Sinta marah dengan perkataan wanita tua itu, tapi juga tidak mau mengeluarkan emosinya untuk berdebat hal yang tidak penting. Berani sekali menuduh suaminya berselingkuh dengan wanita lain, Jika Hendra ketahuan selingkuh pun, hal pertama yang dilakukannya adalah membunuh pria itu dengan tangannya sendiri.Para tamu undangan yang memegang foto aib Marta, menatap Marta dan foto di tangannya dengan bingung.Marta yang tidak tahan lagi, berteriak marah. "Apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu? Memangnya kalian sendiri suci? Memang aku melakukan perselingkuhan, lantas apa? Kalian mau melakukan apa ke aku? Mengucilkan aku?"Wanita tua yang tidak tahan lagi dengan perilaku Marta, menegurnya lagi dengan keras. "Pantas saja Sean tidak menghormati kamu, ternyata kamu melakukan hal di luar batas. Apakah kamu tidak malu sama sekali?"Marta tertawa. "Memangnya aku malu kenapa? Bukan salahku juga melakukan perselingkuhan, Burhan melakukan hal itu terlebih dahulu.""Apakah kamu tidak takut dengan
Sejak kecil Marta selalu diajarkan untuk tunduk kepada kepala keluarga, bahkan jika kepala keluarganya kaya raya. Dia tidak boleh membantah atau harus menjadi anak baik demi harapan keluarga. Burhan merupakan calon suami yang dianggap pas untuk Marta yang juga berasal dari keluarga kaya, namun orang lain menutup mata perilaku Burhan yang selalu menyimpang yaitu ingin melakukan hubungan seksual dengan banyak wanita, dulunya. Namun sekarang perlahan berubah ke pria untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, salah satu contohnya adalah kasus Cefrilizia.Marta merasa sedih dan juga marah karena perilaku suaminya, tapi juga tidak bisa berbuat apa pun karena tidak ingin kehilangan harga diri keluarga serta uang yang diberikan oleh Burhan.Marta selalu menjauh dan menutup mata dengan semua perilaku Burhan, dia tidak ingin melihatnya meskipun kadangkala tidak sengaja melihat di tengah-tengah perilaku mesumnya.Yang selalu menjadi pertanyaan di benak Marta, apa enaknya berselingkuh celap cel
Cefrilizia yang sembunyi di apartemen dan tidak keluar sama sekali bersama Tommy, mendapat pesan dari Vivi. Kedua matanya terbelalak ketika membuka pesannya. "Papa, coba lihat ini."Tommy membaca pesan singkat yang dikirim Vivi. "Hm? Marta sakit? Kenapa bisa mendadak sakit?"Cefrilizia menjadi heran. "Dari mana Vivi bisa mendapatkan berita itu? Maksud aku- gosip masalah Marta yang punya banyak simpanan di luar rumah, sudah menyebar di publik. Tapi pihak keluarga kedua belah pihak tidak ada yang klarifikasi dan juga-"Tommy buru-buru memotong pertanyaan putrinya. "Lebih baik kita tutup mata dan telinga untuk masalah ini, tidak perlu mencari tahu lagi. Yang terpenting kita harus bisa keluar dari negara ini."Cefrilizia menatap sedih Tommy lalu menggenggam erat kedua tangan Tommy. "Ya, Papa."Tommy menatap Cefrilizia dengan tatapan bersalah. Berulang kali berharap untuk bisa memutar waktu dan melihat kebahagiaan untuk putrinya. Tapi, dia tahu- semua itu tidak akan pernah terjadi.Tommy m
Marta melirik dokter pria setengah baya yang bersuara lembut, dia menertawakan dokter itu di dalam hati. Apakah aku terlihat bodoh di hadapan kalian semua?Sean bertanya kepada Marta dengan hati-hati. "Mama, tolong tanda tangani saja. Supaya Mama tidak perlu kepikiran lagi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan."Marta menaikkan salah satu alis lalu bertanya kepada Sean. "Berikan Mama waktu satu hari dan langsung hubungi Vivi.""Vivi?" tanya Sean tidak mengerti. "Ini bukan Vivi yang waktu itu datang untuk mengacaukan pesta?""Ya, dia. Mama ingin melihat wajah serakahnya ketika pengacara menyebutkan berapa jumlah harta yang aku miliki."Sean mengangguk setuju. "Oke, tidak masalah. Aku bisa melakukannya."Marta menguap sedikit lalu matanya dipejamkan. "Mama mau istirahat, tolong jangan mengganggu."Sean menipiskan bibirnya lalu beranjak dari kursinya, diikuti dokter dan pengacara.Setelah pintu ditutup, Marta membuka mata sedikit lalu mengambil handphone di balik bantalnya dengan susah
Reza tidak peduli dengan penjelasan Burhan dan Sean. "Jadi, kenapa mengundang istri saya?" kali ini, dia harus bersikap sopan karena masuk ke dalam rumah orang lain. "Apakah ada masalah dengan Marta?"Sean menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Burhan melirik putranya dengan tidak sabar. "Kenapa kamu malah bersikap seperti itu? Harusnya kamu bisa menjawab dong.""Tapi kan tadi sudah dijawab kalau Mama sakit."Burhan jadi menyadari tingkah laku anaknya yang aneh. Karena terlalu bahagia dengan kedatangan Hendra, dia jadi melupakan tentang aturan mengenai Marta. "Mama kamu sedang sakit, kenapa malah mengundang orang lain masuk ke rumah?"Sean juga tidak menyangka papanya masih di rumah dan menyambut tamu. "Papa sendiri kenapa tidak berangkat kerja? Aku memang ada urusan dengan Vivi itu.""Yang sopan jika menyebut nama istri saya," tegur Reza.Sean semakin kesal. "Saya hanya mengundang istri anda, kenapa malah anda yang datang?""Darimana kamu tahu alamat email istri saya?" selidik Reza."
