🏵️🏵️🏵️
“Abang jangan bercanda.” Hana tidak percaya dengan pengakuan cinta yang keluar dari mulut Bara.
“Abang serius, Dek.”
“Apa kejadian malam itu membuat Abang harus merasa bertanggung jawab hingga putus dengan Kak Yuni? Aku nggak setuju, Bang.” Hana tidak ingin terikat dengan Bara.
“Bukan karena itu. Beberapa bulan sebelumnya, Abang udah punya perasaan yang berbeda padamu.” Bara mengatakan apa yang dia rasakan dalam beberapa bulan terakhir ini.
“Abang bohong.” Hana tetap tidak percaya.
“Untuk apa Abang bohong? Kamu ingat waktu malam sebelum kejadian? Abang memandangi kamu walaupun saat itu, Abang sedang dansa dengan Yuni. Itu karena kamu udah istimewa di hati Abang.”
Bara menggali ingatan Hana ketika acara perayaan ulang tahun ayahnya malam itu. Hana juga sangat sadar dengan keanehan tatapan Bara saat itu. Namun, dia membuang pikiran yang dia anggap tidak mungkin. Dia tidak percaya kalau Bara menyukai dirinya.
“Maaf, aku mau istirahat. Abang pulang aja.” Hana mengalihkan topik pembicaraan. Dia tidak ingin melanjutkan apa yang Bara ucapkan tadi.
“Apa kamu nolak Abang?” tanya Bara dengan tatapan sendu.
“Kita nggak perlu bahas ini lagi. Abang fokus aja dengan keseharian Abang. Aku nggak minta Abang untuk tetap menemuiku setelah kejadian itu.”
“Kenapa kamu setega ini sama Abang, Dek?” Bara tetap berusaha agar Hana membuka diri untuknya.
“Apa Abang bersikap seperti ini sama semua mantan-mantan Abang supaya mereka luluh? Maaf, jangan samakan aku dengan mereka.”
Hana kembali mengingat Bara beberapa kali memasuki hotel kala itu. Dia merasa yakin kalau kakak sepupunya tersebut telah melakukan hal yang belum pantas. Hana berpikir seperti itu bukan tanpa alasan. Itu karena dia tahu kisah percintaan Bara dengan banyak wanita.
Hana bahkan jijik membayangkan Bara telah menyentuh tubuhnya. Dia sering berpikir, apakah kejadian malam itu akan menularkan penyakit karena mengingat Bara yang sering gonta-ganti pasangan. Dia bingung harus bertanya kepada siapa.
“Kalau kamu hamil, apa kamu akan tetap nolak Abang?” Bara kembali membuka suara.
Mendengar pertanyaan Bara, Hana langsung marah. “Apa Abang ingin lihat aku lebih menderita lagi? Ternyata pikiran kotor udah melekat dalam diri Abang. Pantas aja Abang santai keluar masuk hotel dengan cewek yang berbeda.” Dia tidak sanggup lagi menyimpan apa yang dia pendam selama ini.
“Keluar masuk hotel? Abang berani sumpah kalau Abang nggak pernah melakukan yang aneh-aneh walaupun sering gonta-ganti pacar. Abang melakukannya hanya sama kamu, Dek. Itu yang pertama.” Bara sedih mendengar penilaian yang Hana tujukan untuknya.
“Aku nggak mau bahas ini lagi!” Hana menaikkan suara lalu beranjak meninggalkan Bara di taman belakang rumahnya.
🏵️🏵️🏵️
“Apa yang istimewa dari Hana, Rey?” tanya Amira kepada pemuda yang dia cintai itu.
“Banyak. Kamu pasti lebih tahu karena dia sepupumu.” Rey memberikan jawaban yang membuat Amira kesal.
Saat ini, sepasang mahasiswa dan mahasiswi tersebut sedang duduk di taman untuk menunggu pergantian mata kuliah. Sebelumnya, ketua tingkat telah memberikan informasi kalau dosen yang akan masuk ke kelas mereka datang terlambat.
“Kalau kamu benar-benar mencintainya, kamu pasti akan tahu kelebihannya secara spesifik.” Amira tetap ingin mendengar jawaban pasti dari Rey.
