Share

Part 7

Author: D'naya
last update Huling Na-update: 2022-12-17 14:40:21

DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH

"Sedang apa kalian berkumpul di sini?" tanya Oma berhasil menghentikan obrolan kami.

"Ini Nyonya, dari tadi Non Zahra nangis terus, tapi setelah digendong sama Non Alisha langsung terdiam, bahkan sampai tertidur." jawab Bi Imah lugas.

"Oh ya? Syukurlah, artinya bayi itu nyaman sama kamu Alisha. Sepertinya aku memang sudah menemukan pilihan yang tepat untuk mendampingi Rendi dan Zahra. Berhubung Zahra sudah tidur, ayo kamu ikut Oma ke bawah. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan!" Kata Oma sembari menatap ke arahku.

"Baik Oma," jawabku patuh seraya bangkit dan berjalan mengikutinya.

"Duduk!" Perintah Oma tegas.

Aku sedikit takut mendengar suaranya itu, karena nada suaranya terdengar berbeda dari sebelumnya. Apakah aku telah berbuat kesalahan? Mungkinkah Mas Rendi telah mengadukanku yang tidak-tidak kepada Oma?

"Alisha, dengarkan Oma baik-baik!"

"Iya Oma," jawabku patuh.

"Mulai hari ini dan selanjutnya, kamu akan tinggal di sini, karena kamu sudah sah menjadi bagian dari keluarga ini.

Tugasmu sekarang adalah mengurus Rendi suamimu, dan juga Zahra cucu buyutku. Utamakan urus suamimu, karena untuk Zahra sudah ada Susi yang mengasuhnya.

Mulai malam nanti, tidurlah di kamar bersama suamimu, agar kalian bisa lebih mengenal satu sama lain.

Oma harap, kamu bisa memaklumi kondisi suamimu. Sebenarnya dia anak yang baik, hanya saja sedang dilanda depresi karena masalah yang menimpanya.

Bantu Oma untuk memulihkan kondisi Rendi agar bisa kembali berjalan seperti semula. Namun yang paling utama, bantu Oma untuk menumbuhkan semangat hidupnya.

Sejak Merry pergi meninggalkannya, kondisi Rendi semakin terpuruk. Apalagi dia pergi setelah mengetahui kalau kaki Rendi mengalami kelumpuhan. Dia tak mau direpotkan dengan mengurus suami cacat dan bayi mungil yang telah dilahirkannya."

Mata Oma berkaca-kaca ketika menceritakan tentang cucunya itu. Kusodorkan tisu yang ada di hadapanku, dan diterima dengan senyum yang dipaksakan. Aku tahu Oma sangat terluka dengan kondisi Mas Rendi yang sekarang.

"Oh ya, baju dan perlengkapan yang ada di kamar itu semua milikmu. Oma tahu pasti kamu sangat membutuhkannya, jadi jangan sungkan untuk menggunakannya. Itu sebagai bentuk hadiah karena kamu telah bersedia menikah dengan cucuku." ujar Oma mengakhiri penjelasannya.

"Terima kasih bayak Oma, karena sudah begitu memperhatikan kebutuhanku. Saya akan berusaha semaksimal mungkin agar kondisi Mas Rendi kembali pulih" Jawabku tulus.

"Sama-sama Sayang, semoga kamu nyaman tinggal di rumah ini."

Malam harinya, setelah memastikan Zahra

tidur dengan nyenyak, aku kembali ke kamar suamiku. Meski sedikit takut, namun aku berusaha untuk terlihat tenang.

Sesampainya di kamar, kulihat suamiku itu sudah tertidur membelakangi pintu. Syukurlah malam ini aku tak perlu berdebat atau mendengarkan bentakannya.

Seperti malam sebelumnya, aku mengambil bantal dan selimut untuk tidur di lantai. Untunglah di kamar ini sudah dilapisi karpet yang cukup tebal sehingga aku tak perlu repot-repot mencari alas tidur.

"Siapa yang suruh kamu tidur di situ!"

Baru juga merebahkan badan, sudah terdengar saja bentakannya. Tak bisa apa, kalau sehari saja membiarkanku hidup tenang?

"Lalu aku harus tidur di mana?" Tanyaku putus asa. Aku sudah sangat mengantuk, jadi malas untuk meladeninya.

"Tidur saja di sini, nanti kalau aku butuh apa-apa biar gak susah ngebanguninnya!"

Jawabnya sembari menunjuk kasur di sebelahnya.

