"Masuk penjara?" ulang Syena dengan gugup.
"Ya!" "Tapi, Tuan-" "Tanda tangan!!!" Syena terhenyak. Bentakan yang diucapkan oleh Kazumi benar-benar membuat ia ketakutan. Hingga pada akhirnya, mau tidak mau ia membubuhkan tanda tangan di atas kertas yang diberikan Kazumi. Dan setelah itu dilakukannya, Syena merasa sekujur tubuhnya sudah tidak bertulang. Lemas. Menikah kontrak dengan pria yang sudah beristri? Mimpi apa dia semalam? Mengapa ia merasa tidak pernah merasa keberuntungan dalam hidupnya? Kazumi menyambar surat kontrak yang sudah ditandatangani oleh Syena dengan kasar. Dipandangnya Syena yang seperti patung di tempat duduknya. Entahlah, Syena tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Benar-benar seperti wanita bodoh yang bicara saja ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. "Berdiri!" perintah Kazumi dengan suara yang dingin. Perlahan, Syena melakukan apa yang diperintahkan oleh Kazumi, dan kini ia sudah berdiri sambil menundukkan kepalanya. "Angkat wajahmu! Kau ini sedang berakting menjadi istri pengusaha, apakah istri pengusaha harus menundukkan kepala? Angkat wajahmu pandang lawan bicaramu, lakukan itu saat kita di hadapan wartawan, awas kalau kau terlihat jelek, aku akan menambah utangmu berkali-kali lipat!" Suara Kazumi terdengar lagi, dan Syena terpaksa melakukan apa yang diucapkan oleh Kazumi perlahan. "Ikut aku!" Lagi, Kazumi memberikan perintah, Syena hanya bisa patuh daripada sederet angka akan berdesakan untuk menjadi nominal utangnya dengan pria tersebut. Kazumi segera keluar ruangan itu diikuti Syena. Sesampainya di luar, Alex membicarakan sesuatu di telinga Kazumi dan Syena tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena suaranya sangat perlahan. Beberapa saat kemudian, Kazumi lagi-lagi memberikan perintah pada Syena untuk segera terus mengikutinya. Mereka melintasi pekarangan luas yang ditumbuhi beberapa macam bunga tersebut untuk mencapai gerbang. Benar saja, di luar sangat ramai, dan beberapa kamera mengarah pada mereka ketika gerbang dibuka dan para security yang bekerja di rumah itu sudah siaga berjaga mencegah wartawan itu untuk mendekati Kazumi. "Tuan Kazumi, Anda terlihat di tempat hiburan malam, dan Anda dikatakan sedang membeli seorang gadis dari seorang germo apakah itu benar? Gadis di sebelah Anda itu wanita penghibur Tuan?" Salah satu wartawan itu melontarkan pertanyaan. Dan Syena benar-benar gemetar berada di depan orang banyak dengan kamera mengarah padanya seperti itu. Apa yang harus dikatakannya? Ia benar-benar buta kalimat selain mengangkat wajahnya saja seperti yang diajarkan Kazumi. "Gadis ini calon istri keduaku, seseorang di tempat hiburan itu memaksanya ikut karena menyukainya, istri pertamaku tidak bisa hamil, karena untuk kepentingan penerus keluarga besar Ryutsuki, aku harus menikah lagi agar mendapatkan keturunan, apakah menurut kalian, aku akan diam saja jika melihat calon istriku dijamah pria lain?" Kazumi menjawab pertanyaan sang wartawan, tangannya meraih telapak tangan Syena yang berkeringat dan menggenggamnya erat sehingga semua mata melihat apa yang dilakukannya. Wajah Syena merah. Bukan saja karena para wartawan itu mengambil foto mereka, tapi juga karena genggaman telapak tangan Kazumi di tangannya. Itu bukan sebuah genggaman tangan pria yang menggenggam tangan calon istri seperti yang dikatakan oleh Kazumi tadi, tapi seperti seorang raja yang menggenggam tangan budak agar tidak melarikan diri. "Tuan, sakit...." Syena berbisik meskipun tidak yakin bisikannya didengar oleh Kazumi karena situasi yang berisik. Beberapa wartawan itu kembali melontarkan pertanyaan, dan Kazumi selalu mampu menjawabnya dengan elegan. Benar-benar pria berdarah dingin. Begitu batin Syena dalam rasa sakit yang dirasakannya. "Diam!" Prasangka Syena bahwa Kazumi tidak akan mendengar apa yang dibisikkannya salah, ternyata pria itu mendengar, hingga Syena terpaksa tutup mulut. Membiarkan Kazumi terus menggenggam tangannya meskipun rasanya tangannya akan retak karena genggaman itu. Beberapa saat kemudian, Kazumi mengakhiri sesi wawancara. Ia berbalik dan menarik tangan