Beranda / Thriller / DIA ATAU DIA / Bab 19: Luka yang tak terlihat

Share

Bab 19: Luka yang tak terlihat

Penulis: itzjane
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 20:13:49

Mobil melaju dengan cepat di jalanan sepi, hanya ditemani cahaya bulan yang samar-samar menyinari malam. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya terdengar deru mesin dan napas mereka yang masih memburu setelah kejadian tadi.

Aidan duduk di kursi belakang bersama Rin, sementara Luca mengemudi dengan ekspresi serius. Luka di bahu Aidan masih mengeluarkan darah, tetapi dia tetap menahan sakit tanpa mengeluh.

Rin menatapnya dengan mata yang penuh kekhawatiran. Dengan tangan gemetar, dia merobek sedikit ujung bajunya dan menekan luka Aidan agar pendarahan berhenti.

“Aku baik-baik saja,” kata Aidan, meskipun wajahnya pucat.

“Jangan berbohong,” Rin mendesis pelan. “Aku tahu kau kesakitan.”

Aidan hanya tersenyum tipis, meskipun matanya menunjukkan kelelahan yang luar biasa. “Selama kau aman, itu sudah cukup untukku.”

Hati Rin terasa diremas. Lelaki ini… selalu menomorsatukan dirinya, bahkan saat nyawanya sendiri dalam bahaya.

Luca melirik ke kaca spion dan mendengus. “Kalau kalian mau rom
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • DIA ATAU DIA   Bab 24: Cinta yang kutemukan

    Rin berdiri di depan rumah Aidan. Tangannya gemetar, jantungnya berdegup kencang. Selama ini, dia selalu menghindari perasaannya sendiri. Tapi sekarang, dia tidak bisa lagi bersembunyi. Dia harus mengatakannya. Dia mengetuk pintu perlahan. Tidak lama kemudian, Aidan muncul di ambang pintu. Mata coklatnya yang teduh menatap Rin dengan penuh keterkejutan. "Rin?" suaranya serak, seolah tidak percaya Rin ada di sini. "Hai, Aidan..." Rin tersenyum kecil, tetapi hatinya berdebar tak karuan. Aidan terdiam sejenak sebelum akhirnya melangkah ke samping, memberi isyarat agar Rin masuk. Rin melangkah masuk ke dalam rumah yang begitu familiar. Tempat di mana dia menghabiskan begitu banyak waktu bersamanya dulu. Semua kenangan itu kembali menyeruak dalam pikirannya—tawa mereka, perbincangan panjang, perlindungan yang selalu Aidan berikan. Aidan berjalan ke dapur dan kembali dengan segelas air. "Kau kelihatan lelah," ujarnya sambil menyodorkan gelas itu. Rin mengambilnya, tetapi tidak

  • DIA ATAU DIA   Bab 23: Antara luka dan cinta

    Rin duduk termenung di tepi jendela, memandangi hujan yang turun perlahan. Di luar, jalanan basah diterangi lampu jalan yang temaram, menciptakan suasana yang sepi dan sendu—persis seperti hatinya saat ini.Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Luca semalam. "Aku akan tetap di sini, menunggumu."Kenapa kata-kata itu begitu mengguncang perasaannya? Kenapa bayangan Aidan juga terus menghantuinya?Rin menarik napas dalam, mencoba menenangkan hatinya yang kacau. Tetapi sekeras apa pun dia mencoba, ada sesuatu yang terasa janggal. Sesuatu yang membuatnya gelisah.Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk. Rin tersentak dari lamunannya.“Rin, boleh aku masuk?” Suara Luca terdengar dari balik pintu.Rin menelan ludah. Setelah pernyataan cinta Luca semalam, ia merasa canggung untuk menatapnya lagi. Namun, menolak Luca juga terasa salah.“Masuklah,” jawabnya, mencoba terdengar biasa.Luca melangkah masuk dengan senyum lembut, tetapi matanya menyiratkan kekhawatiran. Dia berjalan mendekati Rin dan berdir