“Kenapa kamu terlalu mencampuri urusanku, Mir? Kita itu hanya teman biasa. Harusnya kamu bersikap biasa aja di depanku.” Rey tidak mengerti kenapa Amira selalu ingin tahu tentang dirinya sejak mereka saling kenal.
“Ya udah kalau kamu nggak mau kasih tahu. Aku minta maaf.” Amira tidak ingin Rey mengetahui perasaannya yang sebenarnya.
Sementara itu, Amel memperhatikan Rey dan Amira dari kejauhan. Selama ini, dia telah menaruh curiga atas sikap Amira terhadap pemuda yang duduk bersamanya itu. Namun, dia tidak berani menyimpulkan sesuatu yang masih belum jelas kebenarannya.
Sejak masuk kuliah, Amel sering melihat Amira menghampiri Rey jika sedang sendirian. Namun, dia heran kenapa Rey justru lebih dekat dan memilih pulang bersama Hana saat perkuliahan telah selesai. Amel pernah menebak kalau Rey memiliki perasaan lebih terhadap Hana, tetapi sahabatnya itu tidak memberikan respons yang serius.
“Apa kamu nggak merasa kalau Rey suka sama kamu?” tanya Amel kala itu kepada Hana.
“Namanya juga teman, pasti suka, dong.” Hana memberikan jawaban dengan polos walaupun dia merasa curiga dengan kebaikan Rey kepada dirinya.
“Serius kamu sepolos itu, Han?”
“Udah, ah … nggak perlu bahas tentang itu lagi.” Hana mengelak dari pertanyaan Amel.
Sejak saat itu, Amel tidak pernah bertanya lagi kepada Hana, tetapi dia masih tetap penasaran hingga saat ini. Setelah Hana memutuskan untuk istirahat dari kuliahnya, Amel lupa untuk menanyakan tentang Rey kepada sahabatnya itu.
🏵️🏵️🏵️
Waktu terus berlalu, sebulan lamanya, Hana menjauhi Bara. Dia sengaja melakukan itu agar kakak sepupunya tersebut tidak menemui dirinya lagi. Setiap Bara datang berkunjung, Hana lebih memilih mengurung diri di kamar.
Seperti saat ini, Bara bersikeras ingin berjumpa dengan Hana. Dia merasa tersiksa ketika tidak mendengar suara wanita yang dia cintai itu. Namun, sejak Bara mengungkapkan perasaannya kepada Hana sebulan yang lalu, dia justru makin dijauhi wanita itu.
Hana tidak pernah mengangkat telepon dari Bara dan pesan juga hanya dibaca. Bara tidak tahu lagi harus bagaimana memberikan penjelasan agar Hana percaya dengan cinta tulus yang dia miliki. Sementara Hana tetap menganggap Bara tidak serius.
“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Maya sambil mengetuk pintu kamar Hana. Dia mendengar suara sedang muntah.
“Hana kenapa, Tante?” Maya dikagetkan suara Bara yang tiba-tiba telah berdiri di belakangnya. Sejak tadi, pemuda itu memilih duduk di ruang TV.
“Hana sepertinya muntah. Tante udah panggil, tapi dia belum nyahut.”
“Hana baik-baik aja, ‘kan, Tante?” tanya Bara dengan perasaan tidak keruan.
“Iya, dia baik-baik saja. Tapi dalam beberapa hari ini, dia tampak pucat. Tante tanya kenapa, dia jawab kurang tidur.” Maya memberikan penjelasan.
Hana kembali mengeluarkan suara hingga membuat Maya dan Bara panik. Mereka beberapa kali memanggil Hana, tetapi tidak ada respons. Bara pun meraih ponsel dari saku kemejanya lalu menghubungi Hana, tetapi tidak diangkat.
“Dek, buka pintunya! Kamu baik-baik aja, ‘kan?” Bara menaikkan suara sambil mengetuk pintu kamar Hana.
“Iya, tunggu sebentar.” Maya dan Bara sangat lega setelah mendengar balasan dari Hana.
“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Maya setelah pintu terbuka.
“Hana sering mual akhir-akhir ini, Mah. Tapi kali ini, lebih parah.” Hana bertumpu pada dinding karena merasa sangat lemas.
“Kita ke rumah sakit, ya, Dek.” Bara pun membuka suara lalu memberikan saran kepada Hana.
