Share

04. Tidak Cocok.

"Ma? Aku udah dewasa, loh. Aku nggak perlu lagi dijodohin sana-sini."

Rebecca menatap Ariana dengan pandangan sinis. "Umur kamu udah 26 sekarang! Kamu mau mama tunggu sampai kapan?! Mama sama papa udah pengen punya cucu!"

Ariana mendesah panjang. "Ma? Mama nggak liat banyak kasus perceraian sekarang? Mama mau aku sembarangan kenal cowok, nikah, terus cerai? Gitu?"

"Kalau kamu takut, biar mama yang cariin buat kamu! Anak teman mama itu baik-baik. Kamu tinggal nurut aja sama mama."

Ariana kembali mendesah. Selama ini ibunya jarang mencampuri urusan percintaannya, namun kali ini ibunya nampak begitu ngotot untuk menjodohkannya dengan anak dari temannya.

Sebenarnya Ariana ingin menolak, apalagi ia baru saja memutuskan hubungannya dengan Raka. Tapi ibunya tetap ngotot agar Ariana bertemu dengan anak dari temannya.

"Pokoknya kali ini kamu harus temuin dia, karena mama udah janji ke teman mama buat kenalin kalian."

"Ma? Emang mama udah tau dia gimana? Orangnya baik atau nggak? Siapa tau dia panuan atau suka makan cewek."

"Hush!! Sembarangan aja mulut kamu!!" tegur Rebecca. "Pokoknya besok kamu harus ketemu sama dia! Mama sama teman mama udah atur pertemuan kalian!"

Ariana sudah tidak dapat mendebat ibunya. Pada akhirnya Ariana harus mengiyakan tuntutan ibunya, agar perdebatan mereka segera selesai. "Iya-iya! Besok aku ketemu sama dia. Puas?"

Rebecca mengangguk, sambil tersenyum. "Nah, gitu dong! Itu baru namanya anak mama."

Ariana memutar bola matanya. "Giliran ada maunya baru ngomong gini. Ya udah, aku mau mandi dlu." Ariana meninggalkan ibunya, dengan perasaan dongkol.

Sedangkan Rebecca yang terlihat bersemangat, langsung mengambil ponselnya dan menyampaikan kabar baik tersebut.

***

Keesokan harinya, Ariana menceritakan perihal perjodohan yang sudah diatur oleh ibunya, kepada Shelly.

"Udah... jangan ngeluh terus. Sesekali nyenangin orang tua kamu kan nggak apa-apa."

Ariana memutar bola matanya. "Emang susah ya kalau curhat sama anak baik-baik."

Shelly tersenyum. Ia tidak tahu kalau di mata Ariana, ia adalah wanita yang baik.

Sebenarnya Shelly ingin percaya kalau ia adalah orang yang baik. Sayang, di masa lalu Shelly pernah menyakiti seseorang, sehingga Shelly masih merasa bersalah hingga kini.

"Tapi kamu udah liat orang yang mau dijodohin sama kamu, kan?" tanya Shelly.

Ariana diam sejenak. Ia nampak berpikir, sebelum menjawab pertanyaan Shelly. "Iya, ya.... Kok aku langsung setuju aja, padahal aku belum liat foto orangnya."

Shelly mengerutkan keningnya. "Eh? Kamu nggak tau gimana orangnya?"

Ariana langsung menggelengkan kepala. "Nggak."

"Kalau namanya?"

Ariana kembali menggelengkan kepala. "Nggak juga."

Mata Shelly langsung melebar. "Ya ampun Arianaaa.... Kalau misalnya kamu dijodohin sama kakek-kakek, gimana?!"

Mata Ariana ikut membulat. "Ishh!! Aku kok nggak mikir sampai situ?!!"

Shelly menggelengkan kepalanya. "Emang ya, otak kamu itu rada-rada rusak. Mungkin mau diupgrade ke versi terbaru."

Ariana mengerucutkan bibirnya. "Kamu pikir otak aku itu Android? Bisa diupgrade?"