Syena dengan paksa untuk kembali masuk ke area rumahnya. Pintu gerbang ditutup kembali. Wartawan itu masih bergerombol di sana meskipun Kazumi sudah melakukan klarifikasi. Alex ikut dengan Kazumi dan Syena masuk ke area rumah dan mereka segera melintasi taman itu lagi untuk mencapai rumah utama. Security di luar diminta Kazumi untuk mencegah para wartawan tetap di pintu masuk. Kazumi ingin wartawan itu segera pergi tapi sepertinya security harus bekerja keras karena informasi tentang Kazumi adalah berita yang mampu menaikkan angka penjualan jika dipublikasikan. "Apa yang sedang kau lakukan di depan wartawan itu, Sayang?" Rachel berdiri di hadapan Kazumi dan Syena ketika pintu terbuka saat bertepatan keduanya ingin masuk. "Ini gara-gara kamu! Kalau kamu tidak sembarangan datang ke tempat hiburan, aku tidak mungkin dianggap membeli wanita!" damprat Kazumi sambil membanting pintu setelah ia dan Syena masuk. Syena tertunduk ketika dipandangi Rachel dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pandangan tidak bersahabat, seolah ingin menguliti Syena hidup-hidup. Ini istri pria jutek ini kah? Dia cantik tapi sepertinya berurusan dengan dia bukan hal yang mudah.... Hati Syena bicara demikian sambil menahan napas kala Rachel masih menatapinya seperti tadi. "Jadi wanita ini cuma membantu kamu untuk menjelaskan sesuatu di depan wartawan, kan?" Setelah puas menatapi Syena, Rachel melontarkan pertanyaan itu pada Kazumi. "Dia akan menjadi istri keduaku, Rachel!" "Apa?!" Rachel terkejut dengan penjelasan yang diucapkan oleh suaminya. "Istri kedua?" ulangnya. "Ya. Kau jangan banyak membantah! Ini salahmu, perusahaan akan terancam jika aku tidak menikah dengan Syena, jadi kalian harus rukun di rumah ini sampai batas waktu yang aku tentukan!" "Kazumi!" "Jangan membentak aku!!" Syena sampai mundur ke belakang mendengar pasangan suami istri di hadapannya saling membentak. Rachel mengusap wajahnya dengan kasar berusaha untuk membuat hatinya yang panas karena marah dan cemburu teratasi dengan baik tanpa harus membuat ia mengeluarkan kemarahannya. Perlahan, wanita cantik itu mendekati Kazumi yang masih berdiri dengan wajah merah padam pertanda kemarahannya berkobar seolah membakar semua barang yang ada di ruangan itu. "Sayang, ayolah. Pernikahan kita saja seperti sedang mempermainkan sebuah pernikahan, bagaimana bisa kamu menambah istri lagi? Aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan tadi malam, tapi bisakah kau menghentikan rencana kamu untuk menikah lagi?" Rachel berusaha untuk membujuk, dan Syena seperti orang bodoh tetap berdiri di tempatnya seperti patung penghias ruangan itu saja. Kazumi menatap wajah sang istri dengan tatapan mata yang tajam. "Bertanggung jawab? Apa yang akan kau katakan pada setumpuk wartawan di luar? Ingin mengatakan bahwa kamu tidur dengan pria lain di sana? Sudah bagus tidak ada yang melihat kamu di tempat itu, hanya aku yang terlihat dan aku sial karena kamu!!!" "Aku akan mengatakan bahwa aku yang khilaf ke tempat itu, aku akan bilang -" "Kamu akan bilang kamu ke tempat itu karena kamu merasa kesepian lantaran aku tidak pernah peduli padamu? Iya? Apa kau tahu, jika kau mengatakan hal seperti itu, saham perusahaan akan anjlok?!Awalnya, Syena tidak berani membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya. Namun beberapa saat kemudian, rasa ragu Syena akhirnya musnah. Ia membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya padanya dengan penuh perasaan pula hingga akhirnya keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan mereka satu sama lain dan ketika perasaan itu ingin mendorong mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman, buru-buru Syena dan Kazaya saling menarik diri dengan napas mereka yang memburu.Kazaya mengusap wajahnya yang terasa panas dan ia yakin sekarang ini wajahnya merah begitu juga dengan Syena. "Jadi, apa sekarang kita jadian?" tanya Syena dengan suara perlahan khawatir apa yang dialaminya tadi adalah sebuah mimpi atau hanya sebuah canda Kazaya saja karena pemuda itu biasanya juga sering melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dahulu."Asalkan kamu mau menunggu dulu sebelum akhirnya aku bisa melamar kamu, untuk sekarang aku masih harus menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi."Mendengar Kazaya meru
