Share

Bab 3 : Perselingkuhan Tante & Keponakan

Keadaan kacau yang terjadi di depan restoran itu, membuat beberapa orang yang keluar dan masuk ke restoran tersebut memandang ke arah Andrew, Reza dan seorang sekuriti yang mendengar penjelasan dari kedua belah pihak yang tengah berselisih paham atas seorang wanita yang berada dalam dekapan Andrew.

“Pak satpam, wanita ini anak dari bos saya. Tolong, tahan lelaki ini untuk nggak membawa wanita ini ke dalam mobilnya!” seru Reza menghalangi langkah Andrew yang akan membawa masuk Luna ke dalam mobilnya.

“Maaf Pak, saya nggak bisa menahan Tuan ini untuk membawa wanita yang diakui sebagai istrinya. Karena mereka memang datang berdua ke restoran ini. Justru Bapak yang harusnya jangan menghalangi Tuan ini," jawab satpam kala melihat penampilan Reza yang sederhana dibandingkan Andrew yang terlihat necis.

Melihat Luna yang dipaksa masuk ke mobil oleh Andrew, membuat Reza tak dapat berbuat apa-apa. Hingga ia berinisiatif menghubungi putranya untuk bisa menghalangi langkah Andrew membawa Luna yang dalam keadaan tidak sadarkan diri.

“Devan! Cepat kamu ke lobby restoran. Bantu Papa!" pekiknya keras dan menutup panggilan telepon tersebut kala dilihat Andrew telah meletakkan tubuh Luna pada bagian belakang mobilnya. Lelaki tampan itu bergegas menuju pintu pada bagian setir mobil tersebut.

“Tolong Pak! Jangan kasih mobil ini jalan. Tolong Pak!" teriak Reza menghalangi mobil Andrew usai melihat tubuh Luna dibaringkan di belakang mobil dengan menahan pintu bagian belakang mobil Andrew.

Devan, putra Reza yang melihat papanya menghalangi sebuah mobil dengan menahan pintu bagian penumpang untuk tidak tertutup, tersadar atas situasi genting yang terjadi pada putri sang bos. Apalagi Devan juga mendengar apa yang menjadi perbincangan antara papanya dan Subroto. Maka dari itu, dengan sigap Devan meraih tubuh Luna yang ada di bagian bangku belakang mobil dengan membopongnya. Andrew yang tak menyangka lelaki yang menghalanginya membawa seorang pemuda untuk mengangkat tubuh Luna keluar dari mobilnya pun, mengejar Devan yang membopong tubuh Luna.

“Hey! Brengsek...! Lepaskan istriku! Satpam! Tangkap lelaki itu!” teriak Andrew berlari mengejar Devan yang membopong tubuh Luna.

Devan yang dikejar oleh Andrew pun, meletakkan tubuh Luna di sisi taman yang berisi rerumputan. Kemudian, tak dapat dielakkan kedua lelaki itu saling baku hantam. Devan yang lebih muda dan bertenaga dari Andrew mampu melakukan pukulan ke wajah Andrew hingga membuat lelaki tampan itu terjungkal.

Bugh! Bugh!

"Aduh! Satpam! Tahan lelaki ini!" teriak Andrew dalam posisi di tanah memegang wajahnya yang terkena bogem mentah.

Melihat lelaki yang dipastikan melakukan kejahatan pada putri bos papanya, membuat Devan semakin garang dan menendang bagian perut Andrew hingga lelaki itu memegangi bagian perutnya.

"Aakh...! Tolong...!" jeritnya.

Sampai akhirnya, dua orang satpam menghentikan perkelahian di antara mereka. Bersamaan dengan itu, Reza yang menghubungi Subroto saat Devan tengah terlibat baku hantam dengan Andrew menyalakan speaker pada ponselnya dan meminta kedua satpam yang memegang tubuh anaknya yang telah melakukan pemukulan pada Andrew untuk mendengarkan suara Subroto.

“Malam Reza, apa terjadi sesuatu dengan putriku?” tanya Subroto cemas.

