Share

6. sedih

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 07:28:50

Terbangun di pagi hari dan menyadari kalau tempat tidurku sudah sepi, hanya jejak bekas tidur Mas Hengki yang masih terasa, aroma tubuh dan parfumnya masih tertinggal di bantal. Entah kenapa, setiap kali meninggalkan tempat tidur, tiap kali meninggalkan rumah, dia tak lagi berpamitan dan mencium diri ini.

Aku meringkuk sambil merangkul diri, kasur ini terasa dingin, dengan gaun tidur yang masih melekat, aku tetap merasa dingin dan kesepian. Jujur saja, aku merindukan kasih sayang. Aku merindukan suamiku, bukan hanya sosoknya... aku merindukan dia yang dulu, yang romantis dan penuh cinta.

Kupejam mata sembari mencoba mengingat kembali kapan terakhir kali ranjang kami memanas oleh cinta dan pergumulan penuh kasih antara aku dan dia. Dan ya, itu sudah lama, lama sekali bahkan, sampai aku lupa bahwa aku juga wanita biasa yang memerlukan perhatian dan cinta.

Andai kami tidak terlalu sibuk dengan rutinitas masing-masing, mungkin ini tidak akan terjadi. Andai aku mampu mengisi kekosongan hati suamiku sampai kasih sayangnya meluber tumpah ruah, mungkin dia tidak akan mencari hiburan di luar sana. Tapi, apakah ini sepenuhnya salahku? Tidak, dialah yang bersalah karena tidak bisa mengendalikan dirinya.

**

"Aku lupa sarapan, bisakah kamu mampir ke kantor dan membawakan kotak bekal?" Tiba-tiba dia menelponku dan minta dibawakan makanan, biasanya dia akan makan siang di kantin kantornya atau keluar bersama teman-temannya, tapi, entah kenapa tiba-tiba minta dibawakan bekal.

"Baik, Kamu mau makan apa Mas?"

"Hmm, apa saja, yang penting masakanmu."

"Apa ini caramu untuk mengambil hatiku? Apa ini caramu untuk membuatku terhibur dengan membuatku merasa masih dibutuhkan?"

"Aku tidak berpura-pura membutuhkanmu karena sejatinya aku memang butuh, sungguh, aku bergantung padamu," jawabnya dengan nada bergetar.

"Jam berapa?"

"Bawakan saja setelah salat zhuhur."

"Baiklah, akan kukirimkan."

"Tidak, sekalian kamunya yang datang. Aku ingin nunjukin sesuatu," balasnya sambil mengucapkan salam dan izin untuk menutup panggilan kami.

*

Pukul 12.00 siang aku bersama kotak bekal di tangan menyusuri taman luas di depan tower kantor suamiku. Kantor bursa saham, Di mana pusat perekonomian juga ada di sini.

Aku hendak naik ke lantai 5 di mana kantor Mas Hengki berada, tapi baru tiba di lobby utama aku sudah terkejut bukan main.

Bagaimana tidak kulihat Mas Hengky sedang berdebat dengan Cantika, di sudut paling jauh loby samping, wanita itu menangis dan ingin memegang tangan suamiku, tapi suamiku terus menepis dan hendak mengusirnya dari tempat itu. Aku yang memantau dari kejauhan hanya bisa menarik nafas panjang dan mengelus dadaku sendiri.

"Ada apa itu? Kenapa Mas Hengky tidak mengendalikan Cantika agar tidak sampai datang ke kantor ini!" Astaga, ini tidak bisa dibiarkan. Aku membatin dan mendekat pada mereka sampai bisa mendengar percakapannya.

"Mas!"Cantika seperti memohon.

"Pergilah Cantika, kita bicara nanti. Jangan datang ke sini karena ini adalah tempat pekerjaanku."

"Aku putus asa mencarimu, aku... harus bagaimana!" Wanita itu menangis dan air matanya bercucuran seperti hujan deras, Kenapa Mas Hengky menghardiknya jika memang selama ini wanita itu adalah anak magang di kantor tersebut.

Apa masalah yang kita lihat begitu cemas dan ketakutan, apa dia telah membohongiku tentang latar pekerjaan Cantika?

"Mas, kunjungi aku dan temui aku!"

"Iya nanti!"

"Jangan menghindar Mas ...aku nggak bisa diginiin!"

