Di tempat lain, Kiki kini sudah bertemu dengan Sofi di salah satu kafe daerah Kemang. Meski raganya bersama Sofi tapi hati sekaligus pikirannya melayang ke rumah. Lebih tepatnya memikirkan kondisi Ryan yang akan dikerjai apa lagi oleh mamanya nanti.
“Ki, gimana caranya move on,” kata Sofi merengek. Bahkan baru bertemu saja Sofi sudah merengek-rengek karena akan ditinggal kawin oleh gebetannya.
Kiki merasa bingung sendiri melihat sikap Sofi yang terus menangis bahkan merengek membayangkan Priyo akan menikah nanti. Kiki saja dulu bingung mau move on dari mantan pertamanya. Untung saja ada Kak Doni yang menolong hari-harinya yang galau saat itu.
“Jujur Sof gue nggak tahu sumpah. Soalnya gue juga sama kayak lo. Sekali suka sama orang emang bucin banget.”
“Hiks … hiks … padahal Mas Priyo bukan mantan, cuma gue-nya kalau naksir terlalu berlebihan jadi gini rasanya. Sakiiiit ….” Sofi terus memegang dadanya
10 TAHUN KEMUDIAN.Nama Adeeva Putri Anggara kini sudah meroket ke berbagai penjuru sudut kota Jakarta, dan beberapa kota besar di pulau Jawa. Bisnis makanan yang dikelolanya kini semakin berkembang sangat luar biasa. Adeeva kini menjadi salah satu wanita tersukses di mata orang-orang dan masyarakat karena keahliannya dalam bidang bisnis.Tak heran jika banyak gosip yang melekat pada dirinya dulu sebelum memiliki pendamping hidup. Banyak sekali pria yang mendekati sesosok Adeeva, namun tidak satupun yang berhasil memikat hatinya. Adeeva hanya menganggap jika pria-pria itu cuma mencari sensasi semata karena dirinya sudah mulai dikenal publik.Dia kini habis membuka cabang kafe-nya di kota Semarang. Saat menuruni pesawat, hatinya merasakan gejolak rindu yang luar biasa kepada seseorang yang sudah menemani hari-harinya selama lima tahun terakhir ini. Adeeva rasanya ingin sekali memeluk pria itu dan buah hatinya yang selalu memberikan warna kehidupan.Banyakn
Adeeva kali ini masih merasa bingung dan ragu atas keputusannya. Semenjak malam sabtu kemarin Baim mengutarakan perasaannya itu membuat sabtu pagi ini terasa malas beraktifitas. Adeeva yang biasa rajin sudah berada di dapur kali ini masih berada di atas kasur gulang guling seperti anak remaja yang baru puber.Tak lama pintu kamarnya dibuka dan menampilkan sesosok Kiki dengan gaya khasnya yang selalu mendesah panjang ketika melihat anak perempuannya masih betah di atas kasur.“Kamu enggak ke kafe?” tanya Kiki.“Hari ini Adeeva enggak mau masuk.”“Kenapa?”“Males aja, Bun.”“Galau gara-gara lamaran Baim semalam?”Adeeva diam, ia tidak merespon namun kepalanya langsung kepikiran dengan ungkapan hati Baim semalam. Akan tetapi Alex pun sama sudah mengungkapkan dengan romantis dan sesuai khayalannya. Ditambah Leonel yang tampak amat begitu menyesal telah menyakitinya.&ldquo
Jumat pagi ini Baim mendatangi makam istrinya. Tak lupa ia membelikan bunga kesukaan Adiba. Ia menaruh di depan batu nisan Adiba dan menyiramkan air mawar ke atas tanah gundukan itu. Baim berdoa di sana agar kubur istrinya diberikan kelapangan. Ia juga mengusap batu nisan itu lembut sambil memanggil nama Adiba di dalam hati.“Sekarang anak kita sudah besar sayang,” ujar Baim. Seakan-akan mengatakan kepada Adiba yang masih hidup. Mengajaknya mengobrol seperti biasa meski tidak ada respon apapun. “Dia menjadi anak yang sangat begitu menggemaskan. Bahkan sangat cantik seperti kamu sayang.”Baim tersenyum, dan menunduk menatap tanah gundukan yang sudah ia tabur bunga. “Namanya Ayesha seperti yang kamu inginkan. Bahkan ia seperti kamu. Sangat pemilih untuk dekat dengan orang lain. Harus benar-benar kenal dulu baru mau. Tapi, ada yang membuatku heran. Dia bisa dekat dan langsung akrab dengan perempuan bernama Adeeva. Dia dulu perempuan yang sang