“Maaf Pak, saat ini Nona Luna nggak sadarkan diri dan lelaki yang bersamanya akan membawanya pergi. Silakan Bapak bicara dengan satpam dan lelaki yang bersama Nona Luna,” ucap Reza dengan menyalakan speaker pada ponselnya dalam posisi satpam telah melerai perkelahian Andrew dan Devan.

“Apa! Mana lelaki yang membawa putriku!” teriak Subroto panik atas kondisi putri semata wayangnya.

Devan yang telah dilepas oleh kedua satpam pun, menghindari kerumunan pengunjung yang ingin tahu duduk masalahnya dengan kembali membopong tubuh Luna yang masih tak sadarkan diri ke dalam mobil, ketika Reza tengah berbicara dengan Subroto dalam sambungan telepon.

Sementara Andrew yang tak menduga kalau aksinya ketahuan sebelum menjalankan rencananya, mau tak mau menerima telepon yang disodorkan oleh Reza.

"Ini bicara!" ucap Reza penuh emosi.

“Malam Om, maaf sebelumnya. Sepertinya ada salah paham antara saya dan orang kepercayaan Om. Begini Om..., Luna saat ini lagi mabuk berat. Maka dari itu, rencananya saya akan antar ke rumah," dalih Andrew.

“Kamu nggak perlu antar putriku! Putriku nggak pernah sekalipun minum alkohol! Jadi nggak mungkin dia akan mabuk! Perlu kamu ingat! Kalau sampai terjadi sesuatu dengan putriku..., aku pastikan seluruh keluargamu akan menderita! Camkan itu!” ancam Subroto dengan suara menggelegar dan bergetar saat dirinya meyakini terjadi sesuatu dengan putri semata wayangnya.

Beberapa orang yang mendengar suara pada ponsel yang dinyalakan speaker nya memandang curiga pada Andrew, begitu juga dengan satpam yang hampir saja membiarkan lelaki tampan itu membawa wanita yang bukan istrinya.

“Baik Om," ucap Andrew lemas, seraya memberikan ponsel tersebut pada Reza dan bergegas masuk ke dalam mobilnya sebelum satpam dan beberapa orang mencurigainya sebagai penculik.

Akhirnya, Luna yang sengaja diberikan obat bius oleh Andrew terselamatkan oleh aksi Reza dan putranya yang juga mendapatkan informasi dari orang kepercayaan Subroto lainnya yang menyelidiki latar belakang Andrew.

Setelah itu, Reza bersama putranya membawa Luna ke rumah sakit swasta sesuai dengan perintah Subroto. Kemudian, mereka bertemu di rumah sakit tersebut saat jam menunjukkan pukul sembilan malam.

Sekitar pukul sebelas malam, Luna yang telah terbebas dari obat bius membuka matanya perlahan dan memandang ke arah dinding pada bilik tindakan di ruang UGD pada rumah sakit tersebut.

Subroto yang merasakan genggaman tangan putrinya pun, berkata lirih dengan rasa cemas yang masih tergambar pada raut wajahnya.

“Luna sayang...,” ucap lirih Subroto memegang jemari putrinya.

“Papa..., hikss...,” tangis Luna pecah saat dirinya mendengar suara Subroto yang berada di kursi roda pada sisi kanan dari tempat tidur di ruangan itu.

“Sayang maafkan Papa..., hampir saja lelaki jahanam itu memperdayai kamu,” parau suara Subroto masih memegang jemari lentik putrinya dengan berurai air mata.

“Papa jangan menangis..., Luna yang dibutakan oleh kelicikan lelaki jahat kiriman tante Jessica. Untung saja Allah melindungi Luna. Paa ... apa bisa Luna bicara dengan om Susetyo?”

“Dicky!” panggil Subroto pada seorang ajudannya yang selalu menemaninya kemana pun dirinya pergi.

Dicky masuk ke dalam bilik tindakan di UGD dan memberikan ponsel sang bos. Setelah itu, lelaki yang bernama Dicky kembali keluar.