"Gue suka sama lu, Syena tapi gue tau, itu terlambat, dan-""Kenapa menyukaiku? Dan kenapa kamu baru mengatakan sekarang?" potong Syena hingga membuat Kazaya tidak bisa bicara untuk sejenak karena tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut."Gue kagak tau kenapa gue suka sama lu, tapi mungkin karena lu begitu peduli sama keluarga gue, gue jadi merasa lu itu menganggap penting keluarga gue."Akhirnya, Kazaya menjawab pertanyaan Syena tapi Syena tidak puas dengan jawaban itu. Hingga ia melontarkan pertanyaan yang serupa tentang mengapa Kazaya baru mengatakan hal itu sekarang. "Karena gue benci, Kazumi bilang gue pecundang dan gue kagak suka dikatakan seorang pecundang karena ucapan itu membuat gue kagak berguna.""Jadi, Kazumi yang membuat kamu berpikir kayak sekarang?""Si bodoh itu kagak pernah jatuh cinta tapi dia lebih peka dari gue.""Sebenarnya, aku tahu kamu juga suka sama aku waktu kamu mencium aku di hutan itu."Wajah Kazaya berubah ketika
"Zaya. Enggak ada yang salah dengan pikiran kamu itu. Cari uang dengan mengandalkan bakat itu lumrah, yang enggak boleh dilakukan itu adalah, apapun akan dilakukan demi uang, pikiran kamu waktu dulu itu kan, karena kamu sulit mendapatkan uang, yang penting sekarang kamu udah sadar kalau seni itu juga penting."Dengan bijak, Syena menanggapi apa yang diucapkan oleh Kazaya agar pria itu tidak berlarut-larut dalam keterpurukannya.Kazaya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Syena, hingga situasi di antara mereka senyap untuk beberapa saat.Dan kemudian...."Sampai sekarang, Alex aja kagak bisa melacak keberadaan Kazumi, padahal dia sangat andal melakukan pelacakan, semua sistem informasi yang diberikan oleh Alex pada Kazumi kayaknya kedeteksi, jadi keberadaan Kazumi kagak bisa diketahui di mana, yang jadi masalah, kalo bokap gue nanya dia di mana gue harus bilang apa? Gue benar-benar pusing sekarang.""Jujur aja.""Apa?"Kazaya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh
"Ah, enggak! Aku enggak mikir kayak gitu! Aku cuma ingin kamu lebih melakukan persiapan aja kalau ternyata kamu benar-benar hamil, kan?" kata Moa buru-buru menjelaskan.Wajah Rachel seketika suram mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa mengira Rachel jadi seperti itu karena dirinya."Rachel, apa aku salah bicara?" tanya Moa dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati."Enggak. Enggak ada yang salah. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku mengatakan pada Kazumi bahwa dia ternyata tetap sehat meskipun pernah meminum obat anti kesuburan itu di masalalu? Dia aja enggak bisa dihubungi, rasanya menyedihkan."Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Syena mengusap punggung perempuan itu untuk sekedar menenangkan perasaan Rachel yang pasti terguncang karena kabar Kazumi yang bergabung dengan organisasi mafia tersebut."Yang penting itu kesehatan kamu dan bayimu dulu, kalau kamu sudah yakin kamu itu hamil, kamu bisa menjaga bayi ini dengan baik, masalah Kazumi, Kazaya pasti ak
Rachel terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa tertawa kecil melihat ekspresi mantan istri pertama Kazumi tersebut. "Aku bercanda. Kau tidak perlu ambil hati, sejujurnya aku memang masih merasa cinta sama Kazumi, tapi aku tahu diri, Kazumi tidak pernah suka padaku, jadi aku tidak akan memikirkannya lagi, hanya saja kurasa itu perlu proses, jadi untuk sekarang aku ya masih memikirkan dia, maaf."Moa bicara dengan wajah yang terlihat sangat serius."Kazumi bukan milik siapapun lagi, jadi enggak ada yang bisa melarang siapapun untuk memikirkannya."Rachel menanggapi perkataan Moa, tapi Moa bisa melihat, itu hanya sesuatu yang sekedar diucapkan oleh Rachel saja. Ia bisa melihat, Rachel terlihat cemburu mendengar apa yang diucapkannya tadi hingga Moa sangat yakin, perempuan itu pasti masih sangat mencintai Kazumi."Rachel. Kazumi itu mencintai kamu, jadi kurasa kamu harus memperjuangkan perasaan kamu itu kalau memang kamu masih mencintai dia."Moa b