Tanpa banyak tanya, langsung saja aku naik ke tempat tidur dan merebahkan tubuhku di sana. Mataku sudah tak bisa diajak kompromi. Begitu merebahkan tubuh di kasur, aku langsung terbang ke alam mimpi.

***

Pagi harinya ketika membuka mata, aku terkejut karena terasa ada yang melingkar di perutku. Rupanya sebuah tangan besar milik Mas Rendi.

Perlahan kusingkirkan tangan itu agar tak mengganggu tidurnya. Aku juga tak mau kalau sampai dia berpikiran macam-macam, mengira kalau aku mencari kesempatan.

"Ngapain kamu megang-megang tangan aku! Sengaja cari kesempatan ya?"

Nah kan, belum juga aku turun dari tempat tidur. Sudah terdengar saja bentakannya yang membuat moodku memburuk dipagi hari.

"Siapa juga yang cari kesempatan. Aku cuma mau ke kamar mandi kok." Jawabku apa adanya.

"Lalu ngapain kamu tidur di sebelahku, bukankah biasanya kamu tidur di bawah!"

Ya ampun, rupanya selain galak dia juga pelupa. Bukankah dia sendiri yang menyuruhku tidur di sini, 'dasar aneh'.

"Apa kamu bilang, aku orang aneh? Berani ya kamu ngatain aku seperti itu!"

Tanpa kuduga, Mas Rendi melemparkan gelas yang ada di sebelahnya.

"Pyar," gelas itu jatuh berkeping-keping.

Ya Allah, ternyata seperti ini ya rasanya menjadi istri yang tak diharapkan. Setiap hari seperti tak pernah lepas dari masalah.

Apa yang harus aku lakukan, haruskah aku menyerah?

Bersambung......

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ardhya Rahma
Sabar ya Alisha
goodnovel comment avatar
Silver Girl
apa dia kdg lupa kadang ingat, penyakit apa namanya tu
goodnovel comment avatar
Goresan Pena93
next kakak
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH   Part 89

    DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHTujuh belas tahun kemudian"Selamat Sayang, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi seorang istri. Jadilah istri yang baik, baktikan seluruh hidupmu untuk suami dan anak-anakmu nanti." Kukecup pipi Zahra dengan lembut, kemudian memasangkan kalung warisan Merry di leher Zahra. Namun, calon pengantin itu justru menangis terisak-isak.Seminggu yang lalu, kami telah sepakat memberitahukan tentang Merry, ibu kandungnya yang telah tiada. Gadis itu sangat syok mengetahui bahwa aku bukanlah ibu kandungnya. Awalnya memang dia tak terima, ada ibu selain aku. Namun berkat pengertian yang kami berikan, akhirnya dia bisa menerimanya. Apalagi umurnya juga sudah dewasa, jadi lebih mudah untuk menerima nasihat yang kami berikan. Tak lupa, kami juga mengajaknya berdoa dan berziarah ke makam ibunya.Mas Rendi memang memutuskan untuk memberitahukan tentang Merry setelah dia dewasa."Terimakasih Bunda, telah sabar merawat dan mendidikku selama ini. Bagiku, Bunda yang terbaik

  • DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH   Part 88

    DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 88"Mas, ini ada titipan untukmu!" ujarku pada Mas Rendi malam itu, setelah kami selesai menidurkan Zahra dan Dio."Apa itu, dari siapa?" Mas Rendi mengernyitkan keningnya, sambil memandangi amplop tersebut."Terimalah, ini titipan dari Merry. Tadi ibunya datang kemari, dan memberikan ini untukmu.""Untuk apa lagi dia mengirim amplop ini? Apa belum cukup dia membuat kekacauan di keluarga kita?""Jangan begitu Mas, bagaimanapun juga, dia ibunya Zahra. Apalagi dia sudah meninggal, jadi sebaiknya kita bisa memaafkannya." Mendengar jawabanku, seketika Mas Rendi membenahi tempat duduknya dan menoleh ke arahku."Apa? Meninggal?" tanya Mas Rendi seolah tak percaya atas apa yang baru saja di dengarnya."Iya Mas, ibunya sendiri yang mengatakan itu padaku. Daripada penasaran, lebih baik Mas buka saja isinya. Aku permisi dulu, mau melihat anak-anak sebentar." Aku baru saja ingin beranjak dari tempat duduk, ketika Mas Rendi menarik tanganku."Tetaplah di sini be

  • DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH   Part 87

    DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 87Tiga Tahun Kemudian"Bunda, ada tamu di depan! Katanya pengen ketemu sama Bunda." kata Zahra, siang itu. "Siapa tamunya?" tanyaku penasaran. "Zahra nggak tahu Bund, tapi sepertinya orang asing." jawab Zahra lagi. "Baiklah, Bunda temuin tamunya dulu ya. Tolong ajak dedek Dio main dulu ya!" kataku sembari berlalu meninggalkan kedua anakku di dalam kamar. "Siap Bunda," sahut Zahra semangat, kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arahku.Zahra kini sudah berumur delapan tahun, sehingga sudah bisa menemani adiknya bermain.Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu, merasa penasaran, siapa tamu yang dimaksud oleh Zahra. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat seorang nenek, sedang duduk dengan wajah menunduk. Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya?"Assalamu'alaikum?" sapaku kepada nenek itu, yang langsung berusaha bangkit ketika melihat kedatanganku. "Wa'alaikumussalam, dengan Nak Alisha?" tanya nenek itu yang membuatk

  • DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH   Part 86

    DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 86Pagi menjelang, mentari mulai keluar dari peraduannya. Harum semerbak bunga mawar dari samping kamar, menebarkan semangat tersendiri bagiku. Cicit burung-burung kecil, menambah semarak pagi itu. "Mas, kita berangkat sekarang saja ya!" kataku pada Mas Rendi, yang sudah selesai memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam mobil. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke rumah sakit. Aku sudah siap dengan segala resikonya, yang penting anakku bisa lahir dengan sehat dan selamat. Setelah berpamitan kepada Bi Imah dan Zahra, kamipun berangkat ke rumah sakit. Hatiku tak tenang, harap-harap cemas memikirkan persalinanku nanti.Tak perpikirkan olehku, akan melahirkan secara caesar. Sanggupkah aku menjalaninya?Tak ingin terus dilanda kecemasan, aku memilih berzikir dan berdoa selama dalam perjalanan. Entah apa yang ada di pikiranku, namun bagiku meja operasi itu menakutkan. Namun demi lahirnya sang buah hati, aku akan berusaha kuat untuk melawan ketakutanku

  • DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH   Part 85

    DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 85Lamunanku terhenti ketika mendengar suara ketukan di pintu kamar."Masuk!" Jawabku kemudian. Ketika pintu terbuka, aku terkejut melihat siapa yang datang. Tampak Zahra sudah berdiri dengan senyum manisnya. Gadis kecil itu terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Sementara Mas Rendi, berdiri di belakang Zahra dengan membawa buqet bunga mawar kesukaanku. "Selamat ulang tahun Bunda! Ini kado dari Zahra! " seru Zahra seraya berlari memelukku, kemudian menyerahkan sebungkus coklat yang dia bawa. "Selamat ulang tahun Sayang!" seru Mas Rendi seraya menyusul Zahra, yang sudah lebih dulu memelukku. Kami saling berpelukan, mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk mengurus segala sesuatu, sampai aku lupa akan hari ulang tahunku sendiri. "Terimakasih banyak kesayangan-kesayanganku, kalian semua luar biasa!" kataku seraya mencium pipi Zahra dan Mas Rendi bergantian. Aku tak menyangka mereka akan m

  • DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH   Part 84

    DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 84Tak ingin terus menduga-duga, aku segera mencari nomor Ulfa, sahabatku yang juga tetanggaku di sana. Tak perlu waktu lama, panggilanku terhubung, memperdengarkan suara indah sahabatku yang sudah lama tak bertemu. Saat ini Ulfa sudah menikah, bahkan sudah dikaruniai seorang gadis cantik. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dulu kami sama-sama ditinggal pergi oleh calon suami. Aku sangat tahu apa yang dia rasakan waktu itu, karena akupun mengalaminya. Untuk sesaat, aku lupa dengan tujuanku meneleponnya, malah justru asyik saling bertukar kabar. Hingga Ulfa menanyakan tujuanku meneleponnya. ["Oh ya Sha, tumben kamu nelpon siang-siang gini. Ada apa?"] Tanya Ulfa, dari seberang sana. Sha, adalah nama panggilan untukku ketika sedang bersamanya. Katanya dia malas menyebut nama Alisha, kepanjangan. ["Iya nih. Barusan aku lihat berita kalau rumahku yang di sana kebakaran. Apakah itu benar?"] Tanyaku penasaran. Ulfa terdengar menghela n

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status