Share

03. Awal Persaingan.

Sebelum makan malam, Melani menghampiri suaminya yang sedang membaca. "Mas? Aku pengen jodohin Ari sama anaknya teman aku," ucap Melani, sambil tersenyum.

Jordan mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca, menuju istri tercintanya. "Bukannya kamu udah sering jodohin Ari sama anak-anaknya teman kamu?"

Melani mengangguk. "Iya, tapi selalu gagal. Mas tau sendiri, gimana sifatnya Ari."

Jordan tersenyum, menanggapi kata-kata Melani. "Kamu sendiri tau, Ari itu nggak mempan kalau di jodohin. Kenapa kamu masih terus jodoh-jodohin dia?"

Melani yang merasa kesal karena usahanya tidak dihargai, mulai menyampaikan unek-uneknya. "Aku tau, tapi mau gimana lagi, mas? Ari udah nggak muda lagi. Aku juga udah pengen punya cucu. Mas nggak tau, gimana irinya aku kalau dengar teman-teman aku cerita soal cucu mereka. Sedangkan aku? Punya dua anak cowok, tapi dua-duanya nggak punya istri sampai sekarang. Emang mas mau, kita mati tanpa ngerasain rasanya gendong cucu?!"

Jordan diam sejenak sambil berpikir. Sebenarnya Jordan bukan tipe orang yang suka mencampuri urusan percintaan anak-anaknya, tapi dalam hati, ia juga ingin mendapatkan cucu, apalagi di umur mereka yang sudah tidak muda lagi.

Semua sudah Jordan capai dalam hidupnya. Ia sukses dalam bisnis, lalu keluarganya juga harmonis. Anak-anaknya sukses, dan kini ia tinggal menikmati masa tuanya bersama istri yang ia cintai.

Jika mencari apa yang kurang dalam hidupnya, maka Jordan juga akan setuju, kalau yang kurang ialah hadirnya cucu untuk dirinya dan Melani. Oleh sebab itu, Jordan berpikir untuk menyelesaikan masalah ini.

Setelah beberapa menit berpikir, Jordan akhirnya tersenyum, tanda bahwa ia telah mendapatkan ide yang cemerlang. "Aku punya ide, ma."

Melani langsung terlihat antusias. "Ide apa, mas?! Coba bilang ke aku!"

"Jadi gini...."

***

Seperti biasa, keluarga Angkasa selalu makan malam bersama, dan berbicara tentang berbagai hal di meja makan.

Ketika mereka sedang menikmati santapan malam, Jordan tiba-tiba berdehem dan bertanya pada Aries. "Ari? Gimana perkembangan proyek terbaru Angkasa Konstruksi?"

Aries yang menjabat sebagai Direktur Angkasa Konstruksi, menyampaikan informasi terkini dari perkembangan tender mega proyek yang sedang mereka ikuti.

Jordan mendengarkan dengan seksama laporan dari Aries. Ia puas dengan performa kerja yang ditunjukkan Aries selama ini.

Setelah Aries memberikan laporan, Jordan menatap Leo, yang menjabat sebagai Direktur dari Angkasa Shopping Center. "Aku dengar kalau kamu bakal kerja sama dengan agensi dari artis-artis papan atas, untuk promosi Angkasa Mall. Gimana perkembangannya?"

Leo langsung mengangguk. "Iya, pa. Aku udah ketemu dengan direktur dari Seven Star Agensi." Saat menjelaskan, Leo sempat melirik Aries beberapa detik. "Tapi aku masih harus cari informasi yang lebih detail soal artis-artis dari agensi mereka, karena aku nggak mau kalau ASC terlibat sama publik figur yang bermasalah."

Jordan mengangguk, puas dengan penjelasan Leo. Kedua anaknya sudah matang dalam memimpin perusahaan. Selama ini mereka selalu menjalankan perintah dari Jordan, tanpa banyak bertanya. Mereka juga tidak menunjukkan keserakahan dalam menjadi pewaris Angkasa Group.

Jordan memang tidak bisa membaca isi hati anak-anaknya, namun ia yakin jika Aries dan Leo akan tetap bersaing dengan cara yang sehat, dan tidak melakukan tindakan tercela demi menjatuhkan satu dengan yang lain.

Atas dasar pemikiran itulah, Jordan akhirnya membuat keputusan.

Jordan menarik napasnya, lalu memasang raut wajah serius. "Papa rasa sudah saatnya papa tinggalin Angkasa Group."

