada kok, jangan takut ya" kata Fia dan kembali menenangkan Yara dengan mengelus punggungnya pelan untuk menetralkan rasa terkejut dan takut yang menghampiri Yara.
Fia membisikan sebuah kata dan kata-kata tadi berhasil membuat Yara menenangkan diri.
Yara sudah mulai tenang dan Fia membawa Yara ke tempat dimana Disa berada. Saat sampai disana terlihat Disa sedang duduk dengan punggung yang menyender ke tembok.
"Kamu gak papa Dis?" tanya Fia dengan lembut.
"Gak, aku gak papa cuma terkejut aja gak lebih" jawab Disa sambil tersenyum manis ke arah Fia.
"Ya udah kalau gitu kita turun yuk, situasi gak mendukung" kata Fia dan mengulurkan tangan yang satunya untuk membantu Disa berdiri.
"Iya" kata Disa dan menerima uluran tangan dari Fia.
"Ayo Yar" kata Fia dan membawa Yara berjalan ke lantai satu.
Mereka duduk di anak tangga untuk mengistirahatkan fikiran. Yara duduk di antara Fia dan Disa.
"Gue gak mau ngelanjutin" kata Yara secara tiba-tiba.
"Kalau gak mau lanjutin ya udah gak di lanjutin" kata Fia sambil tersenyum ke arah Yara.
Sedangkan Disa sedang fokus menatap ke satu arah.
"Dis" panggil Fia sambil menguncang pelang lengan Disa.
"Eh? Iya ada apa?" tanya Disa sambil menatap ke arah Fia bingung.
"Liatin apa?" tanya Fia dengan nada serius.
"Itu.." kata Disa sambil menujuk ke arah lantai tiga.
Fia melihat ke arah yang di tunjuk Disa hingga pandangannya melihat ke arah lantai 3, dan saat Fia menatap ke arah yang di maksud oleh Disa. Fia hanya bisa menatap dingin dan datar. Disa yang mengetahui kebodohannya pun merutuki dirinya sendiri, karena Disa tak tau jika Fia bisa melihat hal-hal seperti dirinya. Disa tahunya Fia hanya manusia biasa yang tak bisa melihat hal-hal seperti itu. Sebenarnya Fia juga tak bisa melihat sosok itu secara terperinci seperti Disa, dia hanya bisa melihat banyangan. Dan yang dia lihat tadi bayangan bewarna merah yang menandakan sosok tadi penuh akan dendam dan kebencian. "Ngomong-ngomong kok masih sepi ya" kata Disa sambil melihat sekeliling. "Iya ya, jam berapa emang?" tanya Yara sambil menatap Disa. "Ya ampun kita udah telat" kata Disa saat menatap ke arah jam tangannya. "What?" kata Yara terkejut. "Nih" ujar Disa sambil melihatkan jam tangan miliknya. "Loh kok bisa? Padahal kita cuma sebentar tadi" kata Yara dengan raut wajah terkejut. "Ud
Beberapa hari setelah kejadian waktu itu. Mereka sudah memutuskan untuk membatalkan rencana untuk menulusuri sekolah mereka. Disinilah mereka sekarang dalam kegiatan belajar mengajar. Hingga kedatangan sosok yang kemarin baru mereka kenal. 'Hai' sapa kak Rita yang berada di samping Disa. "Hai kak" jawab Disa tanpa mengalihkan pandangannya. 'Aku boleh minta bantuan sama kamu?' tanya kak Rita dengan nada penuh harap. "Bantuan? Kalau bisa kami bantu kami usahain bantu kak. Memangnya minta bantuin apa?" tanya Disa heran. 'Boleh minta tanganya?' tanya kak Rita sambil menjulurka tangannya di depan Disa. "Tangan?" kata Disa dengan bingung. 'Hm, aku mau nunjukin sesuatu' kata kak Rita dengan nada sedih. "Oh, ini" kata Disa dan kak Rita mulai memegang tangan Disa. Setelah itu... { Disa POV } Disa tiba-tiba berpindah ke tempat yang tak dia ketahui bahkan tempat ini sangat gelap tak ada pencahayaan sama sekali. Disa memutuskan berjalan walau ada rasa takut di dirinya. Baru beberapa l
Sesampainnya di kelas Disa mulai meredakan tangisnya. "Lu kenapa Dis?" tanya Yara penasaran. "..." Disa diam seribu kata, dia menatap kosong ke bawah. "Dia butuh waktu" kata Fia sambil mengelus punggung Disa. "Gue serahin Disa ke elu jangan buat dia nangis dan ajak bicara gue mau beli teh anget" kata Fia dan berjalan pergi meninggalkan Disa dan Yara di dalam kelas. Seisi kelas hanya menatap ke arah mereka bingung. "Dis lu kenapa?" tanya Yara sambil menatap Disa sedih. "..." Disa masih diam membisu tak mau bicara. "Dis bicara dong jangan buat gue takut" kata Yara dengan raut sedih. "Gue takut Yar" kata Disa sambil menatap ke arah Yara dengan raut wajah sedih dan takut. "Takut kenapa? Bilang sama gue" kata Yara sambil menatap Disa penuh tanda tanya. "Gue... gue gak bisa bilang sekarang" kata Disa dan tangisnya pun mulai pecah kembali. Yara yang melihat Disa kembali menangis pun mulai kelabakan, bingung ingin melakukan apa. "Disa kenapa Yar?" tanya salah satu teman kelas merek