“Abang ngapain di sini?” Hana kesal melihat Bara. Dia lupa kalau dirinya tadi memberikan sahutan dari kamar kepada pemuda itu.
“Bukannya tiap hari, Abang ke sini untuk jumpain kamu? Tapi kamu selalu nolak untuk ketemu Abang selama sebulan ini. Kamu nggak tahu gimana rasanya Abang menahan rasa rindu.” Bara lupa kalau saat ini, dia tidak hanya bersama Hana, tetapi juga Maya.
“Ehem!” Maya pun berdeham.
“Ponakan Mama ngomongnya ngelantur, nih.” Hana memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. “Auh!” Dia merintih.
“Kamu kenapa, Dek?” Bara langsung meraih tubuh Hana lalu mengangkatnya ke tempat tidur.
“Aku mau duduk, aku mual banget.” Hana pun meminta Bara membantu dirinya bangun dari rebahan.
“Apa kamu hamil, Sayang?” tebak Maya tiba-tiba. Dia heran melihat keadaan anaknya tersebut.
==========
Apakah tebakan Maya benar?
🏵️🏵️🏵️Bara sangat senang mendengar kabar baik dari dokter yang memeriksa kondisi Hana. Saat ini, benihnya sedang tumbuh di rahim Hana. Dia ingin segera memberitahukan berita bahagia itu kepada istrinya yang masih menutup mata.Dia ingin tertawa mengingat sikap Hana tadi yang membuatnya bingung. Ternyata wanita yang dia cintai itu sedang mengandung anaknya. Dia pun memegang jemari Hana lalu menciumnya. Dia sangat terkejut, tetapi bahagia karena istrinya tersebut terbangun dari pingsannya.“Aku mual, Bang.” Hana berusaha bangun dari rebahan. Bara pun membantunya. “Aku mau muntah. Jangan dekat-dekat.” Dia mendorong tubuh suaminya itu.“Apa anak kita sangat membenci papanya?” Bara melontarkan pertanyaan itu.Hana bingung mendengar pertanyaan Bara. “Apa maksud Abang?” “Kamu hamil, Sayang.” Bara pun langsung memeluk Hana.“Apa? Abang serius?” Mata Hana berkaca-kaca. Dia sangat terharu karena kembali merasakan nikmat hamil setelah mengalami keguguran beberapa bulan yang lalu.“Iya, Sayan
🏵️🏵️🏵️Amira sangat kesal membaca pesan masuk di ponselnya, dia pun tidak kuasa untuk tidak menangis. Dia tidak pernah menyangka kalau Rey kembali muncul setelah beberapa bulan menghilang. Apalagi sampai mengetahui kehamilannya. “Dasar laki-laki tidak punya hati!” Amira menaikkan suara hingga membuat Arga heran.“Kamu kenapa, Dek?” tanya Arga lalu memilih duduk di samping Amira.“Dia berani chat aku, Bang.” Amira memberikan balasan.“Dia siapa?” Arga tidak tahu siapa yang Amira maksud.“Dia yang menghancurkan hidupku.” Amira memberikan ponselnya kepada suaminya itu.Beberapa minggu terakhir ini, Amira tidak pernah memikirkan Rey lagi. Dia telah menata hati dan membuka diri menerima Arga hingga berhasil membalas cinta laki-laki tersebut. Dia tidak ingin dibayang-bayangi masa lalunya.Akan tetapi, setelah Amira berhasil mengeluarkan Rey dari lubuk hatinya yang paling dalam, justru kenyataan pahit yang tiba-tiba muncul. Amira sama sekali tidak berharap akan kembali berkomunikasi denga
🏵️🏵️🏵️Hana tidak tinggal diam, dia pun mengetik balasan yang akan dia kirim kepada wanita tersebut. Dia tidak ingin menjadi istri lemah saat situasi seperti ini. Dia bahkan ingin menunjukkan kalau dirinya kuat.[Cie, yang belum move on dari suami orang. Belum laku, ya?] Isi balasan dari Hana.Beberapa menit berlalu, tidak ada respons dari wanita yang mengirim pesan ke ponsel Bara. Dia hanya membaca balasan dari Hana. Dia yakin kalau yang membalas pesannya bukan Bara. Akhirnya, dia pun memilih untuk berhenti menghubungi laki-laki tersebut.Sementara Hana merasa puas dengan apa yang dia lakukan. Namun, hatinya tetap sangat kesal karena wanita di luar sana masih menghubungi Bara dengan mengirimkan pesan mesra. Dia pun menyesal karena tidak mengundang para mantan kekasih Bara saat acara resepsi pernikahan mereka.“Coba aku undang mereka, pasti seru. Aku ingin buktikan kalau akulah pemenangnya. Mereka hanya masa lalu.” Hana kembali bermonolog.“Ini semua karena Bang Bara. Seandainya dia
