Share

05. Takdir Tiga Anak Manusia.

Mulut Ariana terbuka lebar, saking terkejutnya mendengar ajakan nikah dari pria di hadapannya.

Ini pertama kali Ariana menghadiri kencan buta yang diatur oleh ibunya. Memang terkesan seperti dijodohkan, tapi bukan berarti mereka harus menentukan tanggal pernikahan, ketika mereka baru bertemu satu kali, kan?

Ariana bahkan belum mengenal seperti apa pria di depannya. Jangankan karakter pria tersebut. Nama pria yang mengajaknya nikah pun, tidak Ariana tau.

"Kenapa diam?"

Ariana mengedipkan matanya beberapa kali.

"Kamu nggak anggap pertemuan kita ini hanya candaan, kan? Kita nggak perlu buang-buang waktu lagi. Kita udah dewasa, jadi langsung a-"

"Stop!" Ariana mengangkat tangannya, memotong kata-kata pria di depannya. "Ini pertemuan pertama kita, dan kamu udah ngajak nikah?"

Pria di depan Ariana mengangguk.

"Nama kamu aja aku nggak tau, dan kamu ngajak aku nikah?!" ucap Ariana, penuh penekanan.

"Nama aku Aries Leonidas Angkasa. Aku rasa kamu pasti udah sering dengar Angkasa Group. Aku anak pertama, dan calon pewaris Angkasa Group. Apa lagi yang pengen kamu tau soal aku? Jabatan aku? Atau gaji aku?"

Untuk kesekian kalinya, mulut Ariana menganga dengan lebar. Ariana benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Aries. Apa ia pikir dengan memperkenalkan dirinya seperti itu, mereka akan langsung menjadi teman, pacar, lalu menikah?

"Aries, kan?"

Aries menganggukkan kepalanya. "Kamu bisa panggil aku Ari."

"Oke, Ari. Kamu mungkin nggak ngerti maksud aku ngomong kayak tadi. Aku itu bukan mau tau soal keluarga atau jabatan kamu. Kita itu belum kenal satu sama lain. Maksud aku, aku nggak tau sifat kamu kayak apa. Kita juga nggak tau kalau kita bakal cocok atau nggak. Kamu ngerti, kan? Nikah itu bukan perkara mudah."

Aries mendengarkan omongan Ariana dengan seksama, sambil mencernanya. "Jadi kamu mau tau aku orangnya gimana? Aku bisa bilang ke kamu sekarang. Kita hanya perlu-"

"Cukup!" potong Ariana. "Kita nggak cocok. Ngomong sama kamu benar-benar buat kepala aku sakit."

Aries mengerutkan keningnya. "Memangnya kenapa? Bukannya kamu juga pengen nikah?"

"Nikah-nikah-nikah-nikah!" Nada bicara Ariana mulai meninggi. "Dari tadi hanya itu yang keluar dari mulut kamu! Kalau kamu emang kebelet nikah, cari aja orang lain!"

Cara bicara Ariana yang kasar, membuat Aries terkejut. Bukan seperti ini wanita yang ia cari. Yang Aries inginkan ialah wanita cantik, anggun, ramah, baik hati, patuh, dan punya tutur kata yang lembut.

Dari semua kriteria Aries, tidak ada satu pun yang sesuai dengan Ariana. Keputusan paling rasional ialah meninggalkan Ariana sekarang. Namun jika ia pergi, bagaimana caranya ia akan mendapatkan istri? Apa ia harus meminta ibunya untuk mengenalkan orang lain lagi?

Tapi Aries terlalu gengsi untuk meminta pada ibunya. Sedangkan ia juga tidak pandai mendekati wanita lebih dulu. Jadi hanya ini satu-satunya kesempatan agar ia bisa segera menikah, dan mewarisi Angkasa Group.

'Sabar Aries,' batin Aries. 'Ingat kalau kamu nggak boleh kalah dari Leo.'

Setelah menenangkan dirinya, Aries mencoba untuk menurunkan tempo permainannya. "Kalau gitu kita masuk ke fase saling mengenal dulu. Aku rasa satu minggu udah cukup."

Mata Ariana langsung melotot. Ia tidak percaya kalau Aries masih berusaha untuk menggiring percakapan mereka menuju pernikahan. "Aku benar-benar nggak tahan lagi." Ariana mengambil handbagnya, kemudian berdiri. "Aku pergi dulu. Makasih buat malam ini."

Aries terdiam di tempatnya.

'Apa ada yang salah?' tanya Aries dalam hati.

Setiap wanita yang melihat Aries selama ini, pasti langsung jatuh hati padanya. Setiap kali Aries menghadiri agenda perjodohan yang diatur oleh ibunya, para wanita itu pasti akan berbicara tentang pernikahan. Apalagi setelah mereka tahu kalau Aries adalah anak dari pendiri Angkasa Group.