Shelly terkekeh sambil mengangguk. "Setidaknya Android lebih pintar dari kamu."

Ariana berusaha menjangkau Shelly, tapi Shelly langsung menghindar.

"Awas aja kamu!" ancam Ariana, sambil mengepalkan tangannya.

"Ett!! Nggak kena!!" ejek Shelly, sambil menjulurkan lidahnya.

"Udah, ah! Aku mau balik dulu. Aku harus siap-siap buat ketemu si cowok nggak jelas itu!" ucap Ariana.

Shelly mengangguk. "Aku juga mau balik. Hari ini aku janji buat bermalam di rumah mama aku."

Kedua wanita itu lalu berjalan beriringan, dan berpisah di tempat parkir.

"Hati-hati!" ucap Shelly, sambil melambaikan tangannya.

Setelah kepergian Ariana, Shelly berjalan ke mobilnya, namun langkah Shelly terhenti karena sosok pria yang berdiri di kejauhan.

Pria itu membelakangi Shelly, sehingga Shelly tak bisa melihat wajahnya, namun Shelly merasa kalau sosok tersebut adalah sosok yang dikenal oleh Shelly.

"Kok kayak nggak asing?" gumam Shelly, sembari mempertajam penglihatannya.

Shelly berharap pria itu akan menoleh, tapi pria itu langsung masuk ke dalam mobil, sehingga Shelly harus bergelut dengan rasa penasarannya.

'Siapa, ya?' batin Shelly, tak tenang.

Lagian, kenapa Shelly merasa tak tenang dan penasaran seperti ini? Shelly adalah tipe wanita yang tidak peduli dengan laki-laki, dan tidak memprioritaskan hubungan percintaan. Shelly hanya fokus pada karirnya, dan mimpinya untuk membahagiakan ibunya.

Lalu, mengapa satu pria tak jelas, membuat Shelly penasaran seperti ini?

Shelly menggelengkan kepalanya, sambil mengenakan sabuk pengaman. "Aneh," gumam Shelly, kemudian pergi meninggalkan Seven Star Agensi.

***

Di sebuah restoran bintang lima, Aries duduk dengan tenang, sambil menunggu wanita yang tak ia kenal.

Karena ini pertemuan pertama mereka, Aries kembali menatap foto yang ibunya berikan, agar ia mudah mencari wanita itu nantinya.

Jujur saja, Aries sudah banyak bertemu dan dikenalkan dengan banyak wanita cantik. Karena itu, ia tidak punya kesan khusus pada wanita itu ketika melihat foto tersebut. Hanya ada kata cantik, tapi hanya itu, tidak lebih.

Namun begitu, demi menang dari Leo, Aries akan menahan dirinya agar ia tidak bersikap kasar kali ini.

Sebenarnya ada alasan kenapa semua wanita yang dikenalkan oleh Melani, tidak pernah bisa menarik hati Aries. Semua itu karena kriteria Aries yang begitu tinggi.

Aries menginginkan wanita yang tidak hanya cantik dari luar, tetapi ia juga harus memiliki kecantikan dari dalam. Wanita yang bisa menghargai waktu, tempat, dan orang yang menjadi lawan bicaranya. Terlebih lagi, wanita itu haruslah wanita penurut.

Bisa dibilang, Aries menginginkan wanita yang sempurna, dan hal itu belum pernah ia dapatkan pada wanita mana pun.

Dan kali ini, sama seperti yang sudah-sudah, sepertinya Aries juga akan berakhir dengan kegagalan.

'Sial! Ini udah jam berapa?!' keluh Aries dalam hati.

Baru saja ia bertekad dan ingin bersikap baik, tapi wanita kali ini sudah membuang waktunya selama lima menit. Apakah wanita itu pantas untuk membuat seorang Aries menunggu seperti ini?

Jawabannya tentu saja, tidak!

Kira-kira tujuh menit berlalu, barulah Aries dapat menemukan sosok wanita yang ia tunggu.

