Share

Bab 6

Penulis: RENA ARIANA
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-30 19:24:23

POV INDAH

"Katanya mau minta tolong?" ujar Haris lagi. "Kok kaya kebanyakan mikir?" lanjutnya.

"Katakan, Ndah. Jangan malu-malu. Kalau kami bisa bantu, akan kami bantu." Tiba-tiba saja Reyhan datang dan langsung menimpali. Pemuda dingin itu langsung duduk di sampingku membuat mata Haris nyaris membulat sempurna. 

"Kenapa lo liatin gue segitunya?" tanya Reyhan. 

"Nggak ada si, Rey. Cuma bingung aja. Tumben gitu," jawab Haris. 

"Kamu katakan apa yang bisa kami bantu?" Kali ini Reyhan yang bertanya. 

"Mau minta tolong aja ribet banget kamu, Ndah. Ngomong aja. Nggak usah nggak enak-enakan!" lanjutnya lagi. Ya Allah, jutek banget Reyhan ini. 

"Ris, aku mau minta tolong, apa ada pekerjaan untukku? Aku harus bekerja. Untuk kehidupan kedepannya. Aku juga harus mencari tempat tinggal yang baru untuk orang tuaku." 

"Kebetulan sekali, Ndah. Aku sedang membutuhkan sekretaris. Kamu bisa kerja di perusahaan kami menjadi sekretaris peribadiku," ucap Reyhan. Aku terdiam tak percaya dengan apa yang barusan kudengar. 

"Terus Novi sekretarismu mau dikemanakan? Jelas-jelas aku yang sedang membutuhkan sekretaris untuk membantu pekerjaanku," pungkas Haris. Entah kenapa aku jadi ingin tertawa. Padahal kondisi hatiku saat ini harusnya tengah bersedih. Reyhan juga tidak seformal seperti saat di mobil tadi. Lucu juga cara mereka berbicara saat tengah santai seperti ini. 

"Jadi apa ada pekerjaan untukku?" Kembali aku bertanya. 

"Ada!" jawab mereka serempak. Aku bergantian menatap keduanya. 

"Jadi dengan siapa aku bekerja?"

"Aku!" jawab keduanya lagi secara serempak. Sungguh membuatku bingung. 

"Kalau kalian seperti ini aku jadi bingung. Maaf, Rey. Kamu 'kan sudah ada sekretaris, jadi aku ingin bekerja bersama Haris," ujarku. 

Mendengarku menjatuhkan pilihan, Haris tertawa lebar. "Pilihan yang tepat, Ndah," ujarnya. "Oh ya, ngomong-ngomong, soal tempat tinggal orang tuamu bagaimana?" tanyanya lagi. Aku terdiam karena memang bingung. Sementara Reyhan beranjak entah kemana tanpa suara. 

"Jangan bingung, besok kita cari tempat tinggal untuk mereka. Kalau dapat, mereka bawa saja kesini, Ndah. Besok sama-sama kita jemput mereka," ucap Haris lagi seperti mengerti dengan apa yang tengah aku pikirkan. 

"Terima kasih, Haris. Nanti kamu tinggal potong dari gajiku saja." Sekarang tinggal pakaian yang aku pikirkan. Ya Allah, segininya hidupku. Sampai pakaian pun tak punya setelah terusir dari rumah Mas Danang. 

"Pakai nih!" Tiba-tiba saja Reyhan melempar pakaian wanita setelah kembali. Haris yang melihat itu pun mengulas senyum. "Pakai, Ndah. Itu pakaian Kak Mila. Kakak kami yang perempuan. Dia tidak ada di sini karena ikut suaminya tinggal di Australia," terang Haris. Aku mengangguk. 

"Ris, lo bawa aja ke kamar Kak Mila ganti saja di sana. Sekalian suruh pilih sesuatu. Gue mana bisa megang-megang benda itu," ucap Reyhan. Benda apa? Aku tak mengerti dengan maksud ucapannya. 

Dengan sigap, Haris pun mengajakku ke kamar Kak Mila. Sesampainya di kamar, Haris membuka lemari. Disana tersusun rapi dan apik pakaian Kak Mila. Ada pakaian kantor juga. Ada dalaman wanita yang tersusun rapi. Oh, mungkin ini yang dimaksud benda itu oleh Reyhan," batinku 

"Kamu ambil saja yang mau kamu kenakan. Kak Mila sudah tidak akan memakainya lagi. Bahkan jika kau mau, semua ini bisa menjadi milikmu. Oh iya, kamu juga pakai saja kamar ini," ujarnya penuh senyum.