  • DIA ATAU DIA   Bab 22:pilihan yang membelenggu

    Malam semakin larut, dan Rin masih duduk di ayunan taman sekolah. Hembusan angin dingin menyentuh kulitnya, membuatnya sedikit menggigil, tetapi dia tetap di sana. Bukan karena dia menyukai udara malam, tetapi karena pikirannya terlalu penuh untuk membawanya kembali ke asrama.Bayangan wajah Luca dan Aidan bergantian muncul dalam benaknya. Kata-kata mereka terus terngiang-ngiang, seolah berusaha merebut ruang dalam hatinya. Rin memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri. Namun, usaha itu sia-sia.“Apa aku terlalu egois?” gumam Rin pada dirinya sendiri.Dia merasa bersalah kepada keduanya. Luca, dengan tatapan matanya yang tulus dan senyum hangatnya, selalu ada di saat dia merasa kehilangan arah. Lelaki itu memberinya rasa aman, meski dalam kondisi yang jauh dari kata normal.Dan Aidan… sahabat kecilnya yang selalu melindunginya. Aidan tahu segalanya tentang Rin, mulai dari kebiasaannya yang aneh hingga mimpi-mimpi kecil yang pernah dia ceritakan saat mereka masih kecil.“Kenapa aku

  • DIA ATAU DIA   Bab 21:Perasaan yang tak terucap

    Rin duduk di bangku taman sekolah, menatap kosong ke arah langit senja. Cahaya oranye keemasan membias di wajahnya, namun pikirannya melayang jauh. Sejak perpisahannya dengan Aidan, hatinya terasa kosong. Dia mencoba untuk tidak memikirkannya, tapi bayangan laki-laki itu terus muncul dalam benaknya.Luca yang duduk di sampingnya menatapnya dengan tatapan serius. “Kau sudah melamun sejak tadi. Apa yang kau pikirkan?”Rin tersentak dari lamunannya dan tersenyum kecil. “Tidak ada,” jawabnya singkat.Luca menghela napas, jelas tidak percaya. “Rin, aku bukan orang yang suka mendesak. Tapi, kau tahu kan? Aku selalu ada kalau kau ingin bercerita.”Rin menatap Luca. Mata biru kehijauannya berkilat lembut dalam cahaya senja, memberi kehangatan yang aneh di hatinya. Selama ini, Luca selalu menjadi tempatnya bersandar, memberikan kenyamanan yang dia butuhkan.Namun, ada sesuatu yang berbeda.Aidan.Nama itu muncul dalam pikirannya lagi. Rin menghela napas dalam, mencoba mengabaikannya.Luca tiba

  • DIA ATAU DIA   Bab 20: Janji yang tak terucap

    Angin malam berhembus lembut, membawa aroma tanah basah setelah hujan. Rin berdiri di depan Aidan, menatap matanya dengan penuh kebimbangan. Tangannya gemetar saat dia mencoba menggenggam jemari Aidan, seolah takut jika dia melepaskan, segalanya akan hilang begitu saja."Aidan..." suara Rin lirih, hampir tenggelam dalam hembusan angin. "Aku... aku tak tahu harus bagaimana."Aidan menatapnya dengan lembut, matanya penuh ketenangan yang selama ini selalu membuat Rin merasa aman. "Jangan takut, Rin," ujarnya, suaranya hangat seperti biasanya. "Aku di sini.""Tapi... bagaimana jika kita tak bisa bertemu lagi? Bagaimana jika semuanya berubah setelah ini?" Rin menggigit bibir bawahnya, menahan gemuruh di dadanya.Aidan tersenyum kecil, meskipun ada kesedihan di matanya. "Dengar, Rin. Tidak peduli seberapa jauh kita terpisah, hatiku akan selalu bersamamu. Kau tahu itu, kan?"Rin menatapnya lekat-lekat. Dia ingin percaya, sungguh. Tapi ada sesuatu dalam hatinya yang membuatnya begitu takut. S

  • DIA ATAU DIA   Bab 19: Luka yang tak terlihat

    Mobil melaju dengan cepat di jalanan sepi, hanya ditemani cahaya bulan yang samar-samar menyinari malam. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya terdengar deru mesin dan napas mereka yang masih memburu setelah kejadian tadi.Aidan duduk di kursi belakang bersama Rin, sementara Luca mengemudi dengan ekspresi serius. Luka di bahu Aidan masih mengeluarkan darah, tetapi dia tetap menahan sakit tanpa mengeluh.Rin menatapnya dengan mata yang penuh kekhawatiran. Dengan tangan gemetar, dia merobek sedikit ujung bajunya dan menekan luka Aidan agar pendarahan berhenti.“Aku baik-baik saja,” kata Aidan, meskipun wajahnya pucat.“Jangan berbohong,” Rin mendesis pelan. “Aku tahu kau kesakitan.”Aidan hanya tersenyum tipis, meskipun matanya menunjukkan kelelahan yang luar biasa. “Selama kau aman, itu sudah cukup untukku.”Hati Rin terasa diremas. Lelaki ini… selalu menomorsatukan dirinya, bahkan saat nyawanya sendiri dalam bahaya.Luca melirik ke kaca spion dan mendengus. “Kalau kalian mau rom

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status