“Bu, gak apa-apa … pakai saja ruangan ini … saya sebentar lagi akan menikah juga dan tidak mungkin tinggal di sini kho … tunggu sebentar, ya … saya bereskan barang-barang saya dulu!”
Aku membuka kunci pintu kontrakan. Sebelum mengemasi barang, aku memikirkan tujuan ke mana aku akan pindahan. Tiba-tiba teringat Susan dan Tuti di kontrakan lama. Meskipun mereka menyebalkan tapi terkadang mereka cukup banyak membantu.
Aku segera mengirimkan pesan pada mereka. Beruntung nomornya masih kusimpan. Tidak berapa lama Susan membalas. Alhamdulillah masih ada satu yang kosong katanya.
Segera kumemesan mobil online. Tidak berapa lama mobil online yang kupesan datang. Bersamaan dengan Adzan maghrib aku berangkat meninggalkan tempat tinggal yang sudah mengikat
“Pak Rama berhenti membandingkan status … saya meninggikan dan menghormatinya sebagai calon imam saya … kenapa Bapak begitu tega hendak menjatuhkannya di hadapan semua orang? Apa salah dia pada Bapak?!” Jemari ini menggenggam erat jemari kokohnya. Aku hendak membuatnya yakin jika aku ingin selalu bersamanya. “Ck! Dinda … mungkin matamu sudah tertutup … entah ilmu apa yang dia gunakan sehingga kamu gak bisa membedakan mana berlian dan mana pecahan kaca?” umpat Dwi Rama. “Siapa yang Bapak maksud berlian? Siapa yang Bapak maksud pecahan kaca? Bapak tidak bisa semena-mena menilai orang dengan memandang kasta?” Aku hendak maju ke depan. Rasanya ingin berteriak-teriak memaki Dwi Rama. Namun Bang Danes menahan lenganku.
POV AUTHORExtrapart 1“Sayang, sudah sampai mana?” terdengar suara Ibunya Dinda dari seberang telepon.“Ini baru antri check in, Ma! Kenapa sih?” tanya wanita cantik yang baru saja berubah status menjadi seorang istri dari lelaki bernama Daneswara itu.“Ya udah hati-hati, mama cuma mau mastiin saja kamu sudah sampai bandara!” ucapnya.“Iya, Ma!” jawab Adinda. Kemudian dia mematikan sambungan teleponnya setelah mengucap salam.Lelaki bermata tajam itu menoleh. Sepertinya dia baru saja selesai check in dan mendapatkan dua boarding pass.Danes berjalan menghampiri Dinda yang mematung diluar tali pembatas antrian sambil menungguinya, satu koper berukuran kecil sengaja tidak ikut dimasukkan ke dalam bagasi.
POV AUTHORExtrapart 2Danes berdiri. Amelia berjalan mendahuluinya menjauh dari tempat Dinda duduk. Mereka mendekat ke tepi pantai dengan jarak beberapa meter dari Dinda. Pastinya suara mereka tidak terdengar. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi tampak sesekali wanita itu menyeka matanya.Dinda menarik napas berulang-ulang. Melihat lelaki yang dicintainya berdiri selama dan sedekat itu dengan wanita lain ada aliran aneh yang meluap. Membumbung memenuhi dadanya sehingga terasa semakin sesak. Apakah dia kali ini tengah cemburu?Dinda berdiri dari tempat duduknya. Dia hendak mencari pemandangan lain untuk menghilangkan sesak di dadanya. Dia berjalan menjauh tanpa sepengetahuan Danes. Dinda menyusuri pinggiran pantai yang dibatasi oleh pagar. Berjalan menjauh ke arah yang berlawanan dengan tempat Danes dan Amelia berdiri.Di salah satu tempat yang cukup sepi dia berhenti