"Tapi nanti kalau Kakakmu marah bagaimana?" tanyaku. 

"Dia tidak mungkin marah. Malah pernah dia menyuruhku menyumbangkan semua pakaian ini, tapi aku saja yang tidak sempat," ujarnya. Wah, kenapa bisa kebetulan begini. Ini seperti sudah menjadi jalan untukku. 

"Dah, sekarang kamu ganti pakaian dan tidur," ucap Haris.

"Oh iya, kenapa rumah ini sepi sekali? Apa kalian hanya tinggal berdua saja? Orang tua kalian kemana?" 

"Mama dan Papa ada di Australia tinggal bersama Kak Mila. Di sana mereka sudah punya cucu. Papa juga ada mengurus bisnis di sana dengan menantunya. Urusan disini, menjadi urusan kami," ucapnya. Aku mengangguk penuh senyum. 

"Sudah kamu istirahat. Besok kita jemput orang tua kamu. Oh iya, tidak usah merasa sungkan," ujarnya. "Terima kasih banyak, Ris," balasku. Haris hanya tersenyum kemudian gegas keluar dan menutup pintu kamar. 

Setelah berganti pakaian, aku pun membuang pakaian yang dikenakan dari rumah Mas Danang. "Selamat tinggal masa lalu suram yang penuh kepahitan, serta penghinaan," ucapku setelah memasukkan pakaian bekas pakai itu ke tempat sampah. 

"Sampai bertemu dalam dunia bisnis, Mas Danang."

******

Pagi menyapa, karena aku terbiasa bangun pagi, aku pun bangun setelah mendengar adzan subuh. Selesai menjalankan shalat subuh, aku gegas keluar kamar. Sepertinya dua pemuda itu masih tidur. Aku langkahkan kaki ke dapur untuk membuat teh. Memang seperti itu rutinitasku setiap pagi. 

Rumah tampak berantakan tidak ada yang merapikan. Apa mungkin tidak ada pembantu rumah tangga di rumah sebesar ini? Ada bekas makan dan juga dapur yang sedikit berantakan. Setelah membuat teh, aku pun berinisiatif untuk merapikan semuanya. 

Tepat pukul 07.00 pagi, aku selesai menyulap rumah yang berantakan tadi menjadi sangat rapi. Nasi goreng dengan telor ceplok dan juga 2 gelas susu coklat panas pun sudah kusediakan di meja makan.

"Ndah! Indah!" Terdengar suara Haris memanggil namaku. Kau segera berlari ke sumber suara itu untuk menemuinya. 

"Ya, Ris?" 

"Kamu merapikan semua ini?" tanya laki-laki yang terlihat sangat tampan ini dengan pakaian santainya yang hanya mengenakan kaos oblong putih tipis dan celana pendek. 

"Ris! Pesan sarapan!" ucap Reyhan sambil menyusuri anak tangga berjalan menghampiri kami. 

"Waow, rapi sekali," puji Reyhan. Lelaki itu melirikku dar atas hingga bawah. Membuatku merasa risih. Apa mungkin penampilanku ada yang aneh hingga seperti itu dia menatapnya. 

"Pesan sarapan, Ris," ujarnya. 

"Hum, jangan pesan sarapan aku sudah siapkan nasi goreng untuk kalian di meja makan. Ayo kita sarapan," ujarku. 

"Wah kebetulan sekali. Nasi goreng rumahan, pasti yummy sekali," ujar Haris. Kami bertiga pun gegas menuju meja makan. 

*

"Waow, aromanya begitu mampu memancing perut," ucap Haris sesampainya di meja makan. Sementara Reyhan hanya diam saja. Setelahnya, dia menyeruput susu coklat panasnya. 

"Maaf ya, kalau rasanya kurang enak," ucapku merasa tidak PD. Jelaslah, mungkin saja  masakanku ini bukan selera mereka. Kami makan tanpa suara. Hanya ada bunyi sendok yang sing berdentingan.

"Sarapan kali ini begitu istimewa, masakanmu sangat enak, Ndah. Terimakasih ya. Oh iya, hari ini kamu terlihat sangat cantik dengan pakaian itu," puji Haris. 

"Uhuk … uhuk …." Reyhan tersedak susu yang tengah diminumnya. "Pelan-pelan saja, Rey. Gue nggak bakal minta minuman lo!" ucap Haris tertawa. Sementara Reyhan, hanya diam saja. 

"Sudah yuk, kita bersiap dan segera pergi menjemput orang tuamu," ujar Haris. 

