Share

Bab 6

Author: Pena_kinan
last update Last Updated: 2022-10-18 21:15:35

DESAHAN IBU SAMBUNG

BAB 6

"Maafkan, Udin Mbak. Udin salah!"

"Ya sudahlah, kalian bisa pergi." Tania menangis tergugu. Tidak pernah ia rasakan kecewa yang begitu teramat sakit saat ini.

"Nia, sudahlah. Jangan bersedih, lelaki tak hanya Satria. Masih banyak lelaki yang lain. Dia tidak pantas kau tangisi. Kalau perlu beri dia pelajaran. Kasih dia kenang-kenangan yang nggak bakal dia lupain." Tania mendongak ke arah Karin, ada benarnya juga ucapan Karin. 

Segera Tania memasang cctv pada kamar Alma. Memasang pada tempat yang sulit dilihat mata. Namun masih bisa melihat keadaan sekitar.

Tania segera kembali ke kamar, membereskan semua bungkus dan kertas lalu membuangnya di tempat sampah. 

Segera ia meraih benda pipih yang tergeletak di sisi ranjang. Menguji gambar juga jangkauan cctv yang telah ia pasang. 

"Berarti bener dong, kalau Satria main serong sama Alma? Gila ya, Ibu sambung kamu itu!"

"Nggak usah dibahas lagi," pinta Tania pada Karin. Hatinya sedang tak baik-baik saja. 

Dert … Dert.

"Tu, hp kamu bunyi!" ucap Karin sembari menunjuk benda pipih milik Tania yang sudah tergeletak.

Tania segera meraihnya, ada nama Satria di sana. Terpampang nyata mencoba menghubungi Tania.

"Halo," jawab Tania dengan nada biasa saja. Entah apakah perasaan cinta itu sudah menguap begitu saja, setelah pengakuan Udin baru saja. Meskipun Udin hanya meminta maaf tidak berkata apapun. Namun Tania bisa mengambil kesimpulan sendiri.

"Sayang, nanti malam Mama mau datang ke rumah. Sepertinya ada yang ingin dibicarakan sama Ayah kamu. Kira-kira bisa nggak ya?" tanya Satria. 

"Iya, Mas. Bisa, ada yang ingin aku bicarakan juga. Kalau begitu nanti Tania bilang sama Ayah. Lagian Ayah sekarang baru pergi. Jadi nanti Tania sampaikan. Memangnya Mama mau bicara apa?" tanya Tania penasaran.

"Nanti kamu juga tahu, Sayang. Kamu lagi apa? Sudah makan?" 

'Sok perhatian.' Tania bermonolog dalam hati. 

"Sudah dulu, Mas. Aku mau nyelesain kerjaan dulu. Nanti kita sambung lagi."

"Ok." Tania segera mengakhiri sambungan teleponnya lalu kembali meletakan ponselnya di atas ranjang. Tania menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. 

****

POV Tania

Aku berjalan ke dapur. Melihat Simbok yang tengah memasak di dapur. Menyiapkan menu untuk makan malam nanti.  Sedangkan Ayah tak kudapati dia setelah pergi bersama istri mudanya.

Menatap Simbok dari belakang membuatku sedikit kecewa. Entah kenapa Simbok bisa melakukan itu. Berkhianat pada keluarga Ayah yang selama ini baik padanya.

Apakah uang adalah segalanya. Rela melakukan apapun jika demi uang? Ah, manusia memang serakah.

Terdengar deru mobil yang datang dari luar. Suara mobil itu terdengar tak asing lagi bagiku, pasti Ayah. Aku beranjak dari tempat dudukku lalu melihat mereka datang dari balik gorden jendela. Benar saja, Ayah pulang bersama Alma. Wanita muda nan cantik kini menjadi pengganti Ibu.

Pak Udin terlihat membuka pintu lalu menunduk. Menunjukkan hormat pada Ayah, namun kenapa demi uang Pak Udin rela berkhianat. Rela menutupi kebusukan Alma. Apakah nanti malam setelah acara makan malam akan aku ungkap semua. Agar Ayah tahu tak ada orang baik di dalam rumah ini.

Aku kembali menutup gorden. Lalu berjalan menuju meja makan.

"Tania? Kamu kok nggak pergi ke butik sih?" tanya Alma dengan nada bicara di buat-buat.