Siapa yang tidak akan jatuh cinta kepada Aries? Laki-laki dengan tubuh tinggi yang proporsional, lalu wajah tampannya yang sudah seperti patung dewa-dewa Yunani itu, selalu mengeluarkan aura maskulin yang memabukkan para wanita.

Tapi ada apa dengan wanita satu ini?

"Apa dia nggak suka cowok?" gumam Aries yang sedang kebingungan, karena hanya itu yang membuat segalanya menjadi masuk akal dalam pikiran Aries.

Karena Ariana telah pergi, Aries juga bangkit berdiri, dan keluar dari restoran tersebut.

***

"Ngeselin banget tuh cowok!" keluh Ariana, yang sedang berjalan menuju tempat parkir. "Dia pikir ngajak nikah itu kayak ngajak orang ke pasar?! Ayo ke pasar! Gitu?!" Sambil mengomel, Ariana merogoh handbagnya. "Mana lagi nih kunci mobil!" Ariana berjalan sambil menunduk, tanpa memperhatikan sekelilingnya.

Ariana sibuk mengaduk isi handbagnya, sehingga ia tidak sadar kalau ada sebuah mobil yang melaju dari titik butanya.

Mobil tersebut berbelok ke arah kiri, tepat pada saat Ariana muncul dari balik tiang penyangga basemant, sehingga Ariana yang sedang mencari kunci mobilnya, terlambat bereaksi.

Jarak antara mobil tersebut dan Ariana terlalu dekat. Bahkan ketika mobil tersebut berusaha untuk menginjak rem, segalanya sudah terlambat.

Citttt!

Bunyi decitan ban terdengar nyaring.

Ariana yang tidak bisa bereaksi sudah memasrahkan diri, namun tubuhnya tiba-tiba ditarik dari belakang.

"Kamu nggak apa-apa?!"

Ariana tidak sanggup membuka mata. Jantungnya juga berdetak sangat kencang, seperti akan meledak. Badannya bahkan bergetar hebat.

Pengemudi yang hampir menabrak Ariana, keluar dari dalam mobil dan menghampiri Ariana. "Mbak nggak apa-apa?!"

"nggak apa-apa."

Suara berat khas pria, menyapa pendengaran Ariana.

"Syukurlah kalau Mbak-nya nggak apa-apa."

Ariana tidak tahu siapa dengan siapa yang sedang mengobrol, namun satu yang pasti, Ariana telah selamat dari kejadian buruk.

Setelah dua orang pria itu selesai berbincang, suara berat dan serak itu kembali bertanya pada Ariana. "Kamu baik-baik aja, kan?"

Ariana yang masih dalam kondisi terkejut, menengadahkan kepalanya, melihat wajah pria yang sudah menolongnya.

Wajah kokoh dengan garis sempurna, lalu mata yang tajam, membuat Ariana seperti tersihir. Saat mata pria itu mengunci mata Ariana, Ariana merasakan sensasi hangat yang sulit untuk dijelaskan. Ariana juga baru sadar, kalau saat ini ia sedang berada dalam dekapan pria tersebut.

"Kamu-"

"Lepasin dia."

Ariana langsung menoleh, menatap ke arah sumber suara. "Aries?"

Dari jauh, Aries tidak mengenali sosok pria yang sedang memeluk Ariana. Setelah mendekat dan dapat melihat dengan jelas wajah pria itu, Aries malah dibuat terkejut.

Entah mengapa, Aries tidak menyukai apa yang ia lihat saat ini. Tanpa banyak bicara, Aries menarik Ariana, bermaksud membawa Ariana ke sisinya, namun pria yang ada di depannya juga langsung memegang tangan Ariana.

Aries mengerutkan keningnya. "Leo? Kamu lupa kalau dia itu calon istri aku?"

Mata Ariana langsung membulat, ketika ia mendengar kata-kata yang Keluar dari mulut Aries. "Apa?! Calon istri kamu?!"

Bukannya menanggapi keterkejutan Ariana dan meluruskan kata-katanya, Aries malah semakin jauh memperkeruh suasana. "Aku sama dia udah sepakat buat nikah."

"Apa?! Kamu-aw!!"

Dengan satu sentakan, Aries menarik Ariana ke sisinya secara paksa, lalu menatap Leo, tajam. "Jaga sikap kamu ke calon kakak ipar kamu."

Untuk kesekian kalinya, Ariana dibuat terkejut hari ini. "I-ipar? Maksud kamu apa?" Ariana yang kebingungan, menatap Aries dan pria yang dipanggil Leo secara bergantian.

"Kamu belum kenal dia, kan?" Masih dengan ekspresi datarnya, Aries menatap Ariana, kemudian memperkenalkan Leo pada Ariana. "Kenalin, dia Leo, adik aku."

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status