Setelah menikmati makan bakso bersama, mereka langsung berkeliling bangunan di kota tua. Bahkan Alex kini lebih memeluk pinggang Adeeva sangat posesif.Merasa lelah berkeliling dari bangunan satu ke yang lainnya membuat mereka duduk di sebuah bangku yang berada di sana.Alex tiba-tiba langsung menyelipkan rambut Adeeva ke belakang telinga. Tatapannya langsung berubah serius namun masih menunjukkan kelembutan.“Adeeva ….”“Hmm.”“Kamu tahu kan kalau aku ke sini untuk melamarmu?”Adeeva mengangguk. “Iya, aku tahu kok.”Alex langsung merogoh ke saku jaket kulit yang dipakainya. Alex mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah dan segera berlutut di depan Adeeva yang tengah duduk.Merasa terkejut dengan tindakan Alex membuat Adeeva langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Mata Adeeva bahkan sangat berkaca-kaca melihat sikap Alex yang sungguh sangat romantis.
Setelah kepergiaan Adeeva dari kantornya, Baim langsung termenung mendengar penuturan dari perempuan itu. Perempuan yang baru dikenalnya beberapa waktu silam. Meski dalam hati ada ketertarikan kepada perempuan itu, namun masih ada ketakutan yang hinggap di benaknya. Baim takut menyakiti hati perempuan itu jika suatu saat mengingat almarhum istrinya. Apakah nanti perempuan itu akan menerimanya jika suatu saat nanti Baim masih terus mengingat Adiba? Meski sesosok Adiba sudah tiada, akan tetapi tetap saja takut melukai perasaan Adeeva.Tak ingin pusing pun membuat Baim langsung mengempaskan perasaan itu. menghilangkan benak Adeeva di pikirannya dan terus fokus bekerja untuk masa depan Ayesha nanti. Baginya, Ayesha lebih penting dan utama dibanding perasaan hatinya.Lain hal dengan posisi Adeeva yang masih termenung di depan kantor Baim. Ia sudah bisa menyimpulkan perasaan Baim kepadanya. Pria itu hanya menganggap teman saja tidak lebih dari situ. Adeeva pun akhirnya manta
Adeeva tidak menjawab apapun atas permintaan kesempatan kedua yang diucapakan oleh Leonel. Adeeva hanya tersenyum dan menyuruh pria itu untuk pergi kembali hotel agar bisa istirahat. Bukan ia labil atau bagaimana. Akan tetapi ia tidak tega melihat mata lelah di wajah Leonel. Ia mencoba bersikap biasa selayaknya teman. Adeeva hanya ingin bersahabat dengan berdamai dengan masa lalunya tidak lebih. Meski masih memiliki perasaan kepada pria itu, akan tetapi itu hanya sekadar sisa-sisa yang dulu saja.“Apa tujuan dia ke sini?” tanya Kiki.“Meminta kesempatan kedua, Bun.”“Jangan kamu kasih, Adeeva!” sambar Ryan, yang sedang fokus menikmati nasi goreng buatan Kiki.Adeeva yang masih sibuk berkutat di dapur pun menoleh ke arah meja menatap Ryan yang sedang menatapnya. Adeeva hanya menghela napas panjang.“Tapi dia bilang menyesal gitu, Yah,” ujar Adeeva kemudian.“Menyesal terus nanti begitu lag