Semua informasi tentang wanita itu lengkap, namun bagi Aries, yang paling penting untuk diingat hanyalah nama wanita itu.

Ariana, nama wanita yang sudah membuat Aries menunggu selama tujuh menit.

Dari tempat duduknya, Aries memperhatikan Ariana. Ariana datang dengan penampilan yang menawan. Gaun yang memeluk tubuh indahnya dengan erat, lalu polesan make up yang natural, membuat Ariana tampak cantik secara alami. Setiap langkah yang diambil oleh Ariana, menarik perhatian dari para pria yang ada di sana.

Aries lalu melihat Ariana berhenti. Ariana nampak seperti sedang mencari sesuatu.

Aries mengerutkan keningnya, karena tingkah Ariana. 'Dia ngapain?' tanya Aries dalam hati.

Seharusnya Ariana langsung menghampiri Aries, tapi Ariana malah berdiri diam di tengah-tengah restoran, dan itu membuat Aries kesal.

Karena Aries tidak tahan, ia bangun dari kursinya, kemudian mengangkat tangan tinggi-tinggi.

Gerak-gerik Aries yang mencolok, langsung menarik perhatian Ariana di kejauhan.

'Sabar,' batin Aries, sambil memperhatikan Ariana. Dengan sabar, Aries menunggu hingga Ariana sampai ke meja mereka.

"Maaf telat," ucap Ariana. "Aku sebenarnya-"

"Nggak apa-apa. Silahkan duduk," potong Aries.

Ariana mengangguk. Ia kemudian menarik kursi, dan duduk berhadapan dengan Aries.

Setelah duduk, Ariana langsung berkata jujur pada Aries. "Maaf, tadi sedikit macet di-"

"Nggak usah." Sebelum Ariana berbicara lebih jauh, Aries kembali memotong kata-kata Ariana. "Kamu udah nyita waktu aku lebih dari lima menit. Aku berusaha untuk maklumin kamu yang terlambat, tapi kamu malah coba buat kasih alasan. Selain itu, kamu kelihatannya nggak tertarik sama sekali dengan pertemuan ini."

Kata-kata Aries membuat Ariana menganga.

Tak peduli dengan ekspresi Ariana, Aries langsung membuka buku menu yang ada di depannya. "Silahkan pesan apa yang kamu ma-"

"Tunggu," potong Ariana. Ia tidak percaya kalau ia sudah diomeli oleh pria yang baru ia temui satu kali. "Kamu barusan ngomel ke aku? Aku udah minta maaf, dan aku pengen bilang alasan kenapa aku terlambat. Kalau kamu emang nggak suka nunggu, kamu bisa pergi, kok. Nggak ada yang suruh kamu nunggu di sini."

Aries baru ingin bangkit dari kursinya, tapi ia kembali mengingat perihal persaingan ia dan Leo. Hal tersebut membuat Aries mengurungkan niatnya. Jika saja ayahnya tak membuat syarat seperti itu, ia pasti sudah pergi meninggalkan Ariana sejak tadi.

"Maaf, aku sedikit kasar," ucap Aries, yang berusaha menelan egonya. "Kamu tau kalau orang tua kita berusaha jodohin kita, kan?"

Ariana mengerutkan keningnya. Ia cukup terkejut dengan perubahan topik yang tiba-tiba. "Orang tua kita emang berusaha untuk jodohin kita, tapi aku yakin kalau kita berdua punya hak untuk nentuin pilihan kita. Aku rasa kita nggak co-"

"Aku setuju."

Ariana langsung menyipitkan matanya "Kamu setuju? Setuju soal apa?"

Aries menatap Ariana tanpa berkedip, kemudian berbicara dengan penuh keyakinan. "Aku setuju soal perjodohan kita. Aku rasa lebih baik kalau kita cepat tentuin tanggal nikahnya."

Mendengar kata-kata Aries, mata Ariana langsung membulat dengan sempurna. "Apa?! Nikah?!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status