"Nggak, capek. Oh, ya. Yah, nanti Mama Ami mau datang ke sini sama Mas Satria. Katanya ada yang ingin dibicarakan."

"Soal pernikahan?"

"Tania nggak tahu?"

"Kok nggak tahu sih? Calon mertua sendiri kok nggak tahu, makanya kalau mau jadi menantu dan juga istri yang baik itu mesti pinter. Pinter ngerayu mereka." Alma meletakan tas jinjingnya di meja lalu memainkan benda pipih ditangan.

"Tania memang nggak pinter. Apalagi pinter ngerayu laki orang!" Bibir Alma seketika mencebik. Ketika mendengar ucapan anak sambungnya baru saja.

"Sudah, Ayah naik dulu ya. Mau mandi!"

"Iya, Yah." Aku menatap punggung Ayah hingga bayangan lelaki itu hilang di balik pintu kamar. Aku tidak akan pernah bisa membayangkan betapa sakitnya Ayah jika tahu kebusukan istrinya.

Alma dengan cepat pergi meninggalkanku di meja makan sendiri. Berjalan dengan sedikit cepat menuju kamar.

Aku melihat cctv pada ponsel yang sudah diatur. Terlihat disana suara kamar mandi gemericik, berarti benar Ayah sedang mandi. Lalu Alma, dia berjalan meletakan tas. 

Tunggu, apa yang dia lakukan? Tidak mungkin dia tahu aku meletakan cctv di kamar itu. Alma terlihat mondar-mandir di depan kamera. Lalu memasangkan wajahnya tepat pada kamera. Tersenyum lalu, hilang.

"Haist, sial. Darimana wanita itu tahu aku meletakan cctv di sana?" gumamku pelan. Hingga pandanganku beralih pada Simbok yang masih sibuk menumis bumbu. Aromanya menguar memenuhi ruangan. Apakah wanita tua ini yang melakukannya? Mengadu pada Alma? Atau justru Pak Udin. Astaga, aku benar-benar tertipu dengan wajah tua mereka. Padahal isi hatinya sama liciknya dengan Alma.

Aku bergegas ke kamar. Membersihkan diri lalu duduk di meja rias. Menatap pantulan diri pada cermin membuatku mengulum senyum.

Terdengar suara mobil yang aku yakini itu Mas Satria. Tak aku hiraukan justru aku sibuk mengirim pesan pada Karin.

[Alma tahu kalau aku pasang cctv di kamarnya.] Langsung dua centang berwarna biru. 

[Kok bisa? Pasti Simbok kalau enggak Pak Udin. Astaga, Tania. Rumah kamu itu emang kagak ada yang bener!]

[Aku mesti gimana?] 

[Kita pikirkan besok, aku lagi dijalan ini.]

Aku hanya membaca pesan terakhir dari Karin. Tanpa berniat membalasnya.

Seger aku menyelesaikan merias diri lalu berniat keluar kamar. 

Ceklek

Aku membuka pintu kamar berniat keluar. Namun alangkah terkejutnya aku sudah ada sosok perempuan berdandan menor berdiri di sana.

"Ngapain?"  

"Lama banget, dandan gitu aja. Udah ditungguin tu di meja makan." jawab Alma dengan melipat tangannya di depan dada. Sudut  bibirnya ditarik ke atas, memperlihatkan ketidaksukaannya padaku.

"Malam, Ma. Malam Mas Satria." Aku menyapa calon suami dan juga calon mertua. Bukan, tepatnya akan mencari calon mantan.

"Malam, Tania. Kamu cantik malam ini." Lagi-lagi Mas Satria memberi pujian padaku dihadapan orang banyak. Aku menatap lelaki itu lalu bergantian pada Alma. Mereka tampak biasa saja, tak ada yang berbeda. Sedangkan Ayah terus saja memperlihatkan senyuman.

Akhirnya makan malam dimulai, sebelum Mama Ami berbicara penting. Namun di saat kami sedang sibuk dengan piring masing-masing. Simbok berlari dari belakang dengan napas tersengal-sengal.

"Tuan … tuan," panggil Simbok dengan napas yang memburu.

"Udin, Tuan Udin-"

"Tenang, Mbok. Tenang, minum dulu. Tarik napas, lalu buang perlahan." Aku menginterupsi Simbok dan dia mengikutinya.

