Rin berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang tampak begitu biasa. Pagi itu, seperti hari-hari lainnya, ia siap berangkat ke sekolah. Namun, sesuatu terasa berbeda, seakan dunia sedang menantinya untuk melakukan sesuatu besar. Tapi Rin tidak tahu apa yang akan terjadi, atau bahkan mengapa ia merasa begitu.Aidan, sahabatnya sejak kecil, selalu ada untuknya. Mereka seperti dua sisi mata uang yang tak pernah terpisahkan. Rin tahu betul bahwa Aidan selalu ada, menyokongnya tanpa perlu diminta. Aidan bukan hanya sahabat, tapi lebih dari itu, dia adalah seseorang yang selalu memahami dirinya tanpa kata-kata. Bahkan ayah Rin menyukai Aidan, sering kali menyebutnya sebagai calon menantu yang ideal.Namun, Rin tak pernah melihat Aidan lebih dari sekadar sahabat. Ia terlalu terbiasa dengan kehadiran Aidan, dan perasaan itu tak pernah berkembang menjadi sesuatu yang lebih. Meski Rin tahu Aidan menyimpan perasaan terhadapnya, dia memilih untuk mengabaikan perasaan itu, karena ia tak
Huling Na-update : 2025-02-03 Magbasa pa