"Cantika! Jika kamu terus memaksakan diri seperti ini maka aku terpaksa harus melapor pada pihak berwenang!"

"Melapor? Melapor katamu?! Silakan saja lapor, ayo lapor!!" Tentang wanita itu sambil mendorong-dorong mas Hengky di bagian dadanya. Pria yang dipukul dan didorong itu hanya terdiam sambil terus berusaha melerai Cantika.

"Jika kau melaporkanku maka akan kuungkap semua perbuatan dan aibmu! Jika aku harus terseret dan jatuh maka akan kubawa kau bersamaku!" Balas wanita itu sambil mengusap air matanya.

"Cantika!"

"Sekarang juga aku akan ke kampus anakmu Dan kukatakan kalau aku adalah calon ibu tirinya!"

"Cantika!!!" Hari ini Mas Hengky berteriak dan beberapa orang langsung menatap mereka.

Dia nampak sangat marah dan merah padam wajahnya, segera menarik nafas dan berusaha mengendalikan dirinya.

"Dengar, pergilah sekarang akan kutemui kau dalam satu jam!" desis lelaki itu sambil menahan kesabaran ya.

"Kau yakin!"

"Iya, pergilah." Mas Hengki menjawab sambil mendorong wanita itu keluar dari pintu lobi, keluar dari pintu Timur yang berlawanan dengan arah masukku tadi.

Dia tidak menyadari kalau aku berdiri tepat di belakangnya, tepat di punggung pria yang sedang panik dan mengusir kekasihnya itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN    ending.

    Melalui pengacara di mana aku sudah tak mau lagi bertemu dengan Mas hengki, aku menggugat perceraian dan meminta dia untuk membagikan harta gono gini dengan adil. sekalipun lelaki itu mati-matian ingin berjumpa denganku tapi aku tak sudi bertemu dengannya. tentang anak-anak aku tidak perlu mengkhawatirkannya karena mereka sudah dewasa dan bisa menentukan mau ikut siapa. mereka tidak harus memilih mereka bisa datang padaku atau ayahnya kapan saja mereka inginkan. 3 bulan setelah perceraian. Matahari pagi menyapa dengan lembut, menyapa aku yang baru saja bangun dari tidur. Cahaya mentari menembus celah gorden tipis, menari-nari di dinding kamar. Aku tersenyum. Udara pagi di kota ini terasa segar, berbeda dengan hiruk pikuk Jakarta yang selalu mencengkeram jiwa. Aku menghirup udara dalam-dalam, mencoba menikmati ketenangan yang selama ini kucari. Ini adalah hari ke-100 sejak aku meninggalkan Hengky. 100 hari yang terasa begitu singkat, namun begitu penuh makna. 100 hari yang mengajar

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN    39

    Mentari pagi menyapa dengan lembut, udara segar masuk melalui tirai jendela kamar hotelku yang mewah. Aku tertidur pulas dalam mimpi yang tenang untuk pertama kalinya tidak harus terbangun oleh alarm dan segera melakukan rutinitas pagi untuk menyiapkan sarapan anggota keluarga. Untuk pertama kalinya aku bisa bernapas dan tidur tenang untuk diriku sendiri. Setelah bangkit dari tempat tidur aku membuka jendela dan menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara pantai yang menyegarkan seakan ingin menyingkirkan segala beban yang selama ini menumpuk di hatiku. Aku tahu persis meski aku sudah berumur 40 tahun tapi aku masih memiliki paras yang menawan serta tubuh yang sehat. Mungkin aku harus memutuskan untuk pergi dan memulai kehidupanku sendiri. Aku tahu ada konsekuensi saat harus meninggalkan rumah dan meninggalkan Mas Hengky, saat suamiku tak kunjung memberikan kebahagiaan dan malah menambah kerumitan kuputuskan untuk mencari kebahagiaanku sendiri. Ditambah sekarang Cantika sudah hadir