POV AUTHORExtrapart 3“Twin Tower kami datang!”Perjalanan dari Port Dickson Negeri Sembilan Malaysia menuju Kuala Lumpur Convenction Centre (KLCC) memakan waktu kurang lebih satu setengah jam. Nantinya mereka akan mencari hotel di sekitar KLCC sebelum keesokan harinya berangkat kembali ke bandara yang bisa ditempuh dalam waktu empat puluh lima menit dari sana.Mereka berdua menaiki transportasi online. Dinda cukup terkejut ketika sang pengemudi tampak bukan seperti supir pada umumnya. Dari applikasi transportasi online yang dipesannya tampak jika driver yang membawanya bernama Lee Park Ho---seperti nama warga korea.Betul saja ketika transportasi online itu datang. Seorang lelaki bermata sipit yang duduk di balik kemudi.“Hallo, can you deliver me to KLCC?” Dinda berbasa-basi. Lelaki itu menoleh ke kursi penumpang di mana Dinda dan D
"Dia Naila Alfathunnisa, mahasiswi fakultas kedokteran di universitas M*l*ya!” ucapnya setelah menarik napas panjang. “Terus?” Danes mengangkat satu alisnya mengisyaratkan agar adiknya melanjutkan perkataannya. “Orang tuanya asal Solo, terus dia tinggal dan besar di Jakarta!” lanjut Arya tampak enggan. “Lalu?” “Apa sih, Bang?! Udah deh, gak penting juga!” Wajah Arya tampak mulai gusar. Danes bergeming dan hanya menatap sekilas wajah adiknya. Namun Endra tiba-tiba melanjutkan penjelasan sahabatnya yang terputus itu. “Naila itu cantik, pinter dan menjadi idola kampus … kami bertemu pada saat mengikuti pertemuan himpunan mahasiswa Indonesia di Malaysia. Dia itu sudah seperti selebritis yang memiliki penggemar sendiri di lingkungan kampusnya, Bang! Tidak ada alasan untuk seorang lelaki tidak menyukainya, termasuk Arya meski tidak mungkin mereka jadian
PENGANTIN PRIA TIDAK DATANG MENJELANG AKADBATAL_NIKAH (1)[Alma, maafkan aku tidak bisa meneruskan pernikahan ini! Ternyata menjelang detik-detik pernikahan ini, aku semakin tidak yakin akan perjodohan yang sudah diatur orang tua kita! Mungkin ini terdengar egois, tetapi beruntung aku menyadarinya sebelum terlambat. Maafkan aku, Alma!]Seketika itu, aku menjatuhkan gawaiku. Gaun pengantin yang menjuntai indah sudah tidak lagi bisa membuatku tersenyum seperti beberapa menit lalu.Pernikahan indah yang kubayangkannya seketika hancur bersama sebuah pesan yang kudapati. Mas Rangga---calon suamiku, dengan tega mengirimkan sederet kalimat melalui pesan WA untuk membatalkan pernikahan ini pada detik-detik terakhir menjelang acara. Entah apa alasannya, aku tak mengerti.Sesak menyeruak. Air mata tanpa kompromi lag
BATAL NIKAH (2)Happy reading!Namun ada suara bariton yang tiba-tiba muncul dari arah luar.“Siapa yang mengatakan mempelai prianya tidak datang? Ini, calon mempelai prianya ada bersama saya, Bi! Tolong tahan para tamu untuk tidak pulang!” Kudengar suara Azka dari luar. Kami semua menoleh tetapi belum bisa melihatnya datang bersama siapa karena Bi Warsih berdiri di ambang pintuBi Warsih menggeser tubuhnya. Mata kami menatap pada sosok pria yang berdiri mematung di samping Azka---saudara kembarku.“Bang Arya?” gumamku dalam dada. Lelaki dengan wajah dingin itu berdiri dan menatap ke arah kami.“Arya akan menikahi Alma, aku sudah berbicara dengannya!” ucap Azka yakin.&nb
Pov RanggaSubscribe dulu ceritanya jangan lupa! Happy reading!Aku mengerjap. Kedua mataku terasa sangat berat untuk dibuka. Kupijit pelipis yang rasanya berdenyut nyeri. Kuedarkan pandang para sekitar kamar yang terasa asing bagiku ini.“Astaga!”Aku memekik kaget. Ternyata aku tidur dengan kondisi setengah telanjang. Hanya memakai celana selutut tanpa pakaian.Kuedarkan pandang ke sekitar, pakaianku bertebaran di mana-mana. Kucoba mengingat-ingat kenapa aku bisa berada di sini.Sore kemarin Miranti---mengajakku bertemu. Dia itu kakak kelasku dulu sewaktu SMA yang ternyata kakak sepupunya Alma Humaira---calon istriku. Dia bilang, ada pesan yang ingin disampai