🏵️🏵️🏵️
Bara dikagetkan panggilan masuk dari ponselnya. Dia pun meraih benda itu lalu melihat layar. Dia sangat heran memandang nama yang menghubunginya. Selama ini, orang tersebut hampir tidak pernah meneleponnya.
“Halo, Tante.” Bara pun mengangkat telepon dari istri pamannya itu.
“Tolongin Tante, Bar.” Suara Maya sangat panik dari seberang.
“Ada apa, Tante?” Bara terkejut mendengar suara Maya.
“Hana ….”
“Hana kenapa?” Perasaan Bara makin tidak keruan setelah mendengar nama Hana.
“Hana pingsan.”
“Apa? Saya ke rumah Tante sekarang.” Bara pun segera keluar kamar lalu menuruni anak tangga menuju garasi. Dia tidak menghiraukan Amira yang sedang memandang layar ponselnya sambil tersenyum.
Bara segera menaiki kendaraan roda empat miliknya lalu bergerak membelah jalanan. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tidak seperti biasanya agar segera tiba di rumah Hana. Dia sangat khawatir terhadap wanita itu.
Di samping itu, Bara juga merindukan Hana karena sejak dirinya diusir kala itu, mereka belum pernah bertemu lagi. Setiap Bara ingin berkunjung ke rumah Hana, selalu penolakan yang dia dapatkan. Bara tidak tahu kalau Hana berusaha menjaga jarak dengannya atas permintaan Yuni.
Sementara di tempat lain, Maya berusaha menyadarkan Hana dengan menggoyang-goyang tubuhnya. Namun, Hana tetap saja tidak memberikan respons. Maya tidak mengerti kenapa anak semata wayangnya itu nekat menyayat pergelangan tangannya dengan benda tajam.
“Hana kenapa, Tante?” Bara kini telah tiba di rumah Hana dan langsung menuju kamar adik sepupunya itu.
“Hana terluka, Bar.” Maya mengusap air matanya yang sejak tadi jatuh membasahi pipi.
Tanpa pikir panjang, Bara langsung membopong Hana memasuki mobilnya lalu diikuti Maya. Mereka segera meluncur ke rumah sakit terdekat. Bara makin khawatir setelah melihat langsung kondisi wanita yang kini telah memasuki relung hatinya.
“Kenapa Hana sampai melakukan perbuatan konyol ini, Tante?” tanya Bara sambil tetap fokus mengendalikan kemudi.
“Tante tadi cek HP-nya. Ada pesan masuk yang ngancam Hana, tapi nggak tahu siapa pengirimnya.” Maya menceritakan apa yang dia lihat tadi di ponsel Hana.
Bara sangat kesal dan ingin marah, tetapi dia tidak tahu harus melampiaskannya kepada siapa. Dia makin yakin agar segera menikahi Hana supaya dapat menjaga dan melindunginya. Dia akan memberikan pengertian tegas kepada Hana nanti setelah siuman supaya bersedia menjadi pendamping hidupnya.
🏵️🏵️🏵️
“Dari mana, Bar?” tanya Anita kepada putranya.
“Dari rumah sakit, Mih,” jawab Bara lalu duduk di samping ibunya yang sedang bersantai di ruang TV.
“Siapa yang sakit?” Anita penasaran.
“Hana, Mih.”
“Apa? Hana sakit apa?” Wanita itu sangat terkejut.
Bara akhirnya menceritakan apa yang terjadi terhadap Hana. Dia mengaku kesal dan marah setelah membaca pesan yang dikirim seseorang ke ponsel Hana. Orang itu mengancam akan menyebarkan foto kejadian malam itu jika Hana tidak segera menikah dengan Bara.
Sandra yang baru muncul di ruang TV, sangat terkejut mendengar penuturan Bara. Walaupun dia sangat ingin melihat Bara dan Hana menikah, tetapi dia tidak terima jika adik sepupunya itu merasa terpaksa. Dia tetap memberikan keputusan kepada Hana.
“Hana baik-baik aja, ‘kan, Bang?” tanya Sandra lalu duduk di samping kakaknya itu.
“Alhamdulillah udah mulai membaik, tapi masih tetap dalam perawatan di rumah sakit. Ini Abang pulang sebentar aja untuk mandi, nanti ke sana lagi.” Bara memberikan penjelasan.
