Keluargaku yang bahagia seketika kacau dengan kehadiran seorang wanita yang mengaku sebagai kekasih suamiku, namanya Cantika, dia sekretaris dan pengelola keuangan yang handal. Wanita itu cantik dan masih muda, dia mengaku ingin menikah dengan suamiku karena sudah dijanjikan dan dia menolak untuk diabaikan. Bukan cuma menekan Mas Hengky, dia juga berusaha untuk mengganggu putriku dan menggoda putra sulungku Nathan, dia berusaha menjerat anakku dan membuatnya jatuh cinta demi menyakiti ayahnya. perjuanganku untuk mempertahankan keluarga sangatlah sulit karena wanita itu menolak ditinggalkan oleh suamiku.
Lihat lebih banyakKUKIRA CALON MANTU TERNYATA SIMPANAN SUAMIKU.
** Entahlah, dari mana asal mula kehancuran dan badai besar yang menimpa keluarga kami, semua baik-baik saja sampai rutinitas Mas Hengki berubah. Pertemuan mingguan, agenda main golf dengan para atasan, bertemu teman dan rapat klien berujung pada kerepotan yang akan menular ke semua anggota keluarga. Sebagai istri yang selalu memegang prinsip dan yakin pada keimananku sendiri, aku juga percaya bahwa suamiku memelihara kepercayaan dan cinta kami. Aku yakin sehari-hari dia hanya mencari nafkah lalu kembali pada keluarga dan anak-anaknya. Aku tidak pernah percaya gosip dan isu, tidak pernah juga ikut menimbrung dalam percakapan ibu ibu arisan tentang dan kabar yang beredar perihal suami-suami kami yang mulai mencari hiburan di luar sana. Figur suamiku adalah dia yang membangun citra dirinya sebagai pria yang berwibawa, taat agama dan tidak neko neko. Prinsip yang selalu membuatku bangga bersamanya adalah kejujuran dan bagaimana dia memegang kepercayaan orang lain. Dia bilang, "Selama kau percaya padaku dan keimananku maka semuanya akan baik-baik saja. Yang paling penting bagiku adalah keyakinan istriku, jika aku kehilangan kepercayaanmu maka hidupku hancur." Ya, ucapannya adalah acuan hidupku, bertahun-tahun aku hidup dengan kepercayaan itu, dengan segala keyakinan dan kebanggaan bahwa suamiku setia. Tak tahunya, di belakang sana, selagi aku yakin dengan cintanya orang-orang ramai menertawaiku. Menertawai betapa aku sangat naif dan bodoh. Dalam suatu hari badai itu datang ke rumah kami, datang dalam bentuk wanita cantik yang masih muda, dia mirip selebgram yang ramai dipuji karena kecantikan dan perawatan dirinya. Rambutnya tergerai panjang dan berkilau, kulitnya putih bersih bak gambaran bidadari dalam buku-buku ahli surga. Dia mengucapkan salam dan tersenyum lebar, ucapannya seperti denting mutiara yang berhamburan ke lantai. Dia terdengar lembut, mendayu dan sopan. "Assalamualaikum." "Walaikum salam, siapa yaa." Aku senang begitu melihat wanita cantik berdiri di depan pintu rumah. Tiba-tiba perasaan ini membuncah dipenuhi oleh perasaan bangga, kan aku pikir dia adalah kekasih putraku. Putra yang selama ini pendiam dan pemalu tiba-tiba punya kekasih yang amat sangat cantik. Tapi dugaanku salah! "Kamu siapa?" "Cantika lestari." "Kamu temannya Nathan?" Aku hanya menyebut nama putraku yang kini duduk di semester 3. Dia punya adik namanya Betari. "Enggak Mba, saya bukan anak kuliahan. Saya sudah bekerja di antor di bilangan Diponegoro." Tempat yang disebutkannya adalah deretan kantor-kantor dan gedung pencakar langit, pusat bisnis dan tempat yang selalu digambarkan sebagai tempat orang-orang yang bergaji besar dan kaya. Dilihat dari atas ke bawah, ia benar-benar sempurna, pakaiannya kaftan berwarna pink dengan detail tulle dan tali di pinggang. Di tangannya dia menjinjing tas merk Bottega. Masya Allah, Aku yakin dia juga anak orang kaya dengan perawatan badan yang tidak murah. "Lalu apa keperluan Cantika, sepertinya kamu panggil saya tante saja, karena umur kita sangat jauh berbeda," ucapku pada gadis muda itu dengan senyum dan gestur badan yang masih kuusahakan untuk tetap ramah dan tidak curiga sama sekali. "Engga Mba, saya panggil Mbak saja agar lebih akrab." "Baiklah, kamu ada perlu apa?" "Saya mencari Mas Hengki." "Mas?" Aku terkejut dan tiba-tiba pikiranku blank, aku mengambang antara bingung kenapa seorang gadis muda yang sepertinya seumuran putriku Betari, tiba-tiba memanggil suamiku dengan sebutan 'mas. "Iya, saya mencari Mas