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Disinilah mereka sekarang, masih di dalam kelas. "Oke, jadi waktu aku di masa lalu kak Rita lebih tepatnya kejadian saat kak Rita meninggal..." kata Disa tergantung. "Ternyata sebelum meninggal kak Rita di jebak sama tiga lelaki" lanjut Disa sambil menatap ke lantai. "Terus" kata Fia dengan nada serius. "Di jebak?" kata Yara sambil menatap ke arah Disa tak percaya. "Iya tapi aku gak tau kelanjutannya kayak gimana" kata Disa dengan nada suara sedih. "Terus" kata Fia lagi dengan datar. "Waktu aku pindah tempat aku panik dan cari keberadaan kak Rita yang ternyata kak Rita sudah tak bernyawa dengan tubuh yang berlumuran darah" kata Disa mulai kembali cerita. "Tiga laki-laki tadi?" tanya Fia dengan heran. "Gak tau" jawab Disa sambil mengangkat bahu tak tahu. "Huff" hembusan nafas dari Fia. 'Cukup rumit, kemungkinan dia di lecehkan dan bunuh diri?' batin Fia setelah berpikir dengan cermat. Fia memikirkan apa yang tadi Di
Sudah dua hari mereka mencari petunjuk tapi tak ada yang mereka dapat. "Ini gimana?" tanya Disa sambil menompa dagunya. "Gak tau gue" kata Yara menjawab pertanyaan dari Disa barusan. "Ck, bego!" kata Fia dengan tiba-tiba dengan suara cukup keras. "Eh buju buset!" kaget Yara. Ada beberapa pasang mata yang menatap mereka aneh. Fia yang melihat tatapan dari mereka pun membalas menatap mereka dengan tajam. Orang yang tadi menatap mereka aneh dengan segera mengalihkan tatapan. "Kenapa Fi?" tanya Disa sambil menatap Fia heran. "Lu kan bisa ngeliat hantu kenapa gak kita pergunain aja" kata Fia dengan nada pelan agar tak ada yang mendengar. "Iya juga ya" kata Yara sambil menatap Disa aneh. "Makannya itu, aku lupa" kata Disa sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya udah Dis mulai sekarang coba tanya-tanya sama hantu yang ada disini" kata Yara dengan semangat barunya. "Oke" balas disa dengan senyum semangatnya. "Woy! Ada dua murid baru, cogan semua lagi" kata seorang siswi deng
Alvin yang melihat sikap aneh temennya pun merasa bingung. Karena sendari tadi dia melihat temannya melihat ke arah Fia terus-menerus. "Lu kenapa?" tanya Alvin pada intinya. Yuan yang mendengar pertanyaan dari temennya pun hanya bisa mengerutkan dahinnya bingung. "Lu kenapa ngeliatin tuh cewek sampek kek gitu?" kata Alvin lagi. "Gak" jawab Yuan dengan datar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Lu suka sama cewek model kayak gitu?" tanya Alvin penuh selidik. Yuan yang mendengar pertanyaan dari Alvin pun hanya menganggap angin lalu. "Ck" decak kesal dari Alvin karena di abaikan oleh Yuan. "Kalau penasaran cari tau, kalau suka pepet jangan kasih kendor" kata Alvin kepada Yuan. Yuan yang mendengar perkataan Alvin hanya menatapnya dengan datar. "Woy! Buruan waktu gue terlalu berharga!" kata Fia lumayan keras saat melihat kedua cowok itu asik ngombrol sendiri. "Sabar elah" balas Alvin sambil memutar bola matanya dengan malas. "Ayok" kata Alvin dan berjalan mengikuti langka
Bel istirahat sudah berbunyi sendari tadi dan disinilah mereka sekarang di bangku belakang yang ada di kelas. "Kita mulai nanti setelah pulang sekolah" kata Fia datar. "Oke" kata Disa dengan senyum senangnya. "Harus banget ya?" tanya Yara tak yakin dengan keputusan Fia. "Kalau takut pulang aja" kata Fia dengan santai. "Siapa bilang gue takut, gue cuma sedikit gak yakin aja" kata Yara mengelak tidak mau mengakui ketakutannya. "Hm" respon Fia dengan malas. "Emm, ke kantin yuk aku laper" ajak Disa sambil melihat ke arah teman-temannya. "Gue juga laper" kata Yara menyetujui ajakan Disa tadi. "Fi?" tanya Disa sambil menata Fia. "Gue di sini" kata Fia tanpa ekspresi. "Oke kita duluan" kata Disa dan menarik tangan Yara berjalan keluar kelas. "Hm" balas Fia malas. Fia mulai menyibukkan diri dengan novel miliknya. Beberapa menit Fia sibuk dengan novel miliknya hingga ada seseorang yang berdiri di depan mejanya. Dalam diam orang itu meletakkan makanan dan minuman di meja Fia. "Mak
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu dan sekolah sudah lumayan sepi, saat ini mereka masih di dalam kelas. "Gimana?" tanya Yara sambil menatap teman-temannya. "Sekarang aja, sekolah juga sudah sepi" kata Disa menjawab pertanyaan Yara. Sedangkan Fia, dia masih sibuk dengan novel di tangannya. "Fia ayo!" kata Disa sambil menatap Fia horror. "Hm" balas Fia sambil bangkit dari duduknya. Yara dan Disa berjalan di depan sedangkan Fia di belakang dengan pandangan fokus ke novel. "Mulai dari lantai tiga atau gimana?" tanya Yara sambil menatap teman-temannya. Fia yang di tatap Yara hanya mengangkat bahu acuh. "Lantai tiga aja" kata Disa dengan senyuman. Fia yang mendengar jawaban dari Disa hanya bisa memutar mata malas. "Kalau kayak gitu buang-buang waktu" kata Fia dengan nada malas. "Eh? Iya juga ya" kata Disa sambil mengaruk lehernya yang tak gatal. Gimana Fia tak bilang seperti itu 'kan kalau ke lantai atas pansti lewatnya dari lantai bawah. Jadi otomatis j