“Aku ikut, ya, Bang.” Sandra sangat antusias ingin melihat keadaan Hana.
“Mami juga ikut.” Anita turut membuka suara.
“Oke. Tapi, nanti sopir yang jemput Mami sama kamu pas pulang,” ucap Bara kepada Sandra. Dia menuruti keinginan ibu dan adiknya itu. “Aku nginap di sana, Mih. Aku mau jagain Hana. Aku khawatir sama dia.” Bara melihat Anita.
“Hm! Iya, deh, yang lagi kasmaran.” Sandra berdeham lalu tersenyum mendengar ucapan Bara. Dia sangat bahagia melihat perubahan laki-laki itu. Sementara Anita menggeleng sambil mengembangkan senyumnya.
Mereka tidak tahu kalau apa yang terjadi terhadap Hana karena perbuatan Amira. Gadis itu telah mengirimkan pesan kepada Hana dengan sebuah ancaman. Tujuannya melakukan itu agar Hana setuju menikah dengan Bara. Dia menganggap kalau pernikahan kakak dan sepupunya itu akan membuka peluang besar baginya untuk memiliki Rey.
🏵️🏵️🏵️
Sebulan berlalu, akhirnya Hana memilih tidak kuliah lagi di kampus favoritnya. Dia ingin menata hati untuk kembali melanjutkan pendidikannya nanti. Namun sebelumnya, pihak kampus telah memanggilnya untuk memberikan penjelasan tentang foto dirinya yang telah tersebar.
Hana mengaku kalau wanita di foto itu adalah dirinya sendiri, tetapi dia tidak pernah berpikir untuk melakukan perbuatan memalukan itu dengan sengaja. Dia mengaku dijebak oleh seseorang. Dia mengatakan kalau dirinya masih mencari tahu siapa dalang dari kejadian itu.
Hana meminta maaf kepada pihak kampus atas apa yang terjadi terhadap dirinya. Pihak kampus pun akhirnya meminta semua dosen, mahasiswa, dan mahasiswi untuk menghapus foto Hana yang masuk ke ponsel mereka. Rektor mengingatkan agar foto itu tidak tersebar luas ke luar kampus.
Pemimpin kampus itu berjanji akan memberikan sanksi kepada siapa pun yang berani menyebarkan foto tersebut, terutama kepada orang yang pertama kali memiliki foto itu. Sanksinya tidak main-main. Orang itu akan diadili melalui jalur hukum.
Mendengar ketegasan rektor tersebut, Amira sangat takut. Dia tidak menyangka kalau perbuatannya akan seserius ini. Padahal tujuannya menyebarkan foto itu hanya untuk menjebak Hana agar segera menikah dengan Bara.
“Muka kamu, kok, pucat gitu, Mir?” tanya Amel kepada Amira. Amel sangat ingat kalau Hana menaruh curiga kepada gadis itu.
“Itu perasaan kamu aja.” Amira berusaha mengelak.
“Kasihan Hana harus berhenti kuliah karena kejahatan orang lain. Semoga orang jahat itu mendapatkan balasan atas perbuatannya.” Amel sengaja mengatakan hal itu di depan Amira.
Uhuk!
Amira tiba-tiba terbatuk. Melihat sikap gadis itu, Amel makin yakin dengan kecurigaan Hana. Dia berjanji pada diri sendiri akan membantu Hana mencari tahu orang yang telah mempermalukan sahabatnya tersebut. Dia sangat sedih karena harus berpisah dengan Hana karena foto yang tersebar itu.
Sementara di tempat lain, Bara berusaha menguatkan Hana yang telah berani mengambil keputusan besar. Dia sangat tahu bagaimana perasaan Hana saat ini, harus berhenti kuliah karena perbuatan orang lain. Sejak dulu, Bara sangat tahu bagaimana prestasi Hana di bidang pendidikan.
“Tahun depan, kamu bisa kuliah lagi, Dek,” ucap Bara kepada Hana.
“Lihat nanti aja, Bang. Aku belum berpikir ke sana.” Hana mengembuskan napas berat.
“Kenapa? Mana Hana yang Abang kenal? Hana yang selalu semangat dan periang apalagi dalam hal belajar.” Bara tidak ingin melihat Hana berputus asa.
“Hana yang dulu udah nggak ada, Bang.” Hana tidak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh.
