Share

Bab 4 : Pelajaran untuk si Brengsek

Keesokan harinya sekitar pukul dua sore, Luna yang kondisi psikis dan fisiknya sudah membaik diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya di rumah sakit. Sesampai di rumah, Subroto yang senantiasa didampingi oleh Dicky meminta pada ajudan yang merangkap sebagai kepala pelayan untuk memberitahukan pada seorang sekuriti yang berjaga agar tidak membiarkan lelaki bernama Andrew untuk masuk ke dalam rumah mereka.

“Dicky! Beritahu sekuriti yang jaga sekarang untuk minta KTP siapa pun yang mau bertamu. Perlu diingat, jangan biarkan lelaki bernama Andrew masuk ke halaman rumahku,” perintah Subroto pada ajudannya.

“Siap! Baik Tuan besar,” jawab Dicky berdiri tegap menghadap ke arah Subroto yang berada di ruang keluarga pada sofa panjang. Sementara, Luna duduk di sebelah Subroto terdiam dan mengamati setiap gerakan yang ada di ruang keluarga tersebut dengan menikmati potongan buah semangka berwarna merah.

Ajudan bertubuh tinggi besar itu pun, berlalu dari hadapan Subroto dan Luna, berjalan ke pintu keluar menuju gerbang untuk menyampaikan hal yang diperintahkan oleh atasannya.

Sekitar dua jam kemudian tepat pukul empat sore, di saat Luna dan Subroto tengah bersantai di taman samping rumah dengan memberikan makanan ikan koi, tampak Dicky menemui Subroto dan berbicara serius pada sang bos.

“Selamat sore Tuan besar ... Lelaki yang dilarang masuk ke dalam rumah ini berada di depan pintu gerbang bersama Tuan Susetyo dan Nyonya. Mereka ingin bertemu,” lapor Dicky membuat wajah Luna seketika mengeras, menahan emosi dan langsung menyambar ucapan Dicky.

“Suruh mereka masuk semua,” pinta Luna dengan suara dingin.

Dicky pun berlalu dari hadapan mereka untuk mempersilakan ketiga tamu masuk ke dalam rumah mewah tersebut. Dan Subroto memandang ke arah putri tunggalnya untuk menanyakan perihal keputusannya bertemu dengan lelaki yang hampir melakukan perbuatan jahat padanya.

“Sayang ... Untuk apa juga kamu bertemu dengan lelaki jahat itu? Kalau saja Papa tidak lumpuh, sudah Papa hajar dia habis-habisan.” Ungkap perasaan kesal Subroto saat mengingat kejadian yang hampir mencelakai kehidupan putri semata wayangnya.

“Luna cuman mau mengingatkan si Jessica, kalau dia nggak akan mampu menjatuhkan mental saya, Pa..., Luna juga akan menjelaskan, kalau kita sudah tidak ingin menerima mereka bertamu ke rumah. Jadi, sekarang adalah hari terakhir mereka bertandang ke rumah kita,” tegas Luna.

Namun, di dasar hatinya yang terdalam Luna ingin agar bisa melepaskan kemarahan di hatinya pada lelaki brengsek yang telah membiusnya. Karena itu, usai ia siuman dan pulang ke rumah, Luna sengaja meminta visum pada dokter yang merawatnya atas obat bius yang sengaja diletakkan pada hidungnya. Dimana, barang bukti sapu tangan yang digunakan Andrew tanpa sengaja terambil oleh putra Reza, seorang staf pada perusahaan yang dipimpin ketika membawanya ke mobil mereka.

Derap langkah ketiga orang yang berjalan menuju halaman samping membuat pandangan Subroto yang masih terduduk di kursi roda menatap tajam ke arah lelaki yang masih berani ke rumahnya usai hampir menyelakai Luna. Sedangkan Luna membelakangi ketiga orang yang semakin mendekati kebun yang terletak di samping rumah mewahnya dengan memandangi ikan-ikan yang menari dalam gemercik air.

“Untuk apa kalian ke sini lagi?!” bentak Subroto menatap Andrew yang langsung mendekat dan bersimpuh di depan kursi rodanya.

“Maafkan saya, Om... Saya salah dan khilaf. Maafkan saya. Tapi, demi tuhan ... Saya akan bertanggung jawab atas diri Luna dengan menikahi secepatnya,” ucap Andrew bersimpuh dan memegang kedua kaki Subroto yang lumpuh. Sementara Subroto memandang pada kepala lelaki di hadapannya tanpa berkata-kata.

Sebelum Subroto berkata-kata, Jessica adik iparnya ikut mendekat dan ikut membungkuk di sisi kanan kursi roda Subroto sembari berbicara panjang lebar padanya.

“Mas ... Maafkan Andrew. Maklum..., jiwa mudanya begitu bergejolak. Ia hanya takut Luna menolak dirinya. Karena itu, ia berpikiran untuk menikmati malam bersama Luna. Dengan demikian, Luna pasti tak dapat menolaknya lagi. Maafkan kebodohan pikirannya. Maklum, Andrew lama di London dan tidak pernah dekat dengan wanita lain, jadi dia bingung untuk menaklukkan hati Luna. Maafkan Andrew, Mas. Dan aku mewakili maminya Andrew meminta maaf,” urai Jessica panjang lebar menutupi segala yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

Hal itu dilakukan Jessica usai menerima tantangan Susetyo, sang suami yang sedikit curiga atas yang terjadi dan yang dikatakan keponakannya. Terlebih, Jessica begitu berapi-api memojokkan Luna, saat malam kejadian. Sehingga Susetyo pun ingin konfirmasi atas apa yang di katakan Luna.