Kata-kata Jordan membuat Aries dan Leo langsung menghentikan kegiatan makan mereka. Kedua laki-laki itu saling menatap, lalu kembali memberikan perhatian penuh kepada ayah mereka.

"Papa sudah mutusin untuk mundur dari jabatan direktur utama Angkasa Group. Dalam bulan ini, papa bakal cari pengganti papa, dan papa harap salah satu dari kalian bisa gantiin papa untuk pimpin Angkasa Group."

Aries dan Leo memasang ekspresi yang sulit untuk diartikan. Masing-masing dari mereka mulai bergulat dengan pemikiran mereka sendiri.

"Papa yakin kalau kalian berdua bakal bersaing dengan sehat, tapi papa punya satu syarat mutlak yang harus kalian penuhin, kalau kalian pengen jadi direktur utama Angkasa Group."

Leo yang memang biasanya lebih vokal, langsung melontarkan pertanyaan. "Syarat apa, pa?"

Jordan menatap Melani yang sedang tersenyum di tempatnya. Syarat yang akan Jordan ajukan, sudah ia bicarakan dengan Melani. Karena itu, Melani tampak bahagia dengan pembicaraan ini.

Jordan menatap Leo, lalu Aries. "Syarat papa nggak susah. Siapa yang lebih dulu menikah di antara kalian, bakal jadi pewaris dari Angkasa Group. Gimana?"

Mata Aries dan Leo melebar bersamaan. Tidak pernah muncul dalam benak mereka, kalau ayah mereka yang selama ini tidak pernah mencampuri urusan percintaan mereka, malah memberikan syarat seperti itu.

"Kalau Leo pasti senang, karena dia udah punya pacar. Kayaknya Leo deh yang bakal jadi pewaris," timpal Melani, sambil tersenyum penuh arti. "Gimana Leo? Kapan kamu mau kenalin calon kamu ke mama sama papa?"

Leo terkekeh pelan, sambil membantin, 'sialan! Kenapa malah jadi gini?!' Leo sadar jika kondisinya tidak jauh berbeda dengan kakaknya, Aries.

Sedangkan Aries tetap bungkam, sambil memikirkan apa yang ayahnya baru saja katakan. 'Apa aku terima aja perjodohan yang mama tawarin?'

Aries memang belum tahu pasti, apa Leo berbohong atau tidak tentang ia yang sudah memiliki pacar. Tapi demi mengamankan posisi pewaris, Aries harus bisa berada di posisi start yang sama dengan Leo, dan jalan satu-satunya ialah perjodohan yang telah ibunya atur.

"Oke."

Semua orang yang ada di meja makan, menoleh ke arah Aries.

"Aku terima syarat dari papa," ucap Aries, tanpa ragu.

"Kamu gimana?" Tanya Jordan, kepada Leo.

Leo menatap Aries. Ekspresi kakaknya telah mengatakan segalanya. Aries pasti telah siap untuk melakukan segalanya. Oleh sebab itu, Leo juga tidak ingin kalah dari kakaknya. "Aku setuju," ucap Leo, setelah memantapkan tekad. "Secepatnya aku bakal bawa pacar aku ke sini."

Aries melirik Leo, yang ternyata juga sedang menatapnya dengan terang-terangan. Ini adalah perang, dan setiap orang yang ada dalam ruangan ini telah memegang senjata mereka.

Aries tentunya bukan orang yang bodoh. Ia tahu kalau keputusan ini dibuat atas campur tangan ibunya, dan sudah jelas apa tujuan orang tuanya. Karena itu, Aries akan memanfaatkan kesempatan kali ini. "Aku bakal ketemu sama anaknya teman mama." Dengan tatapan dingin, Aries tersenyum tipis ke arah adiknya. "Tentu aja aku bakal berusaha lebih keras kali ini."

"Bagus kalau gitu!" Melani berseru girang, karena keputusan anak-anaknya. Ini adalah berita yang paling menggembirakan untuknya.

Sama seperti Melani, Jordan juga bahagia atas keputusan yang ia buat.

Sedangkan Aries dan Leo masih saling memandang. Tensi persaingan antara mereka berdua tidak lagi bisa diturunkan.

Leo, dengan luka masa lalu yang belum sembuh, telah bertekad untuk melawan trauma masa lalunya dan mengalahkan Aries.

Sedangkan Aries yang selama ini berada di zona nyaman, akan melangkah keluar untuk pertama kalinya, dan menjadi seorang pemburu yang siap mengejar mangsanya.

Siapakah dari mereka yang akan memenangkan perlombaan ini?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status