“Loh … kok, nangis? Kamu harus tetap semangat, Dek. Abang akan selalu ada untuk kamu.”
“Itu nggak mungkin, Bang.”
“Kenapa nggak mungkin?”
“Karena Abang punya Kak Yuni.”
“Itu nggak benar, Dek.”
“Tapi status Abang dan dia, kan, pacaran.”
“Kan, hanya pacaran. Itu juga udah berakhir. Abang udah sebulan putus sama dia.”
“Tapi kenapa dia selalu ngingatin aku untuk jauhin Abang?” Hana tidak sanggup lagi menyembunyikan apa yang dia pendam selama ini.
“Apa? Dia hubungin kamu?” Bara sangat terkejut mendengar penuturan Hana.
“Iya. Makanya dari sekarang, Abang jauhin aku. Aku nggak mau dianggap sebagai pengganggu.”
“Abang nggak bisa jauh dari kamu, Dek.”
“Kenapa, Bang?”
“Karena Abang cinta sama kamu.”
==========
Bagaimana reaksi Hana setelah mendengar pengakuan Bara?
🏵️🏵️🏵️Bara sangat senang mendengar kabar baik dari dokter yang memeriksa kondisi Hana. Saat ini, benihnya sedang tumbuh di rahim Hana. Dia ingin segera memberitahukan berita bahagia itu kepada istrinya yang masih menutup mata.Dia ingin tertawa mengingat sikap Hana tadi yang membuatnya bingung. Ternyata wanita yang dia cintai itu sedang mengandung anaknya. Dia pun memegang jemari Hana lalu menciumnya. Dia sangat terkejut, tetapi bahagia karena istrinya tersebut terbangun dari pingsannya.“Aku mual, Bang.” Hana berusaha bangun dari rebahan. Bara pun membantunya. “Aku mau muntah. Jangan dekat-dekat.” Dia mendorong tubuh suaminya itu.“Apa anak kita sangat membenci papanya?” Bara melontarkan pertanyaan itu.Hana bingung mendengar pertanyaan Bara. “Apa maksud Abang?” “Kamu hamil, Sayang.” Bara pun langsung memeluk Hana.“Apa? Abang serius?” Mata Hana berkaca-kaca. Dia sangat terharu karena kembali merasakan nikmat hamil setelah mengalami keguguran beberapa bulan yang lalu.“Iya, Sayan
🏵️🏵️🏵️Amira sangat kesal membaca pesan masuk di ponselnya, dia pun tidak kuasa untuk tidak menangis. Dia tidak pernah menyangka kalau Rey kembali muncul setelah beberapa bulan menghilang. Apalagi sampai mengetahui kehamilannya. “Dasar laki-laki tidak punya hati!” Amira menaikkan suara hingga membuat Arga heran.“Kamu kenapa, Dek?” tanya Arga lalu memilih duduk di samping Amira.“Dia berani chat aku, Bang.” Amira memberikan balasan.“Dia siapa?” Arga tidak tahu siapa yang Amira maksud.“Dia yang menghancurkan hidupku.” Amira memberikan ponselnya kepada suaminya itu.Beberapa minggu terakhir ini, Amira tidak pernah memikirkan Rey lagi. Dia telah menata hati dan membuka diri menerima Arga hingga berhasil membalas cinta laki-laki tersebut. Dia tidak ingin dibayang-bayangi masa lalunya.Akan tetapi, setelah Amira berhasil mengeluarkan Rey dari lubuk hatinya yang paling dalam, justru kenyataan pahit yang tiba-tiba muncul. Amira sama sekali tidak berharap akan kembali berkomunikasi denga
🏵️🏵️🏵️Hana tidak tinggal diam, dia pun mengetik balasan yang akan dia kirim kepada wanita tersebut. Dia tidak ingin menjadi istri lemah saat situasi seperti ini. Dia bahkan ingin menunjukkan kalau dirinya kuat.[Cie, yang belum move on dari suami orang. Belum laku, ya?] Isi balasan dari Hana.Beberapa menit berlalu, tidak ada respons dari wanita yang mengirim pesan ke ponsel Bara. Dia hanya membaca balasan dari Hana. Dia yakin kalau yang membalas pesannya bukan Bara. Akhirnya, dia pun memilih untuk berhenti menghubungi laki-laki tersebut.Sementara Hana merasa puas dengan apa yang dia lakukan. Namun, hatinya tetap sangat kesal karena wanita di luar sana masih menghubungi Bara dengan mengirimkan pesan mesra. Dia pun menyesal karena tidak mengundang para mantan kekasih Bara saat acara resepsi pernikahan mereka.“Coba aku undang mereka, pasti seru. Aku ingin buktikan kalau akulah pemenangnya. Mereka hanya masa lalu.” Hana kembali bermonolog.“Ini semua karena Bang Bara. Seandainya dia