Jemari tangan Rachel yang sedang merangkai bunga terhenti seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Radit. Radit merasa puas melihat perubahan yang terjadi pada wajah Rachel hingga laki-laki itu melangkah semakin mendekati posisi Rachel berada. "Kamu tidak tahu?" tanyanya setelah ia berada tepat di hadapan Rachel."Kamu ke sini hanya ingin membahas itu? Masih enggak suka juga kamu sama dia?" tanya Rachel beruntun."Rachel, aku peduli sama kamu, aku cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa," kata Radit penuh dengan perasaan khawatir yang ia perlihatkan lewat sorot matanya."Aku dan Kazumi sudah bercerai, Radit. Urusan dia bukan urusanku lagi, jadi tolong pergi saja, jangan ganggu aku lagi!" pinta Rachel tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk lebih banyak bicara lantaran ia sejak dulu memang sudah muak dengan pria tersebut.Namun, tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan oleh Radit cukup membuat ia jadi kepikiran juga. Kazumi bergabung dengan organisasi mafia? Sepertinya tidak
Andreas menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya.Sebenarnya ia sekarang terpancing emosi, akan tetapi, ia tidak mau bertindak gegabah, meladeni kemarahan Kazaya hingga akhirnya pemuda itu bisa saja membuat galerinya hancur."Sebenarnya ada apa? Kamu marah marah seperti ini padaku? Apakah ada yang terjadi pada Kazumi?"Andreas tidak menanggapi ucapan mengandung emosi yang dikatakan oleh Kazaya tadi karena sebenarnya ia yakin bukan itu yang sedang bergolak di otak Kazaya.Kazaya bungkam mendengar pertanyaan Andreas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan untuk sesaat ia tidak tahu harus bicara darimana untuk membeberkan segalanya."Asal kau tahu saja, Zaya. Aku memang dahulu pernah mendapatkan tawaran yang cukup menggiurkan dari Ernesto, bisa membuat lukisanku lebih meluas lagi ke seluruh dunia, namun, aku tidak menerima tawaran itu karena kupikir, aku tidak tega menodai sebuah karya seni."Karena Kazaya tidak kunjung bicara meskipun ia sudah melontarkan pertanyaa
Alex tidak langsung menjawab apa yang diucapkan oleh Kazaya dan berujung pertanyaan tersebut, karena ia memang sesuai yang diucapkan oleh Kazaya, merasa khawatir dengan apa yang sudah diputuskan oleh Kazumi tadi secara tiba-tiba.Hanya saja, karena ia tahu Kazumi tidak akan berbuat sembarangan tanpa berpikir dahulu resikonya, ia percaya apa yang dilakukan oleh Kazumi adalah hal yang memang harus dilakukan oleh majikannya tersebut."Ternyata, lu juga sama aja dengan gue, panik dengan apa yang dilakukan oleh Kazumi," sinis Kazaya yang membuat Alex menghela napas panjang mendengarnya."Iya. Aku akui aku juga sama khawatirnya dengan Tuan, tapi aku yakin, Tuan Kazumi tidak akan sembarangan bertindak, Tuan. Dia pasti sudah merencanakan hal itu dengan baik dan tahu resikonya."Alex akhirnya menanggapi apa yang dikatakan oleh Kazaya, dan itu membuat Kazaya memajukan bibirnya."Meskipun resikonya dipenggal?""Semoga Tuan Kazumi baik-baik saja."Alex tidak berani berpikir bahwa Kazumi akan dipe
"Gue cuma kagak mau ada orang lain yang terkena masalah karena keluarga kita!" jelas Kazaya dan itu membuat Kazumi tersenyum kecut meskipun ia sesekali mengerenyit menahan sakit karena luka yang dideritanya membuat punggungnya terasa perih."Peduli juga tidak apa-apa, kau memang harus melakukan hal itu padanya, sebelum terlambat.""Berisik!""Tuan. Ada laporan dari rekanku, katanya mereka sedang bentrok dengan anak buah Yurata."Saat Kazumi dan Kazaya bertengkar, Alex bicara seperti itu hingga pertengkaran yang terjadi pada saudara kembar itu terhenti seketika."Di mana mereka sekarang?"Baru saja Kazumi melontarkan pertanyaan itu pada Alex, tiba-tiba saja dari arah atas mereka terdengar suara seseorang memanggil, hingga mereka mendongakkan kepala mereka untuk mencari tahu siapa yang sedang memanggil mereka."Itu mereka!" kata Alex sambil mengarahkan telunjuknya ke atas. Sebuah tali terjulur dari atas dan tali itu bukan tali biasa tapi tali yang biasa digunakan oleh seseorang yang se