🏵️🏵️🏵️“Abang udah sadar?” Hana sangat terkejut mendengar suara Bara.“Dari tadi Abang sadar, kok.” Bara memberikan jawaban dengan santai.“Maksud Abang apa?” Hana tidak mengerti maksud Bara. Dia pun mengangkat kepalanya dari dada suaminya itu.“Abang hanya ingin mendengar pengakuan cinta dari bibir kamu walaupun Abang udah tahu kalau cinta itu udah tumbuh di hati kamu untuk Abang.” Bara menyampaikan maksud dan tujuannya.“Jadi, Abang ngerjain aku?” Hana kesal mendengar pengakuan Bara. Dia pun ingin beranjak, tetapi Bara langsung meraih tangannya.“Abang nggak bermaksud ngerjain kamu. Abang hanya ingin kamu jujur.” Bara pun bangkit dari rebahan dan memilih duduk.Hana tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Di satu sisi, dia ingin menyalahkan Bara karena telah membuat dirinya panik. Namun di sisi lain, dia merasa lega karena telah mengutarakan cinta dan perasaan yang dipendam selama ini.Akan tetapi, sekarang dia sangat malu memandang wajah Bara. Dia ingin menghindar, tetapi t
🏵️🏵️🏵️“Arga?” Sandra terkejut melihat asisten kakaknya tersebut.“Iya, Bu. Saya bersedia bertanggung jawab atas Amira.” Arga memberikan jawaban yang membuat keluarga Bara terkejut.“Kamu tahu apa tentang Amira?” Bara heran melihat kehadiran Arga di rumahnya.Arga akhirnya menceritakan apa yang dia ketahui tentang Amira. Dia mendapatkan informasi dari salah satu teman Amira di kampus, tetapi dia tidak menyebutkan namanya. Sandra kembali terkejut karena dia sangat tahu kalau orang yang tahu masalah Amira hanya Amel.Sandra tidak yakin kalau Amel yang menceritakan apa yang terjadi terhadap Amira kepada Arga. Dia sangat tahu sifat adik dari kekasihnya tersebut. Amel sangat dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia. Hana juga mengakui itu.“Siapa yang cerita ke kamu, Ga?” tanya Sandra kepada Arga.“Maaf, Bu … saya udah janji untuk tidak menyebutkan namanya. Saya hanya ingin bertanggung jawab terhadap Amira.” Arga tetap pada tujuan awalnya.Amira bingung mendengar keinginan Arga. Selama in
🏵️🏵️🏵️“Abang bisa mikir, nggak? Gimana perasaan Abang kasih tuduhan seperti itu? Apa Abang lupa dengan orang yang menodai Amira? Apa aku sehina itu di mata Abang? Apa Abang pikir aku akan mencintai cowok seperti dia?”Hana sangat kecewa terhadap Bara. Ini untuk pertama kali, dirinya melihat laki-laki itu menyakiti hati dan perasaannya. Dia pun memilih bangkit dari rebahan lalu beranjak menuju sofa. Dia ingin menjaga jara dari suaminya tersebut.Bara menarik rambutnya sambil mengembuskan napas berat. Dia pun langsung bangun lalu menghampiri Hana. Dia tidak kuasa melihat Hana yang kini menangis karena ucapannya. Dia akhirnya meminta maaf.“Sayang, Abang minta maaf.” Bara berlutut di depan Hana lalu meraih tangannya.“Kenapa Abang sejahat itu? Kenapa Abang melampiaskan kekesalan padaku? Apa Abang pikir aku bahagia atas apa yang Amira alami? Nggak, Bang. Aku nggak sekejam itu.” Hana tidak kuasa menghentikan tangisannya.“Abang nggak pernah berpikiran seperti itu.” Bara membenamkan waja