"Gue ikut!" ucap Reyhan. Haris mengangangkat kedua alisnya seakan tak percaya. 

"Serius?" tanya Haris. 

"Emang Lo liat tampang gue bercanda?" Reyhan terdengar kesal dan balik bertanya. Sementara Haris lagi dan lagi hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. 

Kami bertiga pun kembali ke kamar masing-masing untuk segera bersiap. 

"Ayah, Ibu sebentar lagi kita bisa kumpul. Aku pulang, Bu," lirihku setelah membayangkan pertemuan yang akan segera tiba. Semoga mereka baik-baik saja, Ammin ….

*************

POV DANANG

Pagi ini aku sangat senang sekali hatinya. Buru-buru aku meminta Maya bersiap. Mengajaknya untuk segera pergi ke kampung mantan mertuaku itu. Tahukah kalian untuk apa? Jelas untuk mempermalukan keluarga Indah di sana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Lail Maubile
Danang lebih baik lu mati aja.
goodnovel comment avatar
siti marwianti
aku pernah bb aca novel ini di plafont lain
goodnovel comment avatar
Penti Rn
kok nurut aq janggal y d cerita danang,, sangat mencintai indah tp bgtu mdh menjthkn talak se emosi apapun,,, apalagi d usir tanpa rasa ksian sm sekali,,, terlalu berlbhn sek nurut aq,,, walo inti ceritanya sm,, bs d bkin lbh msk akal akan lbh bagus,, krn ceritanya sampai d bag ini alurnya bagus,,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DIAMNYA ISTRIKU   TAMAT

    Hari yang ditunggu telah tiba, Nadira sudah berdandan cantik, dirias oleh MUA profesional. Tak lama lagi pihak keluarga Melvin akan datang untuk melamarnya secara resmi. Jantung Nadira amaih terus berdebar-debar karena hari ini adalah momentum penentuan tanggal pernikahan mereka juga.Gebby masuk ke kamar Nadira setelah mendapat izin. Ia juga sudah berdandan cantik untuk menyambut kedatangan pihak keluarga Melvin. Semua keluarga Nadira sudah berkumpul di rumah itu."Kamu cantik banget, Nad! Pasti lagi deg-degan banget, ya?""Makasih, Geb. Iya, aku beneran deg-degan banget.""Udah, bawa rileks aja. Aku ikut bahagia, aku udah bawakan kado untuk kamu. Ini," ucao Gebby seraya menyerahkan sebuah goodie bag pada Nadira."Ya ampun, Gebby ... kamu kenapa repot-repot, sih?""Enggak, lah, Nad. Kamu kan saudaraku, kalau kamu bahagia, aku juga ikut bahagia.""Makasih, ya ... sampai kapanpun kita memang saudara, Geb. Semoga kamu juga bisa segera mendapatkan lelaki baik hati yang akan jadi suami ka

  • DIAMNYA ISTRIKU   season 3 part 31

    Malam itu, Gebby tidur di pangkuan Ana. Ia merasa tubuhnya begitu lelah dan lemas. Ana mengusap rambut Gebby sambil bercerita dan memberikan nasihat."Nenek senang kamu sudah mau minta maaf pada mereka, Geb. Itu artinya kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Nenek juga yakin mamamu di alam sana tak menginginkan jika kamu terus-terusan dikuasai dendam.""Iya, Nek. Sekarang aku merasa sudah jauh lebih tenang. Lelah juga ternyata selama ini berkejaran dengan nafsuku sendiri. Hati selalu panas dikuasai kebencian," jawab Gebby."Badanmu hangat, Geb! Hari ini kamu nggak lupa untuk minum obat, kan?""Aku nggak pernah lupa untuk minum obat setiap hari, karena dulu aku selalu bertekad untuk hidup lebih lama demi bisa membalaskan dendam mengenal pada keluarga Mama Indah. Tapi rasanya semakin keras aku berjuang, semakin aku merasa tak pernah tenang. Aku lelah, Nek.""Sayang ... Dulu juga nenek pernah berada di posisi seperti kamu yang selalu merasa bahwa diri nenek adalah orang yang paling benar