Dengan tangan gemetar Luna menghubungi adik bungsu papanya. Beberapa saat kemudian, terdengar sahutan dari panggilan teleponnya. “Malam Mas,” sapa Susetyo dalam sambungan telepon milik Subroto.

“Om, ini Luna...,” ucapnya lirih menahan sakit hati dan kepiluan saat akan memberitahukan pamannya sendiri atas perselingkuhan yang terjadi pada istri dan lelaki yang dijodohkannya.

“Luna, ada apa? Papa kamu baik-baik saja, kan?!” tanya Susetyo kuatir saat mendengar suara Luna lirih dan melihat panggilan dari ponsel Subroto.

“Papa baik-baik saja Om. Maaf, bila berita ini mengejutkan Om. Luna hanya ingin memberitahukan, kalau lelaki yang dijodohkan tante Jessica hampir berbuat jahat sama Luna. Dia juga ternyata, Selingkuhan tante Jessica, Om!" tegas ucap Luna tanpa bisa menahan berita itu.

“Apa! Nggak mungkin! Kamu jangan mengada-ngada Luna!” bentak Susetyo saat mendengar perselingkuhan istrinya secara langsung dari keponakannya.

Setelah itu, terdengar suara seorang wanita disisi Susetyo. Sesaat kemudian, Jessica yang terbangun dari tidurnya pun, meraih ponsel suaminya dan menyerang Luna dengan kata-kata kasarnya.

“Dasar perawan tua! Dijodohkan dengan lelaki baik-baik malah menuduh aku berselingkuh dengan keponakanku sendiri. Aku rasa kamu itu sudah sakit jiwa. Ingat! Jangan fitnah keluargaku kalau kamu nggak suka dengan lelaki pilihanku! Aku memang dekat dengan Andrew.Tapi..., itu sebatas Tante dan keponakannya! Paham kamu!”

“Tante! Aku jelas mendengar apa yang dikatakan lelaki bajingan itu! Dia sengaja membiusku untuk menghancurkan hidupku. Untung saja, banyak orang baik di sekeliling kami. Jadi, mulai saat ini aku dan papa nggak akan menganggap kalian keluarga kami!” balas Luna dengan tegas seraya menutup sambungan telepon tersebut.

Sesudah memberitahukan perselingkuhan yang tak diakui oleh Jessica dan tak dipercaya oleh Susetyo, Luna pun, menangis sesenggukan kala teringat kembali kejadian yang menimpanya.

Dengan hati hancur, mereka berdua menangis bersama tanpa ada kata-kata yang mampu menjabarkan perasaan sedih bercampur sakit atas kejadian yang menimpanya. Sampai akhirnya, Reza yang melihat putranya sangat lelah tertidur di kursi panjang rumah sakit, meminta izin pada Subroto untuk pulang ke rumahnya.

“Permisi Pak, saya izin untuk pulang,” izin Reza dari luar bilik tindakan pertama di UGD tersebut..

“Reza ... Masuklah!” perintah Subroto padanya.

Reza masuk dan menganggukkan kepalanya pada Luna yang masih terbaring lemah sebelum dipindahkan ke ruang perawatan.

“Pak Reza, terima kasih sudah menyelamatkan saya,” ucap Luna lirih memandang Reza yang beberapa kali menganggukkan kepalanya.

“Sama-sama Buu..., semoga Bu Luna cepat pulih. Semua yang saya lakukan atas perintah pak Subroto. Bukan karena saya, Buu. Saya hanya sebatas menjalankan perintah bapak,” ucap Reza menoleh ke arah Subroto.

“Reza pulanglah ... Kasihan juga putramu belum pulang selepas kuliah. Sampaikan juga ucapan terima kasih kami pada putramu,” ujar Subroto.

Setelah itu, Reza pulang ke rumahnya saat jam menunjukkan hampir pukul dua belas malam dengan rasa lelah yang teramat sangat bersama sang putra kesayangannya. Namun, hatinya begitu bahagia karena bisa membantu orang yang sudah berjasa kehidupan keluarganya dengan bekerja di perusahaan milik keluarga Subroto sebagai HRD.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status