Huh hah …

"Terus bicara pelan, ada apa?"

"Udin, Mbak. Udin-"

"Pak Udin kenapa?" Ayah ikut bertanya karena penasaran melihat Simbok yang begitu takut. Keringat yang keluar dari keningnya bercucuran, sedangkan raut wajah Simbok seperti ketakutan.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tuti Alawiyah
cerita nya bagus lho,ayo baca
goodnovel comment avatar
Tuti Alawiyah
ko belum ada komentar yang masuk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DIKHIANATI IBU SAMBUNGKU DAN CALON SUAMIKU   Bab 44

    Desahan Ibu SambungBab 44Aku menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Merasa paru-paru maupun napas ini tidak bisa menghirup oksigen sebagaimana mestinya. Entah mimpi apa aku semalam yang pasti hari ini aku akan membuat sebuah keputusan. Keputusan besar yang akan merubah hidupku kelak. Keputusan yang akan aku pertanggungjawabkan pada Tuhan kelak. Keputusan yang harus aku ambil tanpa adanya paksaan maupun belas kasih. Tulus dari dalam hati.Aku menatap nanar Damar maupun Reza, kedua laki-laki itu baik. Mereka memiliki kelebihan masing-masing. Aku memiliki satu nama, nama diantara mereka yang mampu membuat hatiku sedikit terusik. Pandanganku kini berpindah pada Gladis, putri Reza. Parasnya begitu menawan mungkin mirip dengan Ibunya. "Tan, aku nggak mau kamu terbebani. Jika memang dia yang kau pilih. Tak masalah, aku mundur. Kebahagiaanmu jauh lebih penting," ucap Damar ketika mataku terus saja menatap Reza.Aku mengarahkan pandanganku ke arah laki-laki itu. Laki-laki yang pernah membay

  • DIKHIANATI IBU SAMBUNGKU DAN CALON SUAMIKU   Bab 43

    Desahan Ibu SambungBab 43"Kenapa nggak bisa, Tania? Uang kamu banyak kan?" Kini wanita itu tidak lagi sungkan meminjam uang. Malah terkesan memaksa.Aku berfikir sejenak, mencerna ucapan wanita itu. Haruskah aku meminjamkan uang dengan alasan kemanusiaan? Atau aku biarkan wanita itu kebingungan, entah apa yang ia katakan itu benar adanya atau tidak aku juga tidak tahu.****"Tania, bagaimana?" Wanita tua itu kembali memastikan bahwa aku akan memberinya pinjaman. "Maaf, Tante. Untuk uang sebesar itu Tania tidak bisa bantu. Lebih baik Tante berurusan dengan Karin. Nanti dia akan bantu. Kalau begitu Tania pergi dulu, Tan. Masih ada urusan, maaf." Aku berpamitan lalu meninggalkan Tante Mia yang masih memegangi gagang sapu. Aku harap wanita itu tidak tersinggung dengan sikapku, aku juga berharap dia mengerti akan sikapku. Aku membereskan semua pekerjaanku yang sudah selesai. Menaruh beberapa lembar kertas ke dalam map. Lembaran kertas ini adalah desain-desain pakaian terbaru yang akan

  • DIKHIANATI IBU SAMBUNGKU DAN CALON SUAMIKU   Bab 42

    Desahan ibu SambungBab 42"Kalau kamu gimana Damar?" tanya Tante Mila membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke arah Damar.Damar pun melihat ke arahku, mataku sengaja aku lebarkan dan sedikit menggelang, aku harap lelaki itu mengerti akan kode yang aku berikan."Damar …."****"Damar sih terserah gimana Tania nya aja," ucap lelaki itu sembari tersenyum. Entah mengapa membuatku justru ingin menjambak rambutnya yang lebat nan hitam itu. Bagaimana tidak, aku sudah memberinya kode dengan melebarkan mata dan juga gelengan kepala. Dia masih tidak mengerti, dasar laki-laki.Kini semua pandangan tertuju padaku, aku yang masih mengunyah sisa mie dalam mulut hanya bisa nyengir. HahMati aku, sudah aku bilang kan aku tidak mau dijodohkan. Kenapa justru seperti ini."Mereka masih muda, kasihlah kesempatan untuk kenalan. Mengenal lebih dekat satu sama lain, biar keputusan mereka yang ambil. Lagian, menikah itu sekali seumur hidup yang jalani juga mereka. Kita selaku orang tua hanya bisa m