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 30

    Gebby merenung dalam pelukan Indah, bahkan setelah ia bertindak sejahat itu pada mereka, Indah masih saja menyebutnya sebagai anak yang baik? Ya, Gebby memang baik pada mamanya, tapi tidak pada yang lain.Rumah sudah semakin ramai dengan orang-orang yang diundang di acara takziah itu. Nadira, Rashi, mereka sibuk menata makanan di atas meja yang nantinya akan disuguhkan. Sementara itu, Indah dan Maya sibuk menata bingkisan sedekah."Lihat, Geb, mereka begitu sibuk membantu kita meskipun kita tak pernah memintanya," bisik Ana pada Gebby. Gebby mengusap matanya lagi ia mengangguk dan mengakui semua itu.Acara pun dimulai. Semua orang melantunkan ayat suci Al-Qur'an lalu berdoa dengan khusyuk. Harusnya Gebby bersyukur karena masih ada orang yang bersedia mendoakan mamanya itu. Gebby juga melihat Reyhan sesekali mengusap matanya yang basah.Setelah acara selesai dan sedekah dibagikan, Indah beserta yang lain langsung berpamitan pada Ana dan Gebby."Sudah, jangan sedih terus, kasihan nanti

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 29

    Gebby berjalan gontai meninggalkan area rumah sakit. Kata-kata mamanya maafin barusan benar-benar membuat hatinya hancur. Meskipun terasa begitu menyakitkan tapi Gebby tak menyangkal semua yang dikatakan oleh mamanya Melvin itu.Selama ini dirinya memang terlalu terobsesi untuk menjadi orang yang paling mendapatkan perhatian. Gebby selalu akan melakukan segala cara untuk bisa mencapai kemauannya. Bahkan seringkali ia tak memikirkan dampak buruk yang akan terjadi akibat dari perbuatannya itu. Kata-kata sang nenek kembali terngiang di telinganya. Apa mungkin hidupnya sampai se menderita ini karena memang dirinya terlalu sulit untuk melupakan dendam itu?Gebby sampai ke rumahnya dan langsung memeluk sang nenek. Ia menangis sejadi-jadinya karena hatinya benar-benar sangat terluka kali ini. Cinta yang ingin ia raih harus kandas seketika itu juga. Melvin menolaknya, dan kini mamanya juga."Geb ... kamu tenangkan diri kamu, baru nanti cerita sama Nenek, ya!" ucap Ana sambil mengusap kepala c

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 28

    Gebby, tunggu! Kamu mau kemana? Jangan nekat, Geb! Panggil Melvin untuk kesekian kalinya. Ana juga jadi kalut dan ikut mengejar cucunya itu,.ia takut Gebby akan melakukan hal nekat seperti yang dilakukan oleh Luna."Gebby!" Ana memanggil Gebby meski napasnya mulai terengah. Ia sudah tua, tenanganya sudah tak sekuat dulu, berlari sebentar saja ia sudah ngos-ngosan.Gebby sudah keluar dari gerbang portal kompleks dan terus berjalan di trotoar pinggir jalan raya. Melvin masih tak putus asa, ia mencoba terus mengejar. Genby sesekali menoleh ke belakang sambil terisak. Ia pun turun dari trotoar itu dan terlihat pasrah sembari merentangkan kedua tangannya dan berjalan perlahan ke arah tengah jalanan."Gebby! Jangan nekat kamu?" seru Melvin yang melihat Gebby senekat itu, ingin mencelakai dirinya sendiri dengan berdiri di tengah jalanan.Klakson kendaraan bermotor bersahutan dan sebagian ada yang marah karena ulah Gebby itu."Mau mati, Lu?" maki pengendara yang lewat."Gila, lu, woy?""Hey!

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 27

    Gebby melamun di teras belakang rumah itu. Sudah dua hari Luna pergi mengahadap Yang Maha Kuasa. Rumah sudah mulai sepi, hanya ada Ana dan Reyhan serta mamanya Melvin di rumah itu yang masih berbincang dan ada juga beberapa anggota kepolisian di bagian depan bersama papanya Melvin.Tak ada indikasi kekerasan dalam kematian Luna, semua orang meyakini itu merupakan murni sebagai kasus bunuh diri. Ditemukan foto Indah yang tertancap pena di dalam kamar. Polisi dan dokter menduga halusinasi Luna sempat kambuh ketika malam kejadian itu.Luna selalu bersikap impulsif dan tak peduli pada keadaan sekitar, jika sosok dalam halusinasinya muncul, ia bahkan tak tahu jika posisinya sedang di atas jurang sekalipun."Geb, kamu makan dulu, Sayang," bujuk Ana pada Gebby. Sejak kemarin tampaknya Gebby sama sekali belum makan. Ana khawatir karena Gebby tak boleh sampai melewatkan jadwal minum obatnya."Nanti saja, Nek. Belum ada selera.""Jangan begitu, dong, Geb. Kamu boleh bersedih tapi kamu juga haru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status