Cefrilizia berdiri di samping tempat tidur Marta, kedua tangannya menggenggam erat di masing-masing sisi, menahan diri untuk mencekik wanita yang dulunya penyelamat, berubah menjadi iblis yang ingin menghancurkan hidupnya.Tommy tidak mau masuk ke dalam kamar Marta dan tetap berlindung di dalam apartemen dengan perlindungan yang diberikan oleh Vivi.Vivi mengamati Marta yang dipasang selang. "Dia membunuh dirinya menggunakan racun yang diberikan anaknya."Cefrilizia menoleh ke Vivi dengan cepat. "Sean berniat membunuh Marta?""Jika Marta sudah mengabulkan semua keinginannya, tentu saja anak itu akan membunuh Ibu kandungnya." Vivi menatap Marta dengan tatapan jijik. "Wanita yang sudah bersikap sombong di depanku pada akhirnya berakhir seperti ini- oh ya, kamu sudah berikan hasil cek kesehatan ke Burhan dan Marta?"Cefrilizia mengangguk. "Papa sudah mengirim dokumennya ke Marta tapi sepertinya tidak dibuka sama sekali, begitu juga dengan Burhan."Cefrilizia kembali melihat tubuh Marta y
Cefrilizia menggenggam erat handphone Tommy dan bergegas ke bandara, hanya ini cara terakhir yang bisa dia lakukan untuk bisa keluar dari Indonesia bersama ayahnya. Negara ini penuh dengan orang-orang busuk yang tidak peduli pada norma, yang kuat dialah yang bisa bertahan dan dia tidak mau bertahan untuk alasan apa pun di negara ini, tidak masalah harus menjadi bawahan atau memulai dari nol lagi bersama papanya, yang penting dia bisa hidup tenang bersama Tommy.Di bandara, Cefrilizia menghela napas lega ketika melihat Tommy sudah menunggunya di ruang keberangkatan. "Papa."Tommy membalas pelukan Cefrilizia dengan terharus. "Kamu sudah berhasil, anak hebat."Cefrilizia mengangguk. "Ya, maaf. Cefri berjanji tidak akan mengecewakan Papa lagi.""Ya, Papa tahu- anak Papalah yang paling terbaik."Hanya Tommy yang masih memuji Cefrilizia meskipun sudah melakukan banyak hal buruk di luar.***Burhan melempar dokumen dan berteriak marah ke pengacara yang disewanya. "Bagaimana bisa kamu sebodoh
Tidak semua pegawai negeri bekerja secara buruk, tapi banyak sekali oknum yang bekerja sangat buruk, seperti menginginkan uang lebih banyak. Putra sudah pergi ke berbagai tempat dan menangani banyak hal, dia tahu ada pegawai negeri yang bekerja dengan hati, tapi ada juga pegawai negeri yang bekerja hanya untuk kepentingan pribadi. Salah satunya adalah lurah yang dia temui sekarang, di jam kerja saat semua orang sedang mengantri untuk minta tanda tangan, dia malah main handphone.Putra berjalan santai, masuk ke dalam kantor lalu duduk berhadapan dengan lurah tersebut. "Selamat siang."Lurah tersebut mengangguk singkat. "Ada yang bisa saya bantu?""Saya teringat dengan nomor antrian, apakah di tempat ini tidak diberlakukan nomor antrian? Harus orang yang memberikan uang paling banyak yang bisa masuk terlebih dahulu?" tanya Putra tanpa basa-basi.Lurah tersebut tertawa canggung. "Oh, tidak. Saya tidak tahu mengenai hal itu, bawahan saya yang mengatur antrian, saya tinggal duduk dan tanda