  • DIKHIANATI IBU SAMBUNGKU DAN CALON SUAMIKU   Bab 41

    DESAHAN IBU SAMBUNGBab 41Aku duduk di kursi paling ujung bersama Ayah. Malam ini kami memutuskan makan malam di restoran. Sudah cukup lama aku dan juga ayah jarang makan malam berdua, menikmati kebersamaan semenjak kedatangan Alma. Dulu sebelum Ayah menikah dengan wanita itu, kami kerap melakukannya. Karena dengan cara itulah, aku dan juga ayah semakin dekat. Semenjak kepergian Ibu, aku benar-benar merasa kesepian.Ayah selalu pulang larut malam. Menyibukan diri bekerja, agar tidak terlalu mengingat mendiang istrinya. Namun sayang, dia lupa akan diriku. Untuk mengganti semua waktu yang ia habiskan di kantor, ia selalu mengajakku keluar hanya sekedar makan malam. Berbagi cerita dan juga mendengar keluhku.Ayah adalah sosok yang hangat, adanya dia selalu disampingku aku tidak merasakan kesepian lagi. Namun wanita itu datang, merenggut senyum Ayah dariku. Aku kembali kosong, tapi tidak sekarang. Ayah benar-benar sudah kembali seperti dulu, semua hal yang berhubungan dengan Alma sudah

  • DIKHIANATI IBU SAMBUNGKU DAN CALON SUAMIKU   Bab 40

    Desahan Ibu SambungBab 40"Kang, temennya Mbak Tania yang kemarin ganteng ya?" ucap Juminten ketika pisau yang ia pegang tengah mengiris wortel.Srutt ah …Udin menyeruput kopi hitam. "Yang mana sih, Yu?" tanya Udin sembari tangannya meletakkan cangkir di atas lepek."Alah, yang nganter Mbak Tania sama Simbok pulang itu lho. Masak Ndak tahu?!""Ow yang itu? Ganteng sih, beda tipis sama Mas Satria.""Halah, sama Mas Satria? Beda jauh Yo, Kang. Mas Satria itu nggak ada apa-apanya dibandingkan Mas Damar, lagian Mas Satria itu tingkahnya nggak bermoral. Coba sekarang gimana kabarnya Mas Satria, Kang Udin tahu tidak?""Ya mana saya tahu tho, Mbok. Wong bukan anakku kok!""Lha iya, Mas Satria itu lembaran buku yang seharusnya ditutup lalu disimpan di gudang. Sudah nggak perlu dicari keberadaanya. Cukup, cari buku baru," tutur Juminten panjang lebar. Membuat Udin tertawa cekikikan. "Bahasamu itu lho, Mbok. Sok puitis, kebanyakan nonton sinetron ini.""Iya, simbok paling suka nonton sinetr

  • DIKHIANATI IBU SAMBUNGKU DAN CALON SUAMIKU   Bab 39

    Desahan Ibu SambungBab 39"Minta tolong apa ya, Tan?" tanya Tania. Mona dan juga Susi pun terlihat sikut menyikut. Mona hanya bisa memainkan bibirnya dan kedua alisnya. Membuat Susi yang daya tangkapnya rendah kebingungan."Begini Tania, maksud kedatangan Tante ke sini, mau minta tolong sama kamu buat …."*****"Dam, cantik ya Tania?" Mila bertanya pada Damar setelah meninggalkan kediaman Tania."Cantiklah, Bu. Namanya juga perempuan," jawab Damar benar adanya. Kalau laki-laki tentunya ganteng."Ibu serius, kamu sepertinya juga suka sama dia. Iya kan? Dari cara kamu menatap Tania, Ibu sudah bisa membaca kalau kamu juga suka sama dia.""Ibu bisa aja. Itu cuma perasaan Ibu saja.""Masak?" Bibir Mila mencebik seolah mengejek putra keduanya itu. Ya Mila memiliki dua putra, anak pertama sudah menikah dia bernama Bagas, sedangkan istrinya bernama Sarah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Revan. Adam Margono adalah suami Karmila. Kini tengah berada di luar negeri. Ada bebera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status