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN    38

    Melihat uminya Nathan pergi begitu saja aku jadi panik dan gelisah. Aku tahu ada perubahan dalam gesture wajah dan tatapan matanya saat dia menyeret kopernya pergi. Wanita itu seakan bukan istriku, dia butuh kemerdekaan dari hubungannya denganku, dan aku tahu persis Haifa mulai ingin lepas dari semua ini.Hanya aku yang bisa menyelamatkan keadaan dan keluargaku bila aku tidak bisa berpikir bijak dan bertindak maka aku akan kehilangan kedua wanita itu. Bahkan anak-anak dan keluargaku.**Aku terbangun dengan perasaan hampa yang menggerogoti hati, ketidakhadiran Haifa dan kekosongan kamar ini menularkan dingin dan kosong ke hatiku. Rumah kopi yang biasa diseduh hari haifa hari ini tidak tercium. Sana rumah terasa sepi dan hampa, saya akan tempat ini hanya kuburan saja. Saya turun ke lantai bawah dan menuju ke meja makan, tidak ada apapun di sana. Tidak ada secangkir kopi atau sarapan yang dibuat dengan penuh cinta, atau hal yang paling sederhana satuan Haifa yang selalu membangkitkan

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN    37

    "Aku mulai mengerti maksud perkataan Mbak Haifa sekarang!"Bahkan setelah aku tiba di kamar utama, masih kudengar percakapan antara Cantika dan Mas Hengky di teras rumah. Wanita itu belum pergi juga dan masih sibuk mengumbar kemarahannya pada suamiku. "Aku mengerti bahwa Mbak Haifa ingin aku menyingkir sendiri dari hubungan kalian! Dia ingin mendorongku untuk meninggalkanmu!" "Sudahlah, Jangan salah paham begitu! Haifa sedang marah jadi dia tidak tahu apa yang dia ucapkan." "Aku tidak salah paham Mas...dia mengatakannya dengan jelas, aku memang benalu, aku merusak segalanya tapi aku tidak meragukan perasaanku padamu. Aku tulus Mas!" Dia mulai menangis sementara aku menatapnya dari jendela balkon lantai dua."... Aku tidak bisa memaksa seseorang untuk menyukaiku, dan aku tidak berdaya mengendalikan keadaan selanjutnya. Istrimu akan terus mengganggu hidupku, merusak suasana dan menimbulkan kekacauan dalam keluargaku. Dia akan memberikan pembalasan dendam yang pantas untuk perbuatanku

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN    36

    Suasana tiba-tiba berubah menjadi begitu canggung dan memalukan, wanita itu hanya tersenyum canggung sambil memegang bagian belakang lehernya. "Maaf, boleh saya pergi.""Bagaimana kabar Cantika? Tempo hari dia datang ke rumah dan memaksa kami untuk membagi waktu dengan adil. Dia juga mengancam akan membuat aku dan suamiku bercerai bila Mas Hengky tidak menuruti keinginannya.""Kurasa kau tidak perlu membahas ini di tempat umum," desis wanita itu."Memang tidak boleh, tapi aku tidak pernah punya kesempatan bertemu denganmu. Kau harus tahu perilaku anakmu Dan mungkin kau akan memperbaikinya.""Aku sudah sering bicara pada Cantika.""Berhasil mendapatkan suamiku saja dia belum puas, dia ingin menguasai semuanya," ujarku yang membuat sahabatku Sabrina langsung menggenggam tangan ini dan mengajakku mundur. "Hehe, sudah sudah, nanti bicara lagi, banyak orang yang belum kita temui, mari kita membaur," ajak Sabrina sambil menyeretku menjauh. Suasana benar-benar sudah tidak nyaman karena or

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN    35

    Berkat kemarahan itu seisi rumah menjadi begitu hening, anak-anak tetap di kamarnya dan aku juga masih setia di peraduanku. Membaca buku dan bermain ponsel. Aku mengabaikan keberadaan Mas Hengky yang biasanya selalu ingin ditemani untuk menghabiskan waktu dan menonton TV. Di hari-hari biasa kami akan berkumpul di ruang keluarga, bercanda tertawa dan berbagi cerita, tapi sekarang suasananya berubah, terbalik seakan-akan aku dan dia tak begitu saling mengenal, anak-anak kami hanya seperti anak-anak yang kebetulan datang ke dunia ini, seperti tidak terlalu dekat pada ayah dan ibunya. Brak!Suara pintu terbuka keras, Aku menoleh dan mendapati suamiku berdiri di sana. Dia menatapku sambil berkacak pinggang dan menghela nafasnya. "Apa kemarahanmu sudah reda?""Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti bagaimana kehidupan kalian setelah ini. Rumah ini berubah jadi kuburan dan dapur tidak berisi makanan. Aku lapar.""Kamu bisa pesan makanan karena anak-anak sudah pesan makanan untuk diri mere

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status