Hengki." Wanita yang kupikir tadinya adalah calon menantu tiba-tiba memanggil suamiku dengan sebutan seakrab itu, aku jadi deg degan dan sedikit gemetar. Ada sedikit rasa tak nyaman dan sensasi tak tenang di telapak tanganku, aku juga merasa panas dingin, ketar ketir entah kenapa. Seperti sebuah firasat buruk. "Ada keperluan apa, Dik Cantika?" "Dia telah mengabaikanku, dia mengambil manfaat dariku lalu mencampakan diri ini begitu saja!" Deg! Jantungku seakan dipaksa berhenti lalu mendadak aktif tiba-tiba butuh. "Mengambil manfaat apa Dik?" Sampai detik itu aku masih berusaha berpikiran positif, kupikir mas Hengky telah menipu uang Gadis itu atau menyuruhnya bekerja tanpa membayarnya. Aku berusaha berpikir dengan jernih dan tidak segera mengarahkan akalku ke hal-hal buruk. "Manfaat apa lagi, Mbak. Apa Mbak nggak ngerti?" "Ga dik." "Mba, entah harus mulai dari mana tapi hubungan kami sudah berkembang jauh dan sulit dihentikan." "Hubungan?" "Iya. Mbak pikir Mas Hengki tiap sore bertemu dengan kliennya atau selalu rapat sepanjang Minggu? Enggak Mba! Dia sama aku!" Aku belum pernah mendengar petir yang begitu menggelegar di sekitarku, tapi kabar yang datang kali ini seperti dentuman guntur, seperti puncak batu yang berguguran dan tepat di atas kepalaku, seperti anak panah yang menancap ke jantung, ada badai yang tiba-tiba mendesing di telinga dan membuatku goyah seketika. Aku mau pingsan andai tidak segera mengucapkan istighfar dan mengusap dadaku. "Dia sama kamu ngapain?" Wanita itu tiba-tiba turun dari posisi duduknya dan bersujud di lututku, dia minta maaf dan mulai berurai air mata. "Apalagi yang bisa aku gambarkan mba? Menjanjikan pernikahan dan memperlakukan diri ini seperti istri. Aku minta maaf atas kelancangan dan kejujuranku ini tapi aku benar-benar terpaksa." "Lalu apa yang kau harapkan?" Wanita itu terdiam, matanya yang indah menatap mataku lalu ia segera mengusap lelehan bening yang ada di pipinya. "Karena lelaki itu telah meyakinkan dan membangun kepercayaanku, dia menjanjikan pernikahan, jadi dia harus menepatinya!" Secara tiba-tiba suamiku pulang, dan bertemulah kami bertiga di ruang tamu. Jangan tanya saat ekspresi Mas Hengky tiba-tiba berubah, dia menatapku dan Cantika secara bergantian lalu lelaki itu seperti kesusahan menelan ludahnya sendiri.Melalui pengacara di mana aku sudah tak mau lagi bertemu dengan Mas hengki, aku menggugat perceraian dan meminta dia untuk membagikan harta gono gini dengan adil. sekalipun lelaki itu mati-matian ingin berjumpa denganku tapi aku tak sudi bertemu dengannya. tentang anak-anak aku tidak perlu mengkhawatirkannya karena mereka sudah dewasa dan bisa menentukan mau ikut siapa. mereka tidak harus memilih mereka bisa datang padaku atau ayahnya kapan saja mereka inginkan. 3 bulan setelah perceraian. Matahari pagi menyapa dengan lembut, menyapa aku yang baru saja bangun dari tidur. Cahaya mentari menembus celah gorden tipis, menari-nari di dinding kamar. Aku tersenyum. Udara pagi di kota ini terasa segar, berbeda dengan hiruk pikuk Jakarta yang selalu mencengkeram jiwa. Aku menghirup udara dalam-dalam, mencoba menikmati ketenangan yang selama ini kucari. Ini adalah hari ke-100 sejak aku meninggalkan Hengky. 100 hari yang terasa begitu singkat, namun begitu penuh makna. 100 hari yang mengajar
Mentari pagi menyapa dengan lembut, udara segar masuk melalui tirai jendela kamar hotelku yang mewah. Aku tertidur pulas dalam mimpi yang tenang untuk pertama kalinya tidak harus terbangun oleh alarm dan segera melakukan rutinitas pagi untuk menyiapkan sarapan anggota keluarga. Untuk pertama kalinya aku bisa bernapas dan tidur tenang untuk diriku sendiri. Setelah bangkit dari tempat tidur aku membuka jendela dan menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara pantai yang menyegarkan seakan ingin menyingkirkan segala beban yang selama ini menumpuk di hatiku. Aku tahu persis meski aku sudah berumur 40 tahun tapi aku masih memiliki paras yang menawan serta tubuh yang sehat. Mungkin aku harus memutuskan untuk pergi dan memulai kehidupanku sendiri. Aku tahu ada konsekuensi saat harus meninggalkan rumah dan meninggalkan Mas Hengky, saat suamiku tak kunjung memberikan kebahagiaan dan malah menambah kerumitan kuputuskan untuk mencari kebahagiaanku sendiri. Ditambah sekarang Cantika sudah hadir