🏵️🏵️🏵️“Abang udah sadar?” Hana sangat terkejut mendengar suara Bara.“Dari tadi Abang sadar, kok.” Bara memberikan jawaban dengan santai.“Maksud Abang apa?” Hana tidak mengerti maksud Bara. Dia pun mengangkat kepalanya dari dada suaminya itu.“Abang hanya ingin mendengar pengakuan cinta dari bibir kamu walaupun Abang udah tahu kalau cinta itu udah tumbuh di hati kamu untuk Abang.” Bara menyampaikan maksud dan tujuannya.“Jadi, Abang ngerjain aku?” Hana kesal mendengar pengakuan Bara. Dia pun ingin beranjak, tetapi Bara langsung meraih tangannya.“Abang nggak bermaksud ngerjain kamu. Abang hanya ingin kamu jujur.” Bara pun bangkit dari rebahan dan memilih duduk.Hana tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Di satu sisi, dia ingin menyalahkan Bara karena telah membuat dirinya panik. Namun di sisi lain, dia merasa lega karena telah mengutarakan cinta dan perasaan yang dipendam selama ini.Akan tetapi, sekarang dia sangat malu memandang wajah Bara. Dia ingin menghindar, tetapi t
🏵️🏵️🏵️“Arga?” Sandra terkejut melihat asisten kakaknya tersebut.“Iya, Bu. Saya bersedia bertanggung jawab atas Amira.” Arga memberikan jawaban yang membuat keluarga Bara terkejut.“Kamu tahu apa tentang Amira?” Bara heran melihat kehadiran Arga di rumahnya.Arga akhirnya menceritakan apa yang dia ketahui tentang Amira. Dia mendapatkan informasi dari salah satu teman Amira di kampus, tetapi dia tidak menyebutkan namanya. Sandra kembali terkejut karena dia sangat tahu kalau orang yang tahu masalah Amira hanya Amel.Sandra tidak yakin kalau Amel yang menceritakan apa yang terjadi terhadap Amira kepada Arga. Dia sangat tahu sifat adik dari kekasihnya tersebut. Amel sangat dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia. Hana juga mengakui itu.“Siapa yang cerita ke kamu, Ga?” tanya Sandra kepada Arga.“Maaf, Bu … saya udah janji untuk tidak menyebutkan namanya. Saya hanya ingin bertanggung jawab terhadap Amira.” Arga tetap pada tujuan awalnya.Amira bingung mendengar keinginan Arga. Selama in
🏵️🏵️🏵️“Abang bisa mikir, nggak? Gimana perasaan Abang kasih tuduhan seperti itu? Apa Abang lupa dengan orang yang menodai Amira? Apa aku sehina itu di mata Abang? Apa Abang pikir aku akan mencintai cowok seperti dia?”Hana sangat kecewa terhadap Bara. Ini untuk pertama kali, dirinya melihat laki-laki itu menyakiti hati dan perasaannya. Dia pun memilih bangkit dari rebahan lalu beranjak menuju sofa. Dia ingin menjaga jara dari suaminya tersebut.Bara menarik rambutnya sambil mengembuskan napas berat. Dia pun langsung bangun lalu menghampiri Hana. Dia tidak kuasa melihat Hana yang kini menangis karena ucapannya. Dia akhirnya meminta maaf.“Sayang, Abang minta maaf.” Bara berlutut di depan Hana lalu meraih tangannya.“Kenapa Abang sejahat itu? Kenapa Abang melampiaskan kekesalan padaku? Apa Abang pikir aku bahagia atas apa yang Amira alami? Nggak, Bang. Aku nggak sekejam itu.” Hana tidak kuasa menghentikan tangisannya.“Abang nggak pernah berpikiran seperti itu.” Bara membenamkan waja