Luna yang mendengar pembelaan Jessica atas lelaki piaraannya selama ini, membuat hatinya kian terbakar amarah. Hingga tanpa diduga, dengan emosi yang kian memuncak, wanita cantik langsing itu, membalikkan tubuhnya dan mendekati tubuh Andrew yang masih menunduk dan memegang kedua kaki Subroto.

Sesaat kemudian, Luna yang menggunakan celana leging hitam dengan kaos putih serta menggunakan sepatu kets menendang tubuh Andrew dari samping kanan sekuat-kuatnya hingga mengenai tulang rusuknya dan terguling persis di depan kaki Jessica.

BRUG...! BRUG...!

“Rasakan itu, pecundang Brengsek!” teriak Luna menginjak-injak tubuh Andrew dengan kaki yang berbalut sepatu kets. Sehingga Andrew pun menjerit kesakitan. Jessica sendiri menjerit ketakutan kala melihat lelaki yang jadi selingkuhannya ditendang dan terguling ke arahnya, sembari memuntahkan kata-kata kasar nya pada Luna.

“Aduh! Sakittt...!” keluh Andrew memegang bagian kanan pinggangnya yang ditendang keras Luna.

Sementara Jessica menjerit dan tampak menutupi tubuh lelaki tampan yang diinjak-injak oleh Luna dengan memeluk tubuh lelaki tampan itu secara refleks, hingga membuat sang suami, Susetyo adik kandung Subroto semakin mencurigai kelakuan istrinya.

“Stop! Lunaaa! Sudah gila kamuuu! Stop Lunaaa! Dasar perawan tua..., nggak tau diuntung!” umpat Jessica dengan melindungi tubuh lelaki selingkuhannya tepat di hadapan suaminya.

“Lihat Om Setyo! Lihat...! Wanita apa yang Om nikahi ini? Sudah jelas dia melindungi lelaki selingkuhannya! Dasar wanita picik!” serang Luna dengan emosi mendekati Jessica dan menarik tangan wanita berusia sekitar 48 tahun tersebut dengan gemas.

“Lepaskan tanganmu! Kalau sampai kamu melukai Andrew lagi aku laporkan kamu ke polisi!” ancam Jessica yang ikut menarik lengan lelaki selingkuhannya untuk berdiri sebelum Luna yang telah kalap menendang dan menginjak-injaknya kembali.

Setelah keduanya berdiri tepat di hadapan Luna, sebuah tinju dilayangkan ke pipi lelaki tampan itu.

Bugh! Bugh!

“Aku bunuh kamuuu! Brengsek! Bajingan!” teriak Luna sembari melayangkan tinjunya ke arah lelaki tampan itu.

Tampak darah segar dari hidung lelaki tampan itu kala jab kanan dan jab kiri tinju Luna mengenai hidungnya yang mancung hingga membuat Jessica semakin panik dibuatnya

“Luna cukup! Lunaaaa! Aku nggak main-main! Aku laporkan polisi kamu!” teriak Jessica melihat amukan Luna yang sangat brutal.

“Silakan! Laporkan aku pada polisi. Aku juga punya bukti waktu lelaki peliharaan kamu membius aku! Walau aku tidak merekam pembicaraan di antara kalian. Namun, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya akan jatuh juga!” sengit Luna pada Jessica, sang tante. Istri dari adik papanya.

Sampai akhirnya, Subroto yang telah puas melihat pembalasan yang dilakukan Luna pada Andrew pun, meminta Dicky untuk melerai Luna dengan berucap, “Sayang..., jangan kotori tanganmu yang bersih itu untuk lelaki yang tak berharga itu. Cukup..., sayang.”

“Dicky..., lempar lelaki itu keluar rumahku!” perintah tegas Subroto.

Dicky yang mendengar perintah dari sang bos langsung menyeret lelaki bernama Andrew keluar halaman rumah mewah tersebut. Ketika, Jessica akan mengikuti langkah Andrew, tangan Susetyo menarik lengan Jessica dengan kasar dan berseru pada wanita yang telah nikahinya selama lebih dari 20 tahun.

“Diam disini kamu!” perintah Susetyo pada istrinya.

“Lepaskan aku, Mas! Lepaskan aku!” teriak Jessica meronta kala ingin mengikuti langkah kaki Dicky yang menyeret Andrew keluar halaman rumah mewah tersebut.

“Jawab aku! Apa benar lelaki itu selingkuhan kamu?!” bentak Susetyo dengan genggaman kasar pada pergelangan tangan Jessica.

Dengan mata menyala dan tampak meremehkan suaminya sendiri, Jessica menatap tajam ke arah wajah suaminya dan menjawab dengan sombong.

“Iya! Benar! Sekarang ... Ceraikan aku!” tantang Jessica.

Mendengar hal itu, membuat Susetyo naik pitam dan menampar wajah Jessica.

PLAK! PLAK!

“Mas!” pekik Jessica menahan rasa sakit pada kedua wajahnya dengan memegangi wajahnya.

Susetyo juga terkejut dengan apa yang telah dilakukannya dan ia pun menatap kepergian Jessica yang berlari dari rumah mewah Subroto mencari lelaki selingkuhannya, tanpa memedulikan panggilan Subroto.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status