Melihat uminya Nathan pergi begitu saja aku jadi panik dan gelisah. Aku tahu ada perubahan dalam gesture wajah dan tatapan matanya saat dia menyeret kopernya pergi. Wanita itu seakan bukan istriku, dia butuh kemerdekaan dari hubungannya denganku, dan aku tahu persis Haifa mulai ingin lepas dari semua ini.Hanya aku yang bisa menyelamatkan keadaan dan keluargaku bila aku tidak bisa berpikir bijak dan bertindak maka aku akan kehilangan kedua wanita itu. Bahkan anak-anak dan keluargaku.**Aku terbangun dengan perasaan hampa yang menggerogoti hati, ketidakhadiran Haifa dan kekosongan kamar ini menularkan dingin dan kosong ke hatiku. Rumah kopi yang biasa diseduh hari haifa hari ini tidak tercium. Sana rumah terasa sepi dan hampa, saya akan tempat ini hanya kuburan saja. Saya turun ke lantai bawah dan menuju ke meja makan, tidak ada apapun di sana. Tidak ada secangkir kopi atau sarapan yang dibuat dengan penuh cinta, atau hal yang paling sederhana satuan Haifa yang selalu membangkitkan
"Aku mulai mengerti maksud perkataan Mbak Haifa sekarang!"Bahkan setelah aku tiba di kamar utama, masih kudengar percakapan antara Cantika dan Mas Hengky di teras rumah. Wanita itu belum pergi juga dan masih sibuk mengumbar kemarahannya pada suamiku. "Aku mengerti bahwa Mbak Haifa ingin aku menyingkir sendiri dari hubungan kalian! Dia ingin mendorongku untuk meninggalkanmu!" "Sudahlah, Jangan salah paham begitu! Haifa sedang marah jadi dia tidak tahu apa yang dia ucapkan." "Aku tidak salah paham Mas...dia mengatakannya dengan jelas, aku memang benalu, aku merusak segalanya tapi aku tidak meragukan perasaanku padamu. Aku tulus Mas!" Dia mulai menangis sementara aku menatapnya dari jendela balkon lantai dua."... Aku tidak bisa memaksa seseorang untuk menyukaiku, dan aku tidak berdaya mengendalikan keadaan selanjutnya. Istrimu akan terus mengganggu hidupku, merusak suasana dan menimbulkan kekacauan dalam keluargaku. Dia akan memberikan pembalasan dendam yang pantas untuk perbuatanku
Suasana tiba-tiba berubah menjadi begitu canggung dan memalukan, wanita itu hanya tersenyum canggung sambil memegang bagian belakang lehernya. "Maaf, boleh saya pergi.""Bagaimana kabar Cantika? Tempo hari dia datang ke rumah dan memaksa kami untuk membagi waktu dengan adil. Dia juga mengancam akan membuat aku dan suamiku bercerai bila Mas Hengky tidak menuruti keinginannya.""Kurasa kau tidak perlu membahas ini di tempat umum," desis wanita itu."Memang tidak boleh, tapi aku tidak pernah punya kesempatan bertemu denganmu. Kau harus tahu perilaku anakmu Dan mungkin kau akan memperbaikinya.""Aku sudah sering bicara pada Cantika.""Berhasil mendapatkan suamiku saja dia belum puas, dia ingin menguasai semuanya," ujarku yang membuat sahabatku Sabrina langsung menggenggam tangan ini dan mengajakku mundur. "Hehe, sudah sudah, nanti bicara lagi, banyak orang yang belum kita temui, mari kita membaur," ajak Sabrina sambil menyeretku menjauh. Suasana benar-benar sudah tidak nyaman karena or
Berkat kemarahan itu seisi rumah menjadi begitu hening, anak-anak tetap di kamarnya dan aku juga masih setia di peraduanku. Membaca buku dan bermain ponsel. Aku mengabaikan keberadaan Mas Hengky yang biasanya selalu ingin ditemani untuk menghabiskan waktu dan menonton TV. Di hari-hari biasa kami akan berkumpul di ruang keluarga, bercanda tertawa dan berbagi cerita, tapi sekarang suasananya berubah, terbalik seakan-akan aku dan dia tak begitu saling mengenal, anak-anak kami hanya seperti anak-anak yang kebetulan datang ke dunia ini, seperti tidak terlalu dekat pada ayah dan ibunya. Brak!Suara pintu terbuka keras, Aku menoleh dan mendapati suamiku berdiri di sana. Dia menatapku sambil berkacak pinggang dan menghela nafasnya. "Apa kemarahanmu sudah reda?""Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti bagaimana kehidupan kalian setelah ini. Rumah ini berubah jadi kuburan dan dapur tidak berisi makanan. Aku lapar.""Kamu bisa pesan makanan karena anak-anak sudah